Berita Bangka Selatan

Kian Meroket, Harga Beras di Bangka Selatan Kini Sudah Tembus Rp85 Ribu

Saat ini komoditas beras mengalami kenaikan. Terjadi sejak akhir bulan Januari dan pertengahan bulan Februari 2024

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: Iwan Satriawan
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Sejumlah karung beras berbagai merek yang dijual oleh para pedagang di Pasar Toboali, Selasa (20/2/2024) Harga beras di wilayah itu terus mengalami kenaikan sejak dua pekan terakhir. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kota Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung terus meroket pasca pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Di mana harga beras premium di daerah itu tembus mencapai Rp85 ribu. Bahkan kenaikan harga beras ini turut menjadi atensi pemerintah setempat.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMINDAG) Kabupaten Bangka Selatan, Anshori mengatakan, saat ini harga komoditas beras harganya terus melonjak.

Khusus beras jenis premium kenaikan harga tersebut sudah terjadi sejak 29 Januari 2024 kemarin. Sementara untuk jenis medium mengalami kenaikan sejak 12 Februari 2024.

“Saat ini komoditas beras mengalami kenaikan. Terjadi sejak akhir bulan Januari dan pertengahan bulan Februari 2024,” kata dia kepada Bangkapos.com, Selasa (20/2/2024).

Anshori mengaku, kenaikan harga beras ini diklaim cukup signifikan. Misalnya harga beras premium kemasan lima kilogram dibanderol Rp85 ribu dari semula Rp75 ribu. Artinya, terjadi kenaikan sebesar Rp10 ribu.

Sementara jika per kilogram beras jenis itu dijual dengan harga Rp17 ribu. Sedangkan untuk beras jenis medium juga mengalami hal serupa, dari semula Rp70 ribu per lima kilogram kini menjadi Rp80 ribu. Per kilo harga beras dipatok Rp16 ribu.

Menurutnya kenaikan harga beras ini memang dari pihak distributor. Hal ini juga turut dipengaruhi oleh hukum ekonomi saat ini. Adapun hubungan antara supply alias suplai dan demand atau permintaan.

Saat permintaan cukup tinggi namun pasokan komoditas dari produsen suplai sangat kecil, maka akan terjadi kenaikan harga. Sementara, ketika permintaan pasar rendah dan suplai dari produsen besar, maka harga akan menurun.

“Jadi memang mau tidak mau para pedagang turut menaikkan juga harganya,” papar Anshori.

Di sisi lain sambung dia, tidak meratanya panen padi dampak El-Nino disertai tingginya permintaan beras akibat maraknya bantuan sosial juga menjadi faktor utama. Naiknya harga beras ini tentunya bisa mempengaruhi inflasi di daerah.

Maka dari itu masalah ini menjadi salah satu isu utama yang terus dihadapi oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.

Bahkan, dampak terburuk jika inflasi tidak bisa dikendalikan maka daya beli masyarakat akan menurun dan tingkat kemiskinan.

Walaupun demikian, dipastikan ketersediaan beras di pasar rakyat saat ini aman dan tersedia. Sama halnya daya beli masih belum terpengaruh, namun harus tetap antisipasi.

“Pengendalian inflasi menjadi prioritas utama, karena jika tidak dikendalikan daya beli masyarakat akan turun. Kita juga berkoordinasi dengan pemerintah provinsi,” ucapnya.

Halaman
12
Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved