Berita Bangka Barat

Ada Empat Kasus Kematian Akibat DBD di Bangka Barat, Dua Anak dan Dua Dewasa

Angka kematian akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mencapai empat orang. Angka tersebut tercatat sejak Januari hingga November 2023

Penulis: Riki Pratama | Editor: Ardhina Trisila Sakti
Bangkapos.com/Riki Pratama
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Muhammad Safi'i Rangkuti 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangka Barat mencatatkan angka kematian akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mencapai empat orang.

Angka tersebut tercatat sejak Januari hingga November 2023. Jumlah kasus kematian akibat DBD ini menurun dari 2022 sebanyak 10 orang.

"Untuk DBD sampai dengan bulan ini ada empat kematian tersebar di beberapa kecamatan, dua anak-anak dan dua dewasa. Tentu kita berharap sampai akhir tahun ini jangan ada lagi penambahan kasus kematian," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Barat, Muhammad Safi'i Rangkuti, Selasa (14/11/2023) di tempat kerjanya.

Untuk menekan angka kematian akibat DBD, Rangkuti mengatakan pihaknya telah melakukan upaya penyuluhan, peninjauan ke sekolah dan mengintruksikan kepada ASN agar promosikan terkait pencegahan di setiap media sosialnya.

"Sampai saat ini telah meninggal dunia sebanyak empat orang, sementara yang terkena DBD jumlahnya ratusan tersebar pada enam kecamatan. Paling tinggi di kecamatan Mentok dan Parittiga," ujarnya.

Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2022, dikatakan Safi'i Rangkuti kematiam akibat DBD menurun dari angka 10 orang ke empat orang meninggal dunia.

"Tentu kasus DBD ini terkait dengan lingkungan, masyarakat harus memahami dan mengetahui akibat apa dan ikut melaksnakan pencegahan di lingkungan masing-masing," terangnya.

Sebagai upaya menekan jumlah kasus DBD, Rangkuti mengatakan pemerintah mendorong masyarakat rutin melakukan 3M plus. 

"Yakni mencakup kegiatan menguras tempat penampungan air, menutup rapat penampungan air, serta memanfaatkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD," lanjutnya.

Kemudian "plusnya" dikatakan Rangkuti, yakni upaya tambahan mencegah gigitan serta perkembangan nyamuk, seperti memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.

"Untuk penyemprotan tidak dilakukan, dihindari karena kurang efektif, nyamun kebal. Tetapi efektifnya tidak menyediakan tempat perindukan, menguras bak atau tempat penampungan air setiap minggu. Menutup dan mengubur barang bekas dan daur ulang," pesannya.

(Bangkapos.com/Riki Pratama)

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved