Sejarah

Sejarah 1 Muharram Tahun Baru Islam, Berkaitan dengan Peristiwa Penting, Hijrahnya Rasulullah saw

Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan tahun baru Islam berkaitan dengan peristiwa penting, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad SAW...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Fitri Wahyuni
Tribun Jabar
Sejarah 1 Muharram Tahun Baru Islam, Berkaitan dengan Peristiwa Penting, Hijrahnya Rasulullah saw 

BANGKAPOS.COM -- Umat Muslim memiliki waktu khusus dalam menyambut tahun baru.

Sebab, umat Muslim menggunakan sistem penanggalan sendiri yang disebut sebagai Kalender Hijriah atau Kalender Islam.

1 Muharram atau tahun baru Islam 1445 H jatuh pada hari Rabu, 19 Juli 2023.

Tahun baru islam ini menjadi hari yang sangat penting bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan tahun baru Islam berkaitan dengan peristiwa penting, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Pada tahun 662 Masehi, Nabi Muhammad hijrah dari kota Mekkah ke Madinah.

Baca juga: Sejarah dan Makna Lempar Jumrah dalam Ibadah Haji, Pertama Kali Dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS

Perhitungan tahun baru Islam bermula di masa Umar bin Khattab r.a. tepatnya 6 tahun pasca-wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Umar bin Khatab bermusyawarah dengan para sahabat dan singkat kata, mereka pun berijma untuk menjadikan momentum di mana terjadi peristiwa hijrah Nabi sebagai awal mulai perhitungan tahun dalam Islam.

Sedangkan penentuan 1 Muharram sebagai awal tahun hijriah dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun ke-17 Hijriah—tanpa penanda tahun.

Sebelum mengenal kalender Islam atau kalender Hijriah, masyarakat Arab mengenal tahun dengan menamainya menggunakan peristiwa penting yang terjadi di tahun tersebut.

Misalnya kelahiran Nabi Muhammad SAW, dikenal dengan Tahun Gajah,

Karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap Kabah oleh pasukan yang menggunakan gajah sebagai kendaraan perangnya.

Sejarah 1 Muharram, Dicetuskan Umar bin Khattab

Dikutip KompasTV dari buku Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah oleh Ahmad Sarwat, dikisahkan pada tahun-tahun itu, wilayah Islam sudah mulai meluas hingga ke Irak.

Sayyidina Umar sebagai khalifah waktu itu mendapatkan surat dari salah satu gubernurnya, yakni Abu Musa Al Asyi’ari tanpa nomor tahun dan tanggal.

Sayyidina Umar pun memanggil Abu Musa. 

Abu Musa lantas bercerita jika ia kebingungan lantaran banyak surat yang datang kepadanya tanpa ada penanda tanggal yang jelas.

Hal itu membuat ia bingung, mana surat baru dan mana surat lama.

Baca juga: Sejarah Kabah, Kiblat Umat Muslim di Seluruh Dunia, Benarkah Sudah Ada sebelum Manusia Diturunkan?

Sayyidina Umar pun lantas bergerak cepat dan mengumpulkan para sahabat untuk merumuskan hal ini.

Setelah diskusi bersama para sahabat, Umar sepakat bahwa Islam harus memiliki standarisasi penanggalan demi menentukan penanda tahun yang digunakan umat Islam.

Di sini mulailah terjadi perdebatan, lantaran kapan tahun pertama yang harus digunakan.

Para sahabat pun mengusulkan banyak tanggal penting dalam islam.

Misalnya, ada yang mengusulkan tahun gajah, di mana waktu itu Nabi Muhammad lahir.

Lalu, ada pula opsi untuk menjadikan penanda hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah sebagai penanda tahun Islam.

Usulan itu berasal dari Sayyidina Usman dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Dari beberapa pilihan, akhirnya Sayyidina Umar memutuskan dan disepakati memakai waktu hijrahnya Nabi sebagai awal tahun baru Islam.

Tahun baru Islam kemudian diperingati setiap tanggal 1 Muharram oleh kaum Muslimin.

Nama Muharram sendiri secara bahasa diartikan sebagai bulan yang diharamkan.

Yakni bulan yang di dalamnya orang-orang Arab diharamkan atau dilarang melakukan peperangan.

Orang Arab zaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci.

Oleh karenanya tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan, sedangkan pada bulan lain misalnya shafar, diperbolehkan melakukan peperangan.

Untuk perputaran tahun, disepakati menggunaan penanda perputaran waktu bulan (Al-Qomari), sebagaimana sudah dipraktekkan bangsa Arab sejak ratusan tahun yang lalu. 

Alasan Tahun Baru Islam Jatuh pada Waktu Hijrah Nabi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tahun baru Islam berkaitan dengan peristiwa penting, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Ternyata hal ini dilakukan bukan tanpa alasan.

Sayyidina Umar waktu itu memilih waktu hijrah Nabi Muhammad lantaran para sahabat masih berselisih terkait waktu kapan tepatnya Nabi Lahir, serta wahyu turun.

Hal ini dikarenakan, dalam tradisi Arab, penanda waktu adalah peristiwa, bukan tanggal.

Misalnya, kelahiran Nabi, disebut dengan tahun gajah karena ada peristiwa penyerangan Ka'bah waktu itu oleh Abrahah, seorang raja yang ingin menguasai Ka'bah, tanpa ada embel-embel tanggal ataupun tahun. 

Sementara pilihan untuk tidak menjadikan waktu kematian Nabi Muhammad karena menurut Sayyidina Umar, itu merupakan tahun penuh kesedihan bagi umat Islam.

Setelah urusan tahun, maka para sahabat pun diskusi tentang awal mula tanggal hijriah.

Sebab, hijrah Nabi sendiri sebenarnya bukan di Muharram, tapi di Rabiul Awwal.

Sayyidina Umar berpendapat, meskipun hijrah terjadi di Rabiul Awal, tapi permulaan Hijrah Nabi justru terjadi di bulan Muharram.

Tepatnya di penghujung Zulhijah ketika para sahabat membaiat Nabi Muhammad, sedangkan bulan setelahnya adalah Muharram, awal mula hijrah terjadi.

Akhirnya diputuskan, 1 Muharram menjadi tanggal awal tahun baru bagi umat Islam.

Perbedaan Kalender Hijriah dan Masehi

Berbeda dari kalender Masehi menggunakan matahari, sementara kalender Hijriah menggunakan sistem peredaran bulan atau qoariyah.

Tahun baru Islam juga tidak tiba pada hari yang sama seperti tahun baru Masehi yang pasti terjadi pada 1 Januari.

Hal ini dikarenakan, satu tahun dalam hitungan kalender Islam, sebelas atau dua belas hari lebih pendek dari tahun Masehi.

Selain itu, dalam penanggalan Hijriah akan dihitung berganti hari ketika matahari terbenam.

Sedangkan tahun Masehi, pergantian hari dimulai pada pukul 12 malam.

Nama bulan dalam kalender Islam dan Masehi pun berbeda.

Berikut nama-nama bulan dalam kalender Hijriah:

Muharam, Safar, Rabiul awal, Rabiul akhir, Jumadil ula, Jumadil akhir, Rajab, Syakban, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijjah.

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved