Sosok Dewi Astutik Alias PA Otak Penyelundupan 2 Ton Sabu, Ini Hubungannya dengan Fredy Pratama
Kepala BNN Komisaris Jenderal Marthinus Hukom menyebut Dewi Astutik di balik penyelundupan sabu 2 ton melalui kapal Sea Dragon Tarawa di perairan Prov
Penulis: Agis Priyani | Editor: fitriadi
BANGKAPOS.COM - Kepala BNN Komisaris Jenderal Marthinus Hukom menyebut Dewi Astutik di balik penyelundupan sabu 2 ton menggunakN kapal Sea Dragon Tarawa di perairan Provinsi Kepulauan Riau.
Dewi Astutik alias PA, wanita asal Ponorogo, Jawa Timur, memiliki peran besar dalam kasus jaringan narkoba internasional, Golden Triangle.
Pada awal Mei 2025, Dewi Astutik yang memiliki nama asli berinisial PA ini kembali disorot setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) menggagalkan penyelundupan 2 tok sabu-sabu senilai Rp 5 triliun dari KM Sea Dragon Tarawa di perairan Karimun, Kepulauan Riau.
Baca juga: Sosok Fredy Pratama Gembong Narkoba Asal Indonesia yang Dilindungi Gengster di Thailand
Kepala BNN RI, Komjen Marthinus Hukom, menyampaikan Dewi Astutik merupakan pengendali utama jaringan narkotika internasional yang sedang diburu sejak 2024.
Dikatakan Marthinus, Dewi Astutik tidak hanya menjadi master mind di kasus penyelundupan 2 ton sabu di kapal Sea Dragon Tarawa, tapi juga di kasus-kasus besar lainnya.
Dengan identitas palsunya, PA telah merekrut 110 orang Indonesia untuk menjadi kurir narkoba di luar negeri.
Tidak main-main, ia dituding sebagai otak penyelundupan sabu senilai Rp 5 triliun, yang bisa membuat setidaknya 20 juta orang Indonesia terjerumus ke lembah ketergantungan narkoba.
"Dalam analisis kita, Dewi Astutik memiliki keterkaitan dengan lima pelaku yang ditangkap di atas kapal," kata Marthinus saat konferensi pers di Batam, Senin, 26 Mei 2025.
BNN menduga Dewi Astutik di balik penyeludupan lebih kurang 4 ton narkoba yang bisa digagalkan aparat di perairan Kepulauan Riau. Barang haram itu dibawa menggunakan kapal laut ke berbagai negara Asia Tenggara melewati perairan Kepri.
Kasus pertama yaitu penangkapan kapal Tha Aungtoetoe 99 oleh TNI AL di perairan Selat Durian, Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Rabu, 14 Mei 2025. Di atas kapal ditemukan 1.905 kilogram narkotika yang terdiri atas 1.200 kg kokain dan 705 kg sabu-sabu.
Kasus kedua yaitu penangkapan kapal bernama Sea Dragon Tarawa oleh BNN dan tim gabungan. Di atas kapal Sea Dragon Tarawa ditemukan 67 kardus berisi 2.000 bungkus sabu, lebih kurang 2 ton.
Itu sebabnya, BNN bekerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk membantu mencari Dewi di Kamboja dan sekitarnya.
Sosok Dewi Astutik
Kepolisian menyebut Dewi Astutik merupakan seorang perempuan berusia 43 tahun. Ia diduga otak jaringan penyelundupan narkotika internasional asal Ponorogo, Jawa Timur diduga menggunakan identitas palsu dalam dokumen kependudukannya.
Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo, Rabu, 28 Mei 2025, mengatakan Dewi tercatat sebagai warga RT 01 RW 01 Dukuh Sumber Agung, Desa Balong, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.
Namun, identitas yang digunakan dalam KTP diduga milik saudara kandungnya.
"Memang benar dia warga Ponorogo, namun identitas yang digunakan merupakan milik adiknya," kata AKBP Andin.
Menurut Kapolres, Dewi Astutik sudah lama tinggal di luar negeri dan diduga menjadi Pekerja Migran Indonesia sejak 2011.
Sebelumnya, Dewi Astutik ditetapkan sebagai buronan atas kasus penyelundupan sabu-sabu seberat dua ton di Kepulauan Riau.
Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan, mengaku tidak mengenal sosok dengan nama Dewi Astutik meskipun alamat yang tercantum ada di wilayahnya.
Pernyataan serupa disampaikan warga setempat, Sri Wahyuni. Ia menyebut foto Dewi yang beredar mirip dengan tetangganya berinisial PA, yang telah lama menikah dan merantau sebagai tenaga kerja wanita.
"Kalau namanya Dewi Astutik saya tidak kenal, tapi wajahnya mirip PA. Ia memang sudah lama jadi TKW dan tahun lalu sempat pulang, lalu berangkat lagi," kata Sri.
Keberadaan Desi Astutik
Marthinus mendeteksi Dewi terakhir berada di wilayah Thailand atau Kamboja.
Untuk itu, dia sudah bekerjasama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) di luar negeri untuk mencari keberadaannya.
"Saya sudah audiensi, kami pinjam tangan kita di BIN LU. Kita manfaatkan untuk membantu kita," katanya.
Marthinus meyakini, di atas Dewi Astutik atau Fredy Pratama, ada sindikat besar dengan milisi-milisinya.
Menurutnya, kartel narkoba di dunia, baik di Afhanistan, Meksiko atau negara-negara Amerika Latin, selalu menggunakan milisi bersenjata untuk mengamankan jalur-jalur perdagangan narkotika.
"Jangan kita mengkhayal seperti menangkap pencuri biasa, atau pengedar biasa. Tetapi ketika kita menyentuh kepala, puncak operasional. Ini kita berhadapan denagn satu kekuatan bersenjata dan kekuatan finasial yang kuat," katanya.
Marthinus yakin dengan dukungan pemerintah saat ini, programnya untuk memberantas narkoba di Indonesia akan terwujud.
Hubungan Dewi Astutik dan Fredy Pratama
Nama Dewi Astutik sempat mencuat pada 2024 lalu.
Nama Dewi Astutik mencuat setelah BNN membongkar peredaran heroin 2,76 kilogram kala itu.
Terungkapnya kasus tersebut berawal saat Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta mengamankan seorang pria berinisial ZM pada 24 September 2024.
ZM saat itu baru tiba di Terminal 3 Kedatangan Bandara Soekarno-Hatta setelah menumpang pesawat dari Singapura.
Setelah kopernya digeledah, ditemukan narkotika jenis heroin sebanyak 2.760 gram yang disembunyikan di dinding koper.
Setelah diperiksa, ZM mengaku bila barang haram tersebut akan diserahkan kepada SS.
Beranjak dari pengakuan ZM, tim BNN pun bergerak menangkap SS.
Selanjutnya, BNN dari keterangan SS diketahui pelaku lain berinisial AH.
AH merupakan orang yang memerintahkan ZM dan SS untuk mengambil heroin dari seorang perempuan bernama Dewi Astutik (DA) di Kamboja.
Berdasarkan petunjuk tersebut, tim BNN pun akhirnya menangkap AH di Medan, Sumatera Utara.
Kepala BNN RI Komjen Marthinus Hukom mengungkap sosok Dewi Astutik.
Jaringan Narkotika Dewi Astutik berbeda dengan sindikat Fredy Pratama yang saat ini pun menjadi buruan aparat penegak hukum di Indonesia.
"Sindikat heroin ini adalah sindikat yang berbeda dengan Fredy Pratama," kata Marthinus di kantornya, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (4/10/2024).
Dewi Astutik selama ini diketahui kerap beroperasi di wilayah negara Golden Triangle.
Golden Triangle atau segitiga emas merupakan istilah untuk lokasi tiga negara yakni Laos, Myanmar, dan Thailand.
Kawasan ini dikenal sebagai Segitiga Emas karena merupakan penghasil utama opium dan heroin di Asia Tenggara.
"Dari hasil analisa jaringan internasional, dia (Dewi Astuti) adalah Warga Negara Indonesia bergabung dengan jaringan Afrika dan sangat mungkin orang-orang yang ditangkap di Adis Ababa (Ethiopia) bagian dari sindikatnya dia," jelasnya.
(Bangkapos.com/Kompas.com/Tribun Sumsel)
Profil Profesor Udin Calon Wali Kota Pangkalpinang Peraih Suara Terbanyak Versi Quick Count |
![]() |
---|
Biodata Marshella Aprilia Selebgram yang Disorot Seusai Pratama Arhan Gugat Cerai Azizah Salsha |
![]() |
---|
Pasar Pagi Pangkalpinang Ramai di Hari Pilkada Ulang, Sebagian Pedagang Akui Tidak Mencoblos |
![]() |
---|
Heboh Bocah Terjepit Eskalator di Mal Palembang |
![]() |
---|
Kembalinya Struick dan Hadirnya Debutan Dion Markx ke Timnas U23 Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.