Sosok Dewi Astuti Buronan Golden Triangle Diburu BNN, Diduga Terkait 2 Ton Narkoba Rp 5 Triliun

Dewi Astuti sudah lama dicari karena berperan pengendali serta perekrut kurir untuk jaringan internasional di Indonesia.

Editor: fitriadi
Tribunnews
BURONAN NARKOBA - BNN merilis nama Dewi Astutik otak penyelundupan 2 ton sabu di Dermaga Bea Cukai Batam, Tanjunguncang, Batam, Kepulauan Riau, pada Senin (26/5/2025). Dewi Astutik asal Ponorogo Jawa Timur ditetapkan sebagai buronan kasus narkoba oleh BNN. 

BANGKAPOS.COM - Penangkapan kapal KM Sea Dragon Tarawa membawa 2 ton narkoba ditaksir senilai Rp 5 triliun di Kepulauan Riau belum lama ini kembali menyeret nama Dewi Astuti, buronan yang diburu sejak 2024.

Dewi Astuti sudah lama dicari karena berperan pengendali serta perekrut kurir untuk jaringan internasional di Indonesia.

Wanita asal Jawa Timur ini masuk dalam daftar buron Badan Narkotika Nasional (BNN) RI.

Baca juga: Menelusuri Kampung Dewi Astuti di Ponorogo, Otak Penyelundupan 2 Ton Sabu Senilai Rp 5 Triliun

Kapal Sea Dragon ditangkap di perairan Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, pada awal Mei 2025.

Rilis pengungkapan kasus tersebut dilaksanakan di Dermaga Bea Cukai Batam, Tanjunguncang, Batam, Kepulauan Riau, pada Senin (26/5/2025).

Kepala BNN RI, Komjen Marthinus Hukom, mengungkapkan bahwa informasi ini diperoleh dari pemeriksaan terhadap empat orang WNI yang merupakan ABK kapal tersebut, yakni Fandi Ramdani, Leo Candra Samosir, Richard Halomoan, dan Hasiloan Samosir.

"Keempat WNI yang diamankan memiliki hubungan dengan Dewi Astuti, dan kini berada di jaringan internasional Golden Triangle," jelas Marthinus, dilansir Kompas.com.

Marthinus menduga bahwa Dewi Astuti, yang merupakan buronan sejak tahun 2024, saat ini tengah berada di sekitar wilayah Kamboja, mengingat operasi jaringan yang berkutat di Thailand, Myanmar, dan Laos.

Untuk mencari keberadaannya, pihak BNN telah bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN).

"Kami bekerja sama dengan BIN untuk mencari Dewi Astuti di Kamboja dan sekitarnya," ujarnya.

Selain mengungkap nama Dewi Astuti, penangkapan KM Sea Dragon Tarawa juga memunculkan nama Chancai, seorang WN Thailand yang kini juga menjadi buronan.

Chancai telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Internasional setelah terbukti menjadi pengendali narkotika dengan kapal tersebut.

"Chancai merupakan WN Thailand yang juga menjadi buronan di negaranya.

Kini telah dikeluarkan red notice dan masuk DPO Internasional," jelas Marthinus.

Pihak BNN juga sedang mencari bukti hubungan antara KM Sea Dragon Tarawa dan KM Aungtoetoe 99, yang sebelumnya memuat 1,2 ton kokain dan 700 kilogram sabu.

Kedua kapal tersebut diamankan di wilayah perairan Karimun pada waktu yang berbeda.

Marthinus menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan pemeriksaan kandungan narkotika untuk memastikan dugaan keterkaitan antara kedua kapal.

Berbeda dengan KM Sea Dragon Tarawa, KM Aungtoetoe 99 yang membawa total 2 ton narkotika jenis sabu dan kokain sebelumnya digagalkan oleh TNI AL.

Kapal tersebut diketahui dikendalikan oleh Ko Khao, seorang WN Myanmar yang kini juga telah masuk daftar DPO.

"Jawaban saya bisa iya, bisa juga tidak. Kami masih harus melihat struktur kimia narkoba masing-masing.

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, kami tengah melakukan uji laboratorium untuk melihat kesamaan atau perbedaan drug signature.

Jika komposisinya sama, berarti produsen dan pabriknya sama, serta jaringan ini memiliki keterkaitan," ungkap Marthinus.

Sosok Dewi Astuti

Diberitakan Tribunnews.com, Dewi Astuti (DA), wanita asal Jawa Timur menjadi buruan Badan Narkotika Nasional (BNN) RI.

Dewi Astuti kini masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena diduga menjadi pengendali narkoba jaringan internasional.

Bahkan ia pun disebut-sebut menjadi perekrut kurir Narkotika jaringan internasional.

Nama Dewi Astuti mencuat setelah BNN membongkar peredaran heroin 2,76 kilogram.

Terungkapnya kasus tersebut berawal saat Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta mengamankan seorang pria berinisial ZM pada 24 September 2024.

ZM saat itu baru tiba di Terminal 3 Kedatangan Bandara Soekarno-Hatta setelah menumpang pesawat dari Singapura.

Setelah kopernya digeledah, ditemukan narkotika jenis heroin sebanyak 2.760 gram yang disembunyikan di dinding koper.

Setelah diperiksa, ZM mengaku bila barang haram tersebut akan diserahkan kepada SS.

Beranjak dari pengakuan ZM, tim BNN pun bergerak menangkap SS.

Selanjutnya, BNN dari keterangan SS diketahui pelaku lain berinisial AH.

AH merupakan orang yang memerintahkan ZM dan SS untuk mengambil heroin dari seorang perempuan bernama Dewi Astuti (DA) di Kamboja.

Berdasarkan petunjuk tersebut, tim BNN pun akhirnya menangkap AH di Medan, Sumatera Utara.

Kepala BNN RI Komjen Marthinus Hukom mengungkap sosok Dewi Astuti yang saat itu bersatus DPO.

Jaringan Narkotika Dewi Astuti berbeda dengan sindikat Fredy Pratama yang saat ini pun menjadi buruan aparat penegak hukum di Indonesia.

"Sindikat heroin ini adalah sindikat yang berbeda dengan Fredy Pratama," kata Marthinus di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (4/10/2024).

Marthinus pun mengungkap bila Dewi Astuti sudah termonitor berkali-kali terlibat dalam peredaran gelap Narkotika.

"Dia juga sudah berkali-kali kita monitor, namanya Dewi Astuti," ucap Marthinus.

Lebih jauh Marthinus menuturkan, Dewi Astuti selama ini diketahui kerap beroperasi di wilayah negara Golden Triangle.

Golden Triangle atau segitiga emas merupakan istilah untuk lokasi tiga negara yakni Laos, Myanmar, dan Thailand.

Kawasan ini dikenal sebagai Segitiga Emas karena merupakan penghasil utama opium dan heroin di Asia Tenggara.

"Dari hasil analisa jaringan internasional, dia (Dewi Astuti) adalah Warga Negara Indonesia bergabung dengan jaringan Afrika dan sangat mungkin orang-orang yang ditangkap di Adis Ababa (Ethiopia) bagian dari sindikatnya dia," jelasnya.

Untuk memburu Dewi Astuti, BNN pun telah mengajukan Red Notice ke kepolisian internasional.

"Supaya dia menjadi buruan internasional menjadi musuh bersama polisi di seluruh dunia," ucapnya.

(Tribunnews.com/Fahmi Ramadhan) (Kompas.com/Partahi Fernando Wilbert Sirait , Krisiandi)
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved