Tribunners

Usai Kelulusan SMA Sederajat

Seorang pemuda dengan sebuah gengsi yang tinggi, tentu akan menambah angka pengangguran di negeri tercinta ini

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Ridwan Mahendra, S.Pd. - Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Kesehatan Mandala Bhakti Surakarta 

Oleh: Ridwan Mahendra, S.Pd. - Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Kesehatan Mandala Bhakti Surakarta

TANGGAL 5 Mei 2023 lalu menjadi hari bersejarah bagi pelajar SMA, SMK. SMALB, dan paket C di seluruh Indonesia. Pasalnya di tanggal tersebut pelajar di seluruh penjuru Tanah Air merayakan kelulusan sebagaimana kebijakan Kemdikbudristek setelah berjuang mengemban ilmu di Putih Abu-abu selama tiga tahun.

Menurut data statistik Kemdikbud 2020, angka kisaran perkiraan lulusan SMA sederajat sebanyak 3,6 juta per tahun. Melihat tingginya angka kelulusan setiap tahun di ranah SMA sederajat, tentu sebagai seorang alumnus memiliki kegelisahan tersendiri. Begitu banyaknya lulusan yang terombang-ambing mau ke mana setelah menyelesaikan studi yang terngiang oleh kata "pengangguran".

Menilik laman Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat hingga Februari 2022, angka pengangguran tertinggi justru didominasi lulusan SMA yang mencapai angka 2.251.558 orang dan sebanyak 1.876.661 orang dari lulusan SMK. Sekolah sebagai pihak penyelenggara pendidikan di Indonesia tentu harus mengedepankan dan memberikan sebuah solusi sebelum pihak pelajar di Indonesia yang hendak lulus dan terjun di berbagai lingkup.

Beban alumni tentu merupakan tugas bersama dalam mengatasi angka pengangguran di Indonesia. Perlunya terobosan-terobosan yang jitu dan efektif untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Lalu, peran apakah yang diperlukan untuk mengentas angka pengangguran yang didominasi oleh lulusan SMA sederajat tersebut?

Peran Sekolah

Melihat tingginya angka pengangguran di Indonesia setiap tahunnya, sebagai alumnus yang memiliki modal soft skill dan hard skill yang mumpuni tentu bukan menjadi masalah yang besar apabila dimanfaatkan dengan baik. Lingkup sekolah tentu sudah memberikan sebuah bekal untuk alumni dalam menyongsong setelah mendapat titel "alumnus".

Alumnus harus mempunyai daya saing dengan memanfaatkan sebuah pengetahuan dan keterampilan yang didapat ketika berada di lingkup sekolah. Selain pengetahuan dan keterampilan yang cukup, seorang alumnus harus memiliki sebuah ide, gagasan, solusi, dan yang terpenting yakni implementasi nyata dalam mempersiapkan sebuah masa depan yang cerah.

Peran akademis yang sudah memberikan hal terbaik dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan ketika seseorang berada dalam sebuah pendidikan, seorang alumnus harus melebarkan sebuah pemikiran untuk memecahkan suatu permasalahan, khususnya dalam hal mencari atau membangun sebuah usaha. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan ketika mengikuti sebuah pendidikan di lingkup sekolah, seseorang yang terdidik dan dibekali ilmu, seharusnya seorang alumnus tidak memusingkan hal tersebut.

Sejenak mari menilik ke Negeri Sakura, Jepang. Mengutip Trading Economics, Jepang menjadi negara dengan tingkat pengangguran terkecil dengan hanya 2,7 persen dibanding dengan negara-negara KTT G20. Tiga poin yang ditekankan oleh Jepang terhadap peserta didiknya saat berada di lingkup sekolah dalam mengatasi pengangguran di negara tersebut, antara lain; menentukan ketika lulus ingin bekerja di bidang apa, belajar untuk menentukan hal yang dituju, dan menggunakan waktu untuk melatih diri dengan bekerja sampingan serta menambah teman.

Dengan diterapkan tiga poin tersebut, maka tak ayal jika di Jepang bahkan sebelum lulus seorang pelajar sudah mendapat pekerjaan sesuai dengan yang yang diharapkan dan sudah barang pasti menekan angka pengangguran yang berada di Negeri Matahari Terbit tersebut.

Sebagai seorang alumnus yang sudah terlepas dari lingkup akademis, seorang yang menyandang gelar "orang terpelajar" hendaknya memiliki sebuah pemikiran yang kritis dalam mengelola sebuah tujuan yang diinginkan untuk mendapatkan atau bahkan membuka sebuah ladang pekerjaan. Seorang alumnus yang sudah terlepas dari lingkup akademis hendaknya mampu membuka sebuah pikiran dengan berpikir yang kreatif, inovatif, dan memiliki sikap kritis, khususnya dalam hal menggapai suatu pekerjaan atau cita-cita.

Selain bergiat pada sebuah usaha dan kerja setelah menyandang sebagai alumnus yang notabene seorang terpelajar. Apabila seorang alumnus mampu dalam segi finansial dan hal yang lainnya, alangkah lebih baiknya melanjutkan ke jenjang studi yang lebih tinggi.

Lanjut studi bukan sekadar menggugurkan angka pengangguran di Indonesia semata. Jauh lebih dari itu, lanjut studi memiliki harapan yang akan menjadi sebuah kebanggaan terhadap pribadi, keluarga utamanya. Seorang yang baru lulus dari sebuah sekolah, tentu memiliki hasrat dan tujuan yang baik pula apabila melanjutkan studinya.

Dengan melanjutkan studi, seseorang akan memiliki wawasan yang lebih luas, memiliki sikap yang dapat mengkritisi suatu permasalahan, dan memiliki karakter yang lebih baik ketika kelak terjun di masyarakat. Opsi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tentu memerlukan finansial yang dapat dikatakan "tidak sedikit". Akan tetapi, apabila seorang alumnus memiliki kemampuan yang lebih dalam hal akademis, tentu dapat memanfaatkan beasiswa yang akan didapat ketika mengikuti studinya.

Halaman
12
Sumber: bangkapos
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved