Gempa Turki
UPDATE Jumlah Korban Gempa Turki Sudah Mencapai 2.300 Orang, Nasib WNI Terkini
Jumlah korban tewas akibat gempa Turki diperkirakan terus bertambah karena masih banyak warga terjebak di bawah reruntuhan gedung.
BANGKAPOS.COM, ANKARA - Jumlah korban meninggal akibat gempa Turki saat ini sudah mencapai 2.300 orang.
Korban meninggal ini selain di Turki juga di Suriah.
Jumlah korban diperkirakan terus bertambah karena masih banyak warga terjebak di bawah reruntuhan gedung yang roboh diguncang gempa berkekuatan 7'8 skala Richter.
The Associated Press melaporkan jumlah korban tewas akibat gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 skala richter yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin pagi waktu setempat, kini telah meningkat menjadi lebih dari 2.300 orang.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana negara itu, setidaknya 1.498 orang tewas di 10 provinsi Turki, dengan 7.600 lainnya terluka.
Dikutip dari laman The Guardian, Senin (6/2/2023), menurut data dari Kementerian Kesehatan Suriah, korban tewas di wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah naik menjadi lebih dari 430 orang, dengan 1.280 orang mengalami luka-luka.
Di barat laut negara itu, di mana pemerintah tidak memegang kendali, kelompok yang beroperasi di sana mengatakan bahwa jumlah korban tewas sedikitnya mencapai 380 orang, dengan ratusan orang terluka.
Jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat pesat, dengan banyak orang diyakini terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Gempa bumi ini berpusat di selatan Turki, tepatnya di provinisi Kahramanmaras pada Senin pagi, pukul 04.17 waktu setempat.
Perlu diketahui, Turki dan Suriah merupakan negara tetangga, sedangkan pusat gempa yakni di Kahramanmaras berada di perbatasan kedua negara.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun telah melakukan komunikasi dengan Gubernur Kahramanmaras dan menyampaikan duka cita kepada masyarakat terdampak.
Tim SAR juga telah dikerahkan dari seluruh penjuru Turki.
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menegaskan bahwa prioritas saat ini adalah penyelamatan korban yang terjebak di reruntuhan dan bantuan darurat bagi masyarakat terdampak.
Gempa Terdahsyat di Turki
Seismolog mengatakan gempa pertama yang mengguncang Turki pada Senin pagi waktu setempat adalah salah satu yang terbesar yang pernah tercatat di negara itu.
Ribuan orang pun mengalami luka-luka, dengan sedikitnya 5.385 orang terluka di Turki dan 2.000 di Suriah.
Dikutip dari laman BBC, Senin (6/2/2023), banyak korban gempa berada di Suriah utara yang dilanda perang, di mana jutaan pengungsi tinggal di kamp-kamp di kedua sisi perbatasan Suriah dan Turki.
Ada puluhan kematian dilaporkan di daerah yang dikuasai pemberontak.
Banyak bangunan runtuh dan tim penyelamat telah dikerahkan untuk mencari korban selamat di bawah tumpukan besar puing dalam kondisi beku dan bersalju.
Gambar yang mengejutkan menunjukkan bahwa bangunan setinggi empat atau lima lantai rata dengan tanah, jalanan hancur dan tumpukan puing tersebar di mana-mana.
Di antara bangunan yang hancur itu adalah Kastil Gaziantep, bangunan bersejarah yang telah berdiri selama lebih dari 2.000 tahun.
Begitu pula sebuah pusat perbelanjaan di kota Diyarbakir yang runtuh.
Gempa kedua, yang terjadi pada pukul 13.24 waktu setempat, memiliki pusat gempa sekitar 80 mil atau 128 km utara dari gempa asli di distrik Pazarcik di provinsi Kahramanmaras, Turki.
Seorang pejabat dari Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki mengatakan itu :bukan gempa susulan' dan 'independen' dari gempa sebelumnya.
Beberapa jam setelah gempa pertama, seorang balita ditarik dari reruntuhan di Azaz, Suriah, dalam keadaan kotor dan berlumuran darah namun masih hidup.
Video menunjukkan penyelamat berlari untuk mengeluarkannya dari 'kedinginan'.
Bulan Sabit Merah Turki telah menyerukan warga untuk melakukan donor darah.
Presiden organisasi tersebut, Kerem Kınık mengatakan di Twitter bahwa darah tambahan dan produk medis sedang dikirim ke wilayah yang terkena dampak.
Menyusul permintaan bantuan internasional, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan bahwa 45 negara telah menawarkan dukungan.
Uni Eropa (UE) mengirimkan tim pencarian dan penyelamatan ke Turki, sementara tim penyelamat dari Belanda dan Rumania sedang dalam perjalanan.
Inggris pun mengaku akan mengirimkan 76 spesialis pencarian dan penyelamatan, peralatan serta anjing penyelamat ke Turki.
Prancis, Jerman, Israel dan Amerika Serikat (AS) juga telah berjanji untuk membantu.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menawarkan bantuan kepada Turki dan Suriah, seperti halnya Iran.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleymon Soylu mengatakan 10 kota terdampak gempa awal, termasuk Hatay, Osmaniye, Adiyaman, Malatya, Sanliurfa, Adana, Diyarbakir dan Kilis.
Sekolah pun telah dihentikan sementara di kota-kota itu setidaknya selama seminggu ke depan.
Kesaksian WNI di Turki
Winda Trimelia Utami, Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Provinsi Adana, Turki, menuturkan detik-detik terjadinya gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,8 melanda wilayah tersebut.
Menurut Winda, getaran keras gempa terasa di sepuluh provinsi di dekat pusat gempa, termasuk di tempatnya tinggal.
Saat gempa terjadi, dirinya sedang tidur karena saat itu masih pagi.
Ia pun mengatakan sempat tak bisa keluar dari ruangan.
Winda mengatakan dirinya tinggal di asrama yang berada dalam bangunan lima lantai.
“(Getarannya) sangat terasa sekitar dua sampai tiga menit kami menunggu di dalam ruangan, di bawah meja, tidak bisa keluar, karena guncangannya sangat besar,” ujar Winda dalam Kompas Petang Kompas TV, Senin (6/2/2023).
Setelah tiga sampai lima menit, ia akhirnya bisa keluar dari kamar.
Winda mengungkapkan saat ini semua mahasiswa di asramanya mengungsi di tempat yang aman.
Meski begitu, ia bersyukur asramanya tak mengalami kerusakan parah.
Karena bangunan asrama itu aslinya merupakan selter gempa.
“Tapi kami masih belum bisa masuk ke asrama sampai saat ini, karena ditakutkan adanya gempa susulan yang akan datang,” tuturnya.
Winda juga menegaskan semua aktivitas dihentikan termasuk perkuliahan, dan memperkirakan hal itu akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengungkapkan tak ada WNI yang tewas setelah gempa dahsyat melanda Turki.
Namun menyampaikan ada tiga WNI yang mengalami luka-luka.
500 WNI tinggal di area gempa
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Turki di Ankara mengatakan kemungkinan jumlah korban gempa bumi berkekuatan M 7,8 yang melanda Turki terus bertambah.
Hal itu karena kerusakan bangunan akibat gempa dahsyat yang menghantam negara itu.
"Mengingat kerusakan yang sangat substansial, diperkirakan jumlah korban jiwa akan terus bertambah," kata KBRI Turki, dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/2/2023).
Terkait kemungkinan ini, KBRI pun akan terus melakukan koordinasi dengan beberapa pihak, mulai dari otoritas setempat hingga WNI yang bermukim di wilayah terdampak gempa.
"KBRI Ankara akan terus berkoordinasi dengan otoritas lokal, Satgas Perlindungan WNI serta masyarakat Indonesia di wilayah terdampak," jelas KBRI Turki.
Saat ini terdapat sekitar 6.500 WNI yang terdata tinggal di seluruh wilayah Turki.
"Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 500 orang tinggal di area gempa dan sekitarnya," kata KBRI Turki.
Di antara mereka ada yang merupakan pelajar atau mahasiswa, pekerja organisasi internasional, dan WNI yang menikahi warga lokal.
"Sebagian besar berstatus pelajar dan mahasiswa, sebagian lainnya adalah WNI yang menikah dengan warga setempat serta pekerja di organisasi internasional," kata KBRI Turki.
(Tribunnews/Fitri Wulandari/Wahyu Aji)
Bencana Alam Terburuk Dalam 1 Abad Terakhir, Korban Tewas Gempa Turki Capai 41.000 Orang |
![]() |
---|
VIDEO Viral, Aksi Heroik Perawat di Turki Pertaruhkan Nyawa Melindungi Bayi saat Gempa Turki |
![]() |
---|
Korban Tewas Akibat Gempa Turki dan Suriah Sudah Tembus 34.179 Jiwa, Suriah Tak Terima Bantuan |
![]() |
---|
Rakyat Turki Kesal, Erdogan tak Mau Libatkan Militer Mengatasi Musibah Gempa |
![]() |
---|
5,3 Juta Warga Suriah Kehilangan Rumah Akibat Gempa Bumi Besar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.