Profil Desmond Mahesa yang Meninggal Dunia karena Sakit Sesak Nafas, Aktivis 98 yang Pernah Diculik
Desmond Mahesa adalah politikus Gerindra yang merupakan mantan aktivis 1998. Ada kisah bagaimana ia pernah diculik.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM - Secara mengejutkan, anggota DPR RI Desmond Junaidi Mahesa meninggal dunia di usia 57 tahun karena sakit sesak nafas akibat komplikasi, Sabtu (24/6/2023).
Desmond Mahesa adalah politikus Gerindra yang merupakan mantan aktivis 1998.
Ada kisah bagaimana ia pernah diculik.
Desmond meninggal setelah menjalani perawatan medis di Rumah Sakit (RS) Mayapada, Jakarta pada Sabtu pagi.
Informasi meninggalnya Desmond ini dibenarkan oleb koleganya di Partai Gerindra Andre Rosiade.
Menurut anggota Komisi VI DPR RI tersebut, Desmond meninggal di Rumah Sakit (RS) Mayapada, Jakarta pada Sabtu pagi.
Jenasah Desmond disemayamkan di rumah duka di Jalan Saco 1, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Andre menambahkan, setelah disemayamkan, jenazah Desmond akan dimakamkan di Al Azhar Karawang.
"Iya (Desmond meninggal)," kata Andre seperti yang dikutip dari Kompas.com, Sabtu (24/6/2032).
Profil Desmond Mahesa
Desmond Mahesa adalah politikus gaek Partai Gerindra dan merupakan anggota DPR yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR.
Desmond adalah politisi kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 12 Desember 1965 atau saat ini berusia 57 tahun.
Desmond menghabiskan masa kecil hingga remaja di Banjarmasin yang menjadi tempat kelahirannya.
Ia bersekolah d SD Karya Masyarakat, Banjarmasin pada 1975-1981.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 7 Banjarmasin pada 1981-1983.
Desmond selanjutnya bersekolah di SMAN 7 Banjarmasin Timur pada 1983-1986.
Setelah lulus dari bangku SMA, ia menempuh studi S-1 Hukum di Universitas Lambung Mangkurat pada 1986.
Desmond juga pernah menempuh studi lanjut di pogram Pascasarjana Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum pada 2003.
Riwayat organisasi Desmond pernah bergabung dengan beberapa organisasi sebelum memutuskan mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
Mulai dari YLBH Banjarmasin Ketua (1997-1998), YLBH Nusantara Direktur (1997-1998), YLBH Nusantara Bandung Direktur (1996-1997), WALHI Presidium Nasional (1995-1996) dan KPA (Konsorsium Pembaharuan Agraria) (1994-sekarang).
Nama Desmond mulai dikenal oleh publik ketika ia menjadi salah satu korban penculikan aktivis pro demokrasi pada tahun 1997/1998.
Saat itu Desmond merupakan salah satu aktivis dan mahasiswa yang berjuang menegakkan keadilan dan demokrasi pada masa pemerintahan Orde Baru di bawah kekuasaan Soeharto.
Desmond yang saat ini duduk di kursi DPR melenggang ke Senayan usai dirinya mengantongi 103.837 suara dari daerah pemilihan (dapil) Banten II .
Desmond juga pernah menjadi Juara Dapil pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2019.
Sebelumnya, ia juga meraih 61.275 suara dari dapil Banten II pada Pileg 2014 dan mengantongi 13.439 suara dari dapil Kalimantan Timur pada Pileg 2009.
Berikut riwayat organisasi Desmond:
- YLBH Banjarmasin Ketua (1997-1998)
- YLBH Nusantara Direktur (1997-1998)
- YLBH Nusantara Bandung Direktur (1996-1997)
- WALHI Presidium Nasional (1995-1996)
- KPA (Konsorsium Pembaharuan Agraria) (1994-sekarang).
Biodata Desmond J Mahesa
Selengkapnya, berikut ini biodata Desmond Mahesa :
- Kelahiran: 12 Desember 1965 (usia 57 tahun), Banjarmasin
- Partai: Partai Gerakan Indonesia Raya
- Pasangan: Nurnaningsih
- Kebangsaan: Indonesia
- Pendidikan: STIH IBLAM (2004), Gedung Fakultas Hukum ULM / Gedung Baru
- Orang tua: Sa’diah binti Ubak, Muchtar bin H. Sirin
- Buku: Selayang pandang Komisi III DPR RI: evaluasi penegakan hukum di Indonesia 2014-2019
Kisah Desmond Mahesa Diculik
Dikutip dari kompas.com, pagi itu, 3 Februari 1998, tak ada kecurigaan di diri Desmond Junaidi Mahesa.
Dia beraktivitas seperti biasa di kantornya di kawasan Cililitan, Jakarta Timur.
Desmond yang kala itu menjabat sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) mengaku didatangi 8-10 orang pada pukul 02.30 WIB dini hari.
Pagi harinya, sekitar pukul 08.00 WIB, kembali datang orang tak dikenal.
Namun, Desmond mengaku tak menaruh prasangka.
Dia tak menyangka bahwa pagi itu menjadi hari di mana dia diculik.
"Kemudian, saya keluar kantor naik bus nomor 06 sampai di Kampung Melayu," kisah Desmond kepada Harian Kompas, 13 Mei 1998.
"Antara LAI dan GMKI, saya dihadang dua orang yang menodong dengan senjata. Sesudah ditodong, saya bergerak, kacamata saya jatuh, saya sulit mengenali orang. Tetapi ada mobil Suzuki Vitara warna abu-abu di GMKI. Jatuhnya kacamata membuat saya tidak leluasa dapat bergerak karena mata saya minus dan silinder, jadi sulit untuk mengenal orang. Saya diringkus, dimasukkan mobil, kepala saya ditutup seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras serta dihimpit dua orang. Sejak itu saya tidak tahu diputar-putar, setelah 50 menit saya sampai di suatu tempat," papar dia.
Selanjutnya, Desmond mengaku diborgol, matanya ditutup kain hitam.
Selama tiga jam, ia diinterogasi tentang aktivitasnya.
"Setelah itu saya dibawa ke bak air. Setelah sempat disuruh menyelam, saya ditanya lagi soal sikap saya. Setelah selesai, saya dibawa ke sebuah ruangan dengan enam sel. Di situ sudah ada Yani Afri dan Sony, keduanya anak DPD PDI Jakut yang ditangkap Kodim Jakarta Utara soal peledakan bom di Kelapa Gading," demikian kesaksian Desmond saat itu.
Setelah sehari Desmond ditahan, aktivis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera) Pius Lustrilanang masuk, disusul aktivis Haryanto Taslam.
Menurut Desmond, ada tawaran yang diberikan penculik kepadanya.
Ia diminta mengaku bersembunyi di Garut.
Namun, kala itu Desmond mengajukan skenario lainnya: pergi ke Irian Jaya untuk melakukan penelitian.
Diperiksa pada malam hari
Selama diculik, Desmond mengaku mendapatkan dua buah selimut, celana pendek berwarna biru dan jingga, serta tas berwarna hijau muda.
"Setiap orang yang ditahan diberi celana pendek, ada berwarna biru dan jingga. Selain itu saya juga diberi tas berwarna hijau muda," katanya.
Pada malam hari, seusai makan malam, Desmond menjalani pemeriksaan secara bergantian.
Saat pemeriksaan, matanya ditutup kain hitam.
Menurut Desmond, pemeriksaan hanya dilakukan pada malam hari hingga dia dibebaskan pada 3 April 1998.
Dibebaskan
Desmond baru dilepaskan dua bulan setelahnya.
Saat dibebaskan, dia dibawa dengan menggunakan mobil.
Salah seorang yang membawanya memberikan tiket pesawat Garuda menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan nama yang tertera pada tiket bukan namanya.
Ia diturunkan sekitar 100 meter sebelum Terminal F Bandara Soekarno Hatta.
Sesampainya di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Desmond langsung melaporkan peristiwa yang dialaminya ke Polresta Banjarmasin.
Dia pun sempat kembali ke rumah orang tuanya di Banjarmasin.
Namun demikian, Desmond mengaku tak dapat mengidentifikasi sosok penculiknya.
Sebab, tanpa kacamata, penglihatannya sangat terbatas. Ia juga tak bisa memastikan lokasi penculikannya selama dua bulan.
Demikian pula soal di mana dia ditempatkan, apakah di sebuah rumah, kantor, atau bangunan lainnya.
"Pokoknya sebuah bangunan besar permanen, namun sepi," kata dia. Desmond hanya mengatakan, kala itu dirinya diculik oleh orang yang punya organisasi rapi.
(*)
(Sumber : Kompas.com / Tribun Network)
Breaking News: Kakek Akat di Bangka Selatan Tewas Diterkam Buaya Saat Ambil Air di Sawah |
![]() |
---|
Banyak Dikeluhkan Masyarakat, DRPD Babel Dorong Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit |
![]() |
---|
Seminar Persi Babel, Hidayat Arsani Tekankan Adaptasi Regulasi hingga Kolaborasi Layanan |
![]() |
---|
Terseret Ramalan Hard Gumay, Begini Kondisi Terkini Sule, Terungkap Penyakit yang Diderita |
![]() |
---|
Penyebab Sule Sakit Diungkap Rizwan, Viral Merintih Kesakitan dan Terbaring di Ranjang: Ayah Drop |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.