KISAH Mengerikan 3 Pendaki Dihujani Batu dan Abu Panas Gunung Marapi Meletus Lari Sembunyi di Pohon
Kisah mengerikan tiga pendaki, terdengar suara gemuruh tanah bergetar, tiba-tiba dihujani batu dan abu panas Gunung Marapi meletus
Penulis: Hendra CC | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM, - Kisah detik-detik meletusnya Gunung Marapi, di Sumatera Barat, Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 14.54 WIB, begitu mengerikan.
Akibatnya hingga saat ini, dari 75 pendaki ada 11 orang yang dinyatakan meninggal dunia.
Dan hingga saat ini baru 28 orang yang berhasil dievakuasi dan dalam kondisi selamat.
Sedangkan sisanya hingga saat ini masdih dilakukan pencarian oleh Tim Gabungan BPNPB.
Kejadian mengerikannya saat Gunung Marapi tiba-tiba meletus ini diceritakan oleh beberapa pendaki yang selamat.
Tiga di antaranya adalah Muhammad Afif (19), Yasirli Amri (21), dan Zhafirah Zahrim Febriana (19).
Mereka mengalami situasi menegangkan, tiba-tiba terjadi hujan batu dan abu yang mengerikan.
Seperti Gemuruh Pesawat Tempur
Muhammad Afif menceritakan, ia dan dua temannya, Lingga Duta Andrefa (19) dan Muhammad Faith Ewaldo (19) selamat dari letusan Gunung Marapi.
Ia mengetakan saat itu ia dan kedua temanya naik atau mulai mendaki ke Gunung Marapi pada Minggu sekitar pukul 11.00 wib.
Mereka memutuskan untuk mendaki setelah melihat dan mengetahui kondisi cuaca yang cerah dan aman.
"Saat itu, situasi masih aman dan lancar dan cuaca cerah," kata Afif, Senin (4/12/2023), dilansir Kompas.com.
Baru saja tiba di dekat pintu angin Gunung Marapi, sekitar pukul 15.00 WIB, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang sangat keras seperti suara pesawat tempur yang tengah melintas.
Bersamaan dengan itu, kondisi tanah saat itu bergetar hebat seperti gempa bumi.
Afif dan kedua temannya pun terdiam sesaaat kaget dengan kejadian tersebut.
"Kuat bunyinya, tak lama setelah itu ada hujan batu," ujar Alfi.
Sontak ia dan dua temannya panik ketakutan dan mencoba menyelamatkan diri.
Tak lama kemudian terjadi hujan batu dan abu yang sangat mengerikan.
Afif dan kedua temannya pun berlari secepatnya ke arah jalan-jalan kecil. Mereka berlindung ke pepohonan menghndari hujan batu dan abu tersebut.
"Waktu hujan batu, kami sembunyi ke 'jalan tikus' yang banyak pohonnya. Kami bertiga ketakutan dan panik," terang Afif.
Afif menyebut, hujan batu akibat erupsi Gunung Marapi itu berlangsung sekira 10 menit.
"Alhamdulillah, kami bertiga tidak ada yang kena batu," tambahnya.
Setelah hujan abu berhenti, mereka menenangkan diri dan turun menuju posko.
Meski selamat dari erupsi Gunung Marapai, namun Afif masih merasakan trauma, lantaran peristiwa itu sempat mengancam nyawanya.
Korban Telpon Kakinya Terasa Mau Patah
Cerita menegangkan saat erupsi Gunung Marapi juga dialami Yasirli Amri, mahasiswa Politekni Negeri Padang.
Yasirli merupakan satu dari 12 pendaki Gunung Marapi yang saat ini masih belum ditemukan.
Sepupu Yasirli, Ahmad Gandi Sabri (28) mengatakan, Yasirli mendaki Gunung Marapi pada Jumat (1/12/2023).
Yasirli berangkat bersama teman kampusnya yang berjumlah 18 orang.
"Adik saya itu sempat minta izin untuk berangkat ke orang tuanya dan diizinkan," kata Sabri, Senin, melansir TribunPadang.com.
Memasuki hari ketiga sejak Yasirli berangkat atau setelah Gunung Marapi meletus, ia menghubungi ayahnya melalui sambungan telepon sekira pukul 17.30 WIB.
Dalam komunikasi itu, anak bungsu dari dua bersaudara itu menyebut, lokasinya di sekitaran cadas dan terakhir bersama rombongan di dekat tugu Abel.
Kepada ayahnya, Yasirli mengatakan, dirinya kehausan dan sudah tidak kuat lagi berjalan.
"Di telepon itu, ia menyebut bahwa dirinya haus, kakinya rasa mau patah dan tidak sanggup lagi berjalan," terang Sabri.
Yasirli juga mengirimkan video singkat ke keluarga.
Setelahnya, ia tak bisa lagi dihubungi.
Tubuh Diselimuti Abu
Sementara itu, sebuah video yang memperlihatkan seorang pendaki wanita terjebak di Gunung Marapi, viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, tampak seorang wanita berambut panjang tubuhnya diselimuti abu erupsi.
Wanita itu adalah Zhafirah Zahrim Febrina, mahasiswi Politeknik Negeri Padang.
Ternyata, video itu sengaja direkam oleh Zhafirah untuk dikirimkan kepada sang ibu.
Kepala Basarnas Padang, Abdul Malik mengatakan, saat ini Zhafirah telah berhasil dievakuasi.
"Dia korban yang terjebak di Gunung Marapi, (sudah) berhasil dievakuasi," ujar Abdul dalam keterangan tertulis, Senin, melansir Kompas.com.
Setelah berhasil dievakuasi, Zhafirah kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Panjang.
Mahasiswi berusia 19 tahun itu mengalami luka bakar di tubuhnya.
Ibu Zhafirah, Rani Radelani mengatakan, barang-barang anaknya hilang pasca menghadapi situasi sulit saat erupsi Gunung Marapi.
Video itu, lanjut Rani, dikirim oleh Zhafirah melalui ponsel pendaki lain yang tercecer.
"Barang dia hilang semuanya, jadi ada handphone orang dapat sama dia."
"Ada sinyal dan bisa dibuka handphone-nya (dikirim kondisinya)," terang Rani, dikutip dari TribunPadang.com.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunPadang.com/Panji Rahmat/Wahyu Bahar, Kompas.com/Idon Tanjung/Perdana Putra)
| Tragis, Insiden Sepasang Pendaki Gancet Meninggal, Kronologi & Hasil Autopsi Ungkap Fakta Mengerikan |
|
|---|
| Tragedi Bulan Madu Berujung Maut, Cindy Tewas dan Gilang Kritis, Dugaan Gas Beracun dari Pemanas Air |
|
|---|
| Doa Ibu Gadis Penjual Gorengan di Depan Makam Diijabah, Syukuran Sederhana Atas Vonis Mati In Dragon |
|
|---|
| Tok! In Dragon Pembunuh Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman Dijatuhi Hukuman Mati |
|
|---|
| LAGI Pendaki Asal Luar Negeri Jatuh di Gunung Rinjani, Alami Patah Tulang Kaki |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20231204-Sosok-Zhafirah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.