Rocky Gerung vs Dedi Mulyadi, Gubernur Jabar Disindir Jual Penampilan Visual, Kutip Berbagai Teori

Rocky Gerung melontarkan kritik tajam terhadap gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi yang dinilai hanya menjual penampilan visual, bukan visi yang mendalam

|
Penulis: Agis Priyani | Editor: fitriadi
kolase Instagram @dedimulyadi71 dan Youtube Indonesia Lawyers Club
ROCKY GERUNG VS DEDI -- Tangkapan layar momen Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (kiri) membalas kritikan tajam Rocky Gerung (kanan) dengan dua kalimat menohok. Dedi santai disebut berpikiran dangkal oleh Rocky, disadur pada Jumat (23/5/2025). 

BANGKAPOS.COM - Akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung melontarkan kritikan tajam kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Rocky Gerung mengkritik gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi yang dinilai hanya menjual penampilan visual, bukan visi yang mendalam.

Ia bahkan menyandingkan Dedi Mulyadi dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi).

Baca juga: Berlumur Lumpur di Sungai, Dedi Mulyadi Raup Rp 342 Juta Per Hari, Cuek Dijuluki Gubernur Konten

"Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan. Visualisasi, bukan visi," ujar Rocky.

Mengutip teori Guy Debord dalam buku The Society of the Spectacle (1967), Rocky menjelaskan masyarakat saat ini lebih suka mengonsumsi penampilan dangkal dibandingkan gagasan mendalam.

Ia menyebutnya sebagai “masyarakat yang doyan nonton kedangkalan”.

"Jokowi dan Dedi Mulyadi sama-sama besar lewat intensitas kemunculan mereka di media, bukan karena visinya,” jelas Rocky.

Rocky bahkan menyinggung program Dedi yang mengirim anak-anak bermasalah ke barak militer sebagai contoh kebijakan dangkal.

Menurutnya, pendekatan seperti itu hanya mendisiplinkan tubuh, bukan mengajak berpikir.

"Kalau kita belajar teori disciplinary society ala Michel Foucault, fungsi barak militer itu untuk mendisiplinkan tubuh, bukan membentuk pemikiran," terangnya.

Tak berhenti di situ, Rocky juga menyentil tingkat IQ masyarakat Indonesia yang disebut stagnan di angka 78 selama satu dekade terakhir. Ia menyebut kondisi ini sebagai penyebab larisnya “kedangkalan” dalam politik.

"Hanya dalam masyarakat dengan IQ 78, kedangkalan itu laku. Dan kita masih di situ. Saya cek WHO dan World Bank, datanya masih 78," katanya.

Rocky menutup kritiknya dengan istilah satir:

“Jadi setelah Jokowi alias Mulyono, bisa muncul Mulyadi. Keduanya beroperasi dalam market of stupidity (pasar kebodohan)," pungkasnya.

Tanggapan Dedi Mulyadi

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi kritikan dari pengamat politik Rocky Gerung yang ditujukan kepada dirinya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved