SOSOK A.M Hendropriyono, 'Pecah Kongsi' dengan Menantu Andika Perkasa Soal Pilihan Capres

Seperti yang diketahui, Andika Perkasa berada di gerbong Ganjar Pranowo untuk urusan Pilpres 2024 mendatang. Sedangkan sang mertua, Hendropriyono...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Dedy Qurniawan
Kolase Bangkapos.com / Tribun
SOSOK A.M Hendropriyono, 'Pecah Kongsi' dengan Menantu Andika Perkasa Soal Pilihan Capres 

BANGKAPOS.COM -- Jenderal (Purn) AM Hendropriyono dengan menantunya Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa memiliki pandangan politik yang berbeda.

Jika biasanya kedua jenderal ini terlihat kompak, namun untuk urusan politik nampaknya mereka memiliki sudut pandang masing-masing.

Seperti yang diketahui, Andika Perkasa berada di gerbong Ganjar Pranowo untuk urusan Pilpres 2024 mendatang.

Sedangkan sang mertua, Hendropriyono tampak merapat ke kubu Prabowo Subianto.

Bahkan Hendropriyono menunjukkan kesetiannya kepada Prabowo.

SOSOK A.M Hendropriyono

A.M. Hendropriyono atau Abdullah Mahmud Hendropriyono adalah Jenderal TNI AD dan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).

A.M. Hendropriyono dijuluki the master of intelligence karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.

Selain dikenal sebagai mantan perwira tinggi TNI AD dan master of intelligence, A.M. Hendropriyono juga dikenal sebagai politisi Indonesia.

Jabatan terakhir yang melekat pada Hendro adalah Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.

Jabatan tersebut disematkan kepadanya mulai tahun 2016 hingga 2018.

A.M Hendropriyono lahir di Yogyakarta, pada tanggal 7 Mei 1945.

Hendro banyak memperoleh pendidikan formalnya di Jakarta, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Untuk mendidikan dasar, Hendropriyono bersekolah di SR Muhammadiyah, Kemayoran, Jakarta,

Ia juga sempat pindah ke SR Negeri Jalan Lematang, Jakarta, sebelum pada akahirnya melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri V bagian B (Ilmu Pasti).

Selanjutnya, Hendropriyono melanjutkan pendidikan di SMA Negeri II bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Gajah Mada, Jakarta.

Setelah lulus, barulah ia melanjutkan pendidikan militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (lulus 1967).

Lalu di Australian Intelligence Course di Woodside (1971), dan United States Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1980).

Hendropriyono juga pernah menempuh pendidikan di sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko ABRI) dengan predikat lulusan terbaik pada 1989 bidang akademik.

Dirinya kemudian mendapatkan anugerah Wira Karya Nugraha.

Tidak hanya itu, Hendropriyono juga mengikuti kursus singkat Angkatan VI Lembaga Ketahanan Nasional (KSA VI Lemhannas).

Keterampilan militer yang pernah diikutinya antara lain adalah Para-Komando, terjun tempur statik, terjun bebas militer (Military Free Fall), dan penembak mahir.

Pendidikan umum Hendropriyono menjadikannya sebagai sarjana dalam bidang administrasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA-LAN),

Sarjana Hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM) dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Terbuka (UT) Jakarta, juga Sarjana Teknik Industri dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Bandung.

Bahkan Hendro juga mendapatkan gelar magister administrasi niaga dari University of the City of Manila, Filipina dan gelar magister di bidang hukum dari STHM dan pada bulan Juli 2009.

Hingga pada akhirnya ia meraih gelar doktor filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan predikat Cum Laude.

Pada 7 Mei 2014, Hendropriyono dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Filsafat Intelijen dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara.

Karier Militer

1968-1972 - Komandan Peleton Komando Pasukan Khusus TNI-AD di Magelang
1972-1974 - Komandan Kompi Prayuda Kopasandha (Komando Pasukan Sandi Yudha)
1981-1983 - Komandan Detasemen Tempur 13
1983-1985 - Wakil Asisten Personel Kopasandha merangkap sebagai Wakil Asisten Operasi
1985-1987 - Asisten Intelijen Kodam V/Jaya
1987-1991 - Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
1991-1993 - Direktur D Badan Intelijen Strategis ABRI
1993-1994 - Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI
1993-1994 - Panglima Kodam V/Jaya
1994-1996 - Komandan Kodiklat TNI AD

Karier Politik

Dalam birokrasi pemerintahan RI, Hendropriyono pernah memangku berbagai jabatan yang berturut-turut.

Yakni ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan Republik Indonesia (1996-1998), Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH) dalam Kabinet Pembangunan VII.

Selain itu ia juga dipercaya menjadi Menteri Transmigrasi dan PPH dalam Kabinet Reformasi Pembangunan yang kemudian merangkap sebagai Menteri Tenaga Kerja ad-interim.

Karier Intelijen

Pada periode tahun 2001-2004 sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di Kabinet Gotong Royong.

Banyak hal yang ia ciptakan di dunia intelegen, mulai dari penggagas lahirnya Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Sentul, Bogor, Dewan Analis Strategis (DAS) Badan Intelijen Negara, Sumpah Intelijen, Mars Intelijen,.

Hendropriyono juga menetapkan hari lahir badan intelijen, mencipta Logo dan Pataka BIN, mempopulerkan bahwa intelijen sebagai "ilmu" dan menggali "filsafat intelijen", serta menggagas berdirinya tugu Soekarno-Hatta di BIN.

Sekarang ini Hendropriyono menjadi pengamat terorisme dan intelijen.

Tidak heran jika ia kerap diminta untuk menjadi narasumber oleh media massa dan berbagai lembaga, giat menulis bermacam pemikirannya dalam artikel-artikel di berbagai koran, majalah, radio dan televisi.

Ketika menjadi Kepala BIN, Hendropriyono juga mendirikan Sekolah Tinggi Intelijen Negara di Sentul, Bogor.

Penghargaan

Atas dedikasi kepada negara, Hendropriyono pernah mendapatkan berbagai kehormatan negara RI, dalam wujud bintang dan tanda jasa.

Seperti di antaranya Bintang Mahaputera Indonesia Adipradana, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya-prestasi, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma,

Bintang Dharma, Satya Lencana Bhakti untuk luka-luka di medan pertempuran, serta anggota Legiun Veteran Pembela Republik Indonesia (Pembela/E, NPV: 21.157.220).

Ia juga dinobatkan sebagai Man Of The Year oleh Majalah Editor pada tahun 1993.

A.M Hendropriyono, 'Pecah Kongsi' dengan Menantu Andika Perkasa Soal Pilihan Capres

Perbedaan dukungan dalam sebuah keluarga sangat wajar, hanya saja jika ini terjadi pada menantu dan mertua yang berstatus mantan jenderal bintang 4, tentu menimbulkan banyak tafsiran.

"Saya rasa ini lazim ya, dalam konteks keluarga itu preferensi politik bisa berbeda,"

"tentunya ini soal realitas politik yang kaitannya dengan kepentingan masing-masing," ujar Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa kepada Tribunnews.com, Kamis (7/9/2023).

"Misalnya saja, Andika masuk jadi bagian dari koalisi pendukung Ganjar karena berpotensi menjadi pendamping ataupun menteri, jadi ini menjanjikan juga"

"Sedangkan Hendropriyono menjadi pendukung Prabowo karena pernah bersama-sama dalam tugas kemiliteran, bahkan Hendro sendiri besar dan jaya di era Soeharto, tentunya ini fakta historisnya," kata Herry.

Ia menilai, baik Ganjar dan Prabowo adalah produk yang menjadi pilihan rasional dari pasca pemerintahan Jokowi ,

sehingga tak ada persoalan karena kepentingan kontinuitas kekuasaan politiknya terpenuhi.

Namun, di sisi lain, ia juga menganalisa jika fenomena di atas juga bagian dari manuver politik Hendropriyono dan menantunya, Andika Perkasa.

"Jelas pasti ini bagian dari manuver. Saya lebih melihatnya pada arah dukungan Jokowi yang belum menentu,"

"sehingga semua kini sedang bermanuver, termasuk elite parpol pendukung Jokowi," katanya.

Herry mengaku Jokowi effect di Pilpres 2024 masih terasa.

Ia mencontohkan dari saling bersaingnya dua kandidat bakal calon presiden (bacapres) yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Baik kubu Ganjar maupun Prabowo, acapkali "memamerkan" kedekatannya dengan Jokowi di berbagai momen.

Tingkat kepuasan yang tinggi terhadap kinerja Jokowi, seperti dipotret lembaga-lembaga survei diyakini akan sangat berpengaruh terhadap dukungan Jokowi kepada calon yang bertarung di Pilpres mendatang.

"Semua kini menunggu ke mana Jokowi akan menentukan pilihan. Bukan hanya di tingkat elite, seperti Andika dan Hendropriyono, tetapi juga pemilih Jokowi di 2019."

"Mereka masih menanti, siapa capres yang akan dipilih Jokowi," tandasnya.

(Bangkapos.com/Fitri/Tribunnews.com/Galuh W/Malvyandie)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved