Siapa Ayah Prabowo Subianto Sosoknya Diidolakan oleh BJ Habibie, Berasal dari Keluarga Bangsawan

Ayah Prabowo Subianto adalah Soemitro Djojohadikusumo, sosok yang diidolakan oleh BJ Habibie. Ia lahir pada tahun 1917 dari keluarga bangsawan Jawa.

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Teddy Malaka
Kolase Bangkapos.com / Tribun
Siapa Ayah Prabowo Subianto Sosoknya Diidolakan oleh BJ Habibie, Berasal dari Keluarga Bangsawan 

BANGKAPOS.COM -- Prabowo Subianto kembali maju sebagai calon presiden RI dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka.

Tentu saja sosok Prabowo Subianto saat ini tengah menjadi sorotan publik, terkhusus terkait silsilah keluarganya.

Mungkin banyak yang belum tahu siapa ayah Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan Indonesia ini.

Ternyata ayah Prabowo Subianto adalah Soemitro Djojohadikusumo, sosok yang diidolakan oleh BJ Habibie.

Ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo berasal dari Kebumen, ia lahir pada tahun 1917 dari keluarga bangsawan Jawa.

Soemitro melanjutkan pendidikan ekonominya di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam.

Sama halnya dengan Prabowo Subianto, mendiang Soemitro Djojohadikusumo juga berlatar belakang sebagai seorang politikus.

Peran besar Soemitro Djojohadikoesoemo dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia membuat sosoknya dikenang sebagai salah satu pejuang tangguh.

Semasa hidupnya, Soemitro berani melawan kekejaman Nazi Jerman saat dirinya masih menjadi mahasiswa di Belanda.

Saat Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, Soemitro masih berada di Belanda dan menyaksikan bagaimana Nazi Jerman menyerbu dan menduduki negeri tersebut.

Lantaran geram melihat kekejaman Nazi, Soemitro melakukan bentuk protes terhadap kerjasama antara Jepang dan Nazi Jerman,

serta sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Lalu, Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar, yang saat itu merupakan mahasiswa keperawatan di Utrecht, ketika keduanya belajar di Belanda.

Keduanya menikah pada 7 Januari 1947.

Meski berbeda agama, Dora beragama Kristen asal Manado dan Sumitro beragama Islam, justru membuat cinta mereka semakin kuat.

Soemitro dan Dora dikaruniai 4 anak.

Anak pertama mereka, Biantiningsih Miderawati, menjadi sarjana pendidikan dari Universitas Harvard.

Anak kedua, Mariani Ekowati, menjadi ahli mikrobiologi.

Sementara anak ketiga, adalah Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju.

Terakhir, anak keempatnya adalah Hashim Djojohadikusumo, seorang pengusaha dan filantropis, pemilik perusahaan Arsari Group.

Soemitro Djojohadikusumo meninggal pada tahun 2001 di Jakarta.

Ia meninggalkan warisan yang besar bagi bangsa Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun ilmu pengetahuan.

Ekonom Paling Terkemuka

Soemitro Djojohadikusumo adalah seorang tokoh ekonom dan politik Indonesia yang dikenal sebagai salah satu arsitek kebijakan ekonomi Indonesia pada masa Orde Lama dan Orde Baru.

Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo merupakan salah satu sosok ekonom yang paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia.

Dia sempat menempuh pendidikan ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Belanda di Rotterdam.

Selama 1942-1994, Soemitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah, khususnya urusan ekonomi.

Setelah perang dunia kedua, Soemitro pun memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan berperan sebagai delegasi Indonesia dalam organisasi PBB di Amerika Serikat.

Soemitro juga berperan aktif dalam menggalang dana demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Ia menjadi salah satu tokoh dalam Konferensi Meja Bundar sebelum akhirnya bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia.

Lebih lanjut, Soemitro juga pencetus program Benteng, dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang mengarahkan Indonesia ke proses industrialisasi.

Ia akhirnya didaulat untuk menjadi Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Natsir pada tahun 1950.

Dua tahun menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Soemitro diberikan tugas baru untuk menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap.

Tak hanya itu, ia juga diminta untuk mengembangkan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai dekannya yang kedua.

Diidolakan BJ Habibie

"Seorang intelektual yang berani mempertahankan pendapatnya dan tetap setia pada keyakinannya," begitu Habibie mendeskripsikan idolanya yang satu ini.

Saat memutuskan pensiun sebagai menteri, Soemitro menyarankan beberapa nama kepada Suharto (yang saat itu menjabat sebagai Presiden).

Dari sekian tokoh yang diajukan, Habibie masuk ke dalam radar Soemitro karena dipercaya bisa menjadi pengembangan di bidang teknologi.

Habibie pun mengungkapkan rasa terima kasihnya karena dipercaya memegang jabatan yang sebelumnya diemban Soemitro.

“Bagi saya itu suatu kehormatan bahwa saya yang 20 tahun lebih mudah dari Pak Soemitro ditunjuk untuk meneruskan jabatan itu. Kata orang, ini akan jadi beban, tapi Insya Allah tidak,” kata Habibie.

Hubungan Habibie dengan Soemitro sendiri sebenarnya tidak selalu baik.

Tak jarang pula kedunya saling mengkritik.

Namun di balik semua itu, baik Soemitro maupun Habibie sering mengungkapkan kekagumannya satu sama lain.

(Bangkapos.com/Fitri) (TribunStyle.com/Putri Asti)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved