Berita Pangkalpinang
34 Desa di Babel Rawan Air, Sumur Kering Warga di Pangkalpinang Ini Terpaksa Nyuci Baju di Sungai
Sungai kini menjadi andalan warga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk mendapatkan air di saat-saat musim kemarau seperti saat ini.
Penulis: Nurhayati CC | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Sungai kini menjadi andalan warga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk mendapatkan air di saat-saat musim kemarau seperti saat ini.
Beberapa pemukiman warga kini kesulitan air bersih karena sumur mengering.
Seperti dialami warga di Gang H Saleh IV, Jalan Depati Hamzah, Kelurahan Air Itam Pangkalpinang.
Mirna (44) bukan nama sebenarnya, ibu rumah tangga ini mengandalkan sungai yang berada di dalam Gang H Saleh IV, Jalan Depati Hamzah, Air Itam untuk mencuci pakaian.
Saat dijumpai Bangkapos.com, Selasa (22/8) pagi, Mirna dan sejumlah ibu-ibu lainnya sedang asik bercerita sambil mencuci pakaian masing-masing.
Terlihat papan sungai penuh oleh baskom hitam yang berisikan baju-baju.
Baju-baju yang sudah bersih dicuci dan dibilas dengan air sungai, digantungkan di atas kayu dekat papan.
Sungai kecil yang mengalir di bawah jembatan itu rupanya jadi tempat sasaran ibu-ibu saat kekeringan tiba.
Diakui Mirna, sudah satu pekan ini sumur di rumahnya kering tak menyisakan setetespun.
Dengan demikian sudah satu pekan ini juga Mirna terpaksa mencuci baju di sungai.
"Kalau untuk buang air kecil kami minta air sama tetangga, tapi kalau untuk nyuci baju kayak gini ga cukup. Ya terpaksa pergi ke sungai gini lah," ungkap Mirna sambil mengucek-ngucek cuciannya.
Ia mengatakan, jika sudah musim kemarau seperti ini kekeringan memang sudah menjadi langganan di Air Itam dan sekitarnya.
"Nanti air sungai ni kering juga, kami biasanya sekaput (kemana-mana-red) nyari air. Air Itam dan Temberan ni memang langganan kering, karena bukan daerah yang basah," keluhnya.
Kata Mirna, hingga kini belum ada bantuan air dari pihak mana pun.
Diakuinya kalau memang ada yang ingin mendistribusikan air dengan senang hati pihaknya akan menerima.
"Kalau gratis kami mau lah, tapi kalau mau bayar mending kami ke sungai," ungkapnya.
Senada dengan Mirna, Yudi (47) warga Temberan mengaku sudah dua minggu ini air dari sumurnya tidak lagi mengalir.
Kata Yudi, ia terpaksa menyambungkan air dari rumah tetangganya yang menggunakan PDAM.
"Kebetulan tetangga kami tu rumahnya tidak ditinggali, jadi kami nyambung ke sana tapi kami yang bayar airnya tiap bulan. Alhamdulillah dengan itu jadi kebantu," ungkapnya.
"Kalau hujan semalam saja biasanya sumur itu langsung ngisi, ini sudah berapa lama kita tidak turun hujan jadi airnya kering," kata Yudi.
Dua Kabupaten Alami Kekeringan
Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Bangka Belitung sudah menerima laporan ada desa-desa yang mengalami kekeringan pada musim kemarau ini.
Tak disampaikan secara rinci desa-desanya, namun desa tersebut berada di Kabupaten Bangka Barat dan Bangka Tengah.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Penanggulangan dan Bencana Daerah (BPBD) Babel Mikron Antariksa, Senin (21/8/2023).
Pihaknya pun sudah mengambil langkah atau penanganan dengan menyalurkan air ke area yang kekurangan air.
“Ada laporan tentang kekeringan atau kekurangan air, kami sudah standby mobil tangki untuk menyalurkan air ke desa itu. Kemarin ada laporan di daerah Bangka Tengah dan Bangka Barat, teman-teman di sana sudah suplai airnya ke sana,” ungkap Mikron.
Diakuinya, saat ini memang masuk puncak kemarau dari laporan BMKG Kota Pangkalpinang.
“Saat ini memang dengan cuaca dan hujan yang sudah mulai tidak ada lagi, kami tentu akan selalu siap siaga untuk menangani kekeringan air, dan mencari sumber-sumber, agar dapat disalurkan ke desa-desa yang kekurangan air tersebut,” katanya.
Sementara untuk daerah-daerah yang punya sumber air dan PDAM, dikatakan Mikron sudah mulai dioptimalkan.
“Sudah dilakukan antisipasi juga kalau pun nanti terjadi kekeringan atau penyusutan air, untuk yang ada aliran PDAM,” jelasnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangka Belitung sudah mendata desa-desa di Bangka Belitung yang rawan kekeringan saat musim kemarau.
Hal ini disampaikan Kepala BPBD Bangka Belitung, Mikron Antariksa, Rabu (2/8/2023).
“Saat ini musim kemarau hanya saja posisinya ada hujan dikarenakan pengaruh siklon tropis. Kami telah menginventarisasi desa-desa terawan air dan sudah kita teruskan ke kabupaten untuk diantisipasi,” ungkap Mikron.
Pihaknya mendata, dari total 309 desa, ada sekitar 34 merupakan desa rawan air.
“Desa rawan air rata-rata tidak memiliki sumber air. Di tujuh kabupaten/kota terdapat desa rawan air. Misalnya di Bangka Barat ada 12 desa yang rawan air, Bangka Tengah ada 7 desa rawan air,” katanya.
Menurutnya, upaya antisipasi dengan mendekatkan air-air embung, menyiapkan mobil tangki dan juga menyiapkan tempat penampungan air di desa-desa rawan air tersebut.
“Sementara itu, sama dengan kebakaran hutan kita pantau dari titik hotspot yang dikeluarkan oleh BMKG yang mana 1 hari keluar 5 sampai 10 titik. Dan setelah dicek memang rata-rata bukan kebakaran tapi pantulan panas dari pasir, laut, atau air. Musim kemarau ini ada 2 bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan dan kekeringan,” jelasnya.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangka Belitung juga menerima laporan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Dalam sehari BPBD Babel selalu melakukan pengawasan di beberapa titik hotspot.
“Titik hotspot per hari rata-rata 7 titik yang kita terima dan harus kita pantau.
Mayoritas di Bangka Barat,” ujar Kepala BPBD Bangka Belitung, Mikron Antariksa, Selasa (1/8).
Diakuinya, cakupan bermuara dari titik hotspot yang dikirimkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Dari titik hotspot tersebut kita mengecek lapangan untuk melihat titik hotspot tersebut kebakaran atau bukan. Memang dari rata-rata laporan dari masyarakat peduli api sekitar 70 persen kebakaran, 30 persen karena titik panas yang lain. Nah itu semua akibat dari pembakaran lahan dalam upaya pembukaan lahan. Yang paling murah itu adalah membuka lahan dengan membakar sehingga masyarakat melakukan pembakaran,” jelas Mikron.
Ia berharap, masyarakat agar tak membuka lahan dengan cara membakar, jika pun melakukan diharap untuk dikendalikan.
“Memang budaya masyarakat kita membuka lahan saat kemarau karena mudah membakar, kemudian setelah membakar dapat humus, kemudian tanam padi, kemudian dari tanam padi dia menanam dengan holtikultura oalawija dan segala macem. Tapi kami juga mengingatkan kepada masyarakat yangbmembakar untuk mengendalikan apinya dan pembakaran terkendali,” katanya.
Mikron mengatakan, bencana karhutla di Bangka Belitung masih dapat dikenalikan.
“Tidak ada bencana alam di Bangka yang tidak bisa kita tangani bahkan puting beliung, rumah-rumah penduduk yang rusak akibat angin tersebut sudah dibantu kawan-kawan kabupaten/kota melalui bantuan tidak terduga. Artinya sampai ini juga tidak ada bencana ke tingkat provinsi, artinya selesai di tingkat kabupaten/kota,” jelasnya.
(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah/Cici Nasya Nita/Nurhayati)
| Wagub Babel Hellyana Minta Maaf ke Gubernur dan Masyarakat, Begini Nasib Kasusnya |
|
|---|
| Resmi Dilantik Jadi Bupati Bangka, Gubernur Hidayat Minta Fery Insani Komitmen Bersinergi |
|
|---|
| Gubernur Bangka Belitung Hidayat Arsani Minta Petugas Siap Siaga Hadapi Bencana Hidrometeorologi |
|
|---|
| Disnaker Pangkalpinang Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Kompetensi, Siapkan Generasi Muda Siap Kerja |
|
|---|
| Pernyataan Lengkap Hellyana Memohon Maaf ke Gubernur Babel dan Masyarakat |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.