Kisah Bayi Tertukar di Bogor

Cuhat Pihak RS Sentosa Usai Dilaporkan ke Polisi, yang Berobat Makin Hari Makin Sepi

RS Sentosa dianggap lalai dan menyebabkan dua bayi tertukar selama setahun. Namun, pihak RS Sentosa tak berharap dipolisikan karena sudah merugi

Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: Evan Saputra
(KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN)
Rumah Sakit Sentosa di Bogor, tempat bayi Siti Mauliah tertukar 

BANGKAPOS.COM - Rumah Sakit (RS) Sentosa, Bogor, Jawa Barat terancam akan dilaporkan ke polisi imbas kasus bayi yang tertukar.

RS Sentosa dianggap lalai dan menyebabkan dua bayi milik pasien tertukar selama setahun.

Namun, pihak RS Sentosa menyebut saat ini sudah menerima dampak dari kasus tersebut, yakni kerugian menurunnya jumlah pasien yang datang berobat ke RS.

"Dampaknya sangat dirasakan. Pasien menurun jauh. Ini sanksi sosial yang diterima. Kita jadi sorotan negatif," ujar Juru Bicara RS Sentosa, Gregg Djako dikutip Kompas.com.

Menurutnya, sanksi sosial tersebut merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh rumah sakit.

Pihaknya berharap kasus tersebut diselesaikan atau sebisa mungkin berakhir damai bagi semua pihak.

Gregg mengatakan, pihaknya ingin mengedepankan penyelesaian kasus tersebut secara kekeluargaan. Sebab, menurutnya, sudah terlalu banyak menerima konsekuensi atas kejadian tersebut.

"Dan kita juga harus akui ada 300 lebih karyawan yang bekerja di dalamnya. Semua orang menggantungkan (kerja di rumah sakit) hidupnya di sini bersama keluarganya," ujarnya.

Gregg yang juga sebagai staf legal RS Sentosa Bogor menyarankan supaya bisa mempertimbangkan rencana untuk melaporkan kasus ini secara pidana.

Sejak awal, pihak RS selalu kooperatif membuka diri dan membantu dalam menyelesaikan kasus tersebut. Pihak RS juga sudah secara terbuka menyampaikan permintaan maaf kepada Ibu Siti Mauliah (37) dan Ibu DP alias Dian (33) saat mediasi atau diumumkannya hasil tes DNA.

Permintaan maaf dilakukan langsung oleh Direktur Utama (Dirut) RS Sentosa, kemudian bagian manajer penunjang medis.

Sebagai informasi, hasil tes DNA terhadap dua bayi laki-laki dinyatakan tertukar dari orangtua biologisnya atau kandung asli.

Pihak rumah sakit maupun tenaga kesehatan bertanggung jawab atas kelalaian yang dilakukan perawat dan bidan.

Sebanyak 15 tenaga kesehatan rumah sakit langsung disanksi. Lima di antaranya dinonaktifkan sebagai tenaga kesehatan.

Dengan demikian, mereka sudah tidak lagi melayani kesehatan di rumah sakit tersebut. Menurutnya, peristiwa bayi tertukar itu terjadi di luar kendali atau daripada kemampuan pihak rumah sakit. 

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved