Tribunners
Mendesain Pembelajaran Menuju Pendidikan Bermakna
Pendidikan bermakna tidak hanya berhenti di sekolah, melainkan berlanjut sepanjang hayat.
Oleh: Dr. Kartika Sari, M.Pd.I. - Pengawas Madya Kementerian Agama Kota Pangkalpinang
KITA sepakat bahwa pendidikan adalah tonggak utama pembangunan suatu negeri. Ia menciptakan dasar bagi pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial, dan perkembangan individu. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga, pendidikan menjadi fokus perhatian utama, dan reformasi pendidikan terus berlanjut untuk memastikan setiap generasi agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Kurikulum Merdeka merupakan salah satu langkah penting dalam reformasi pendidikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Implementasi Kurikulum Merdeka yang berjalan saat ini di setiap satuan pendidikan bertujuan untuk memberikan pendidikan yang lebih kontekstual, relevan, dan bermakna bagi para peserta didik. Ini merupakan salah satu langkah untuk membentuk pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman dan masyarakat yang terus berubah.
Setiap guru dibekali dengan enam kompetensi yang melekat pada dirinya, salah satunya adalah kompetensi pedagogis. Kompetensi pedagogis ini mencakup seperangkat aspek yaitu keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang berkaitan dengan kemampuan guru untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran secara efektif. Ini adalah kompetensi inti yang dimiliki oleh guru untuk mendidik peserta didik dengan baik dan mendesain pembelajaran yang bermakna. Tentunya dalam mendesain pembelajaran yang bermakna ada beberapa langkah yang harus dilakukan dan dilalui oleh seorang guru yang merupakan agen perubahan dalam proses pembelajaran.
Guru dalam mendesain pembelajaran yang bermakna harus mampu melakukan pendekatan dalam pembelajaran dengan menghadirkan peserta didik sebagai peserta aktif dalam proses belajar. Setiap peserta didik diberikan peluang untuk mengemukakan ide dan gagasannya atau diberi ruang untuk bertanya, berpikir kritis, dan berkolaborasi dengan sesama peserta didik.
Guru juga harus mampu memilih model pembelajaran yang melibatkan diskusi kelompok, proyek-proyek, dan penugasan yang memerlukan pemecahan masalah. Dalam hal ini guru harus berperan sebagai fasilitator yang mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi, berpartisipasi, dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Untuk menuju pembelajaran yang bermakna harus memiliki relevansi dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari para peserta didik, dikenal dalam dunia pendidikan dengan pembelajaran kontekstual. Materi pelajaran harus disajikan dalam konteks yang membuat peserta didik merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki dampak langsung dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dicapai dengan mengintegrasikan studi kasus aktual, tantangan dunia nyata, dan masalah sosial dalam kurikulum. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka melihat keterkaitan antara apa yang mereka pelajari di sekolah dan dunia di luar kelas.
Selain itu, guru harus mampu membangkitkan kemampuan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik. Guru harus mendorong peserta didik untuk menganalisis informasi, mengevaluasi berbagai perspektif, dan mengemukakan argumen berdasarkan bukti yang mereka temukan.
Selain itu, pembelajaran harus merangsang kreativitas peserta didik. Kegiatan seperti pemecahan masalah, proyek seni, dan eksperimen ilmiah dapat membantu peserta didik berpikir di luar kotak dan mengembangkan ide-ide baru.Salah satu aspek penting dari pendidikan yang bermakna adalah mengembangkan kemandirian belajar peserta didik. Guru dalam mendesain pembelajaran harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merencanakan, mengatur, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri.
Para peserta didik perlu diberdayakan untuk mengambil inisiatif dalam proses pembelajaran dan merasa bahwa mereka memiliki kendali atas perkembangan mereka. Guru harus menjadi pendukung dalam mengembangkan kemandirian belajar ini dengan memberikan umpan balik, bimbingan, dan dukungan. Hal ini sejalan dengan asas-asas pendidikan kita, salah satunya adalah kemandirian.
Selain itu, guru dalam memilih materi pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik di setiap kelas. Desain pembelajaran bermakna harus memperhitungkan keanekaragaman ini dan memastikan bahwa materi yang dipilih relevan dan dapat menginspirasi peserta didik. Guru perlu mempertimbangkan gaya belajar peserta didik, minat, dan tingkat kemampuan ketika merancang pembelajaran yang bermakna.
Beberapa gaya belajar peserta didik yaitu gaya belajar visual yang menekankan kepada gambar, grafik, dan diagram. Gaya belajar auditori, di mana peserta didik lebih efektif apabila belajar melalui pendengaran. Gaya belajar kinestetik, yang menekankan melalui gerakan dan pengalaman fisik.
Kemudian gaya belajar sosial, di mana peserta didik lebih suka belajar dalam kelompok atau dengan bantuan orang lain. Gaya belajar teks, di mana peserta didik lebih suka belajar melalui membaca dan menulis. Terakhir, gaya belajar multisensori, di mana peserta didik membutuhkan variasi dalam pendekatan pembelajaran yang menggabungkan elemen-elemen visual, auditori, dan kinestetik.
Berbagai gaya belajar tersebut sebaiknya diketahui guru pada awal tahun pelajaran atau sejak awal interaksi di kelas bersama peserta didik melalui berbagai metode yang tepat.
Berorientasi pada pemahaman

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.