Idul Adha 2025

Apa itu Hari Tasyrik Setelah Idul Adha 2025, Kenapa Dilarang Puasa Bagi yang Tidak Berhaji?

Hari Tasyrik merupakan rangkaian hari penting dalam kalender Islam yang datang tepat setelah perayaan Hari Raya Idul Adha.

Penulis: Widodo | Editor: fitriadi
Canva / Tribun Kaltim
ILUSTRASI HARI TASYRIK -- Hari Tasyrik merupakan rangkaian hari penting dalam kalender Islam yang datang tepat setelah perayaan Hari Raya Idul Adha. Umat Islam dilarang berpuasa pada Hari Tasyrik, baik puasa sunnah maupun wajib, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hewan kurban saat menunaikan haji. 

BANGKAPOS.COM -- Hari Tasyrik merupakan rangkaian hari penting dalam kalender Islam yang datang tepat setelah perayaan Hari Raya Idul Adha.

Hari tersebut menjadi bagian dari ibadah umat Muslim yang berkaitan erat dengan pelaksanaan penyembelihan hewan kurban.

Momen ini juga menjadi waktu untuk memperbanyak amalan dan merayakan nikmat dengan rasa syukur.

Umat Muslim telah merayakan Iduladha 1446 H, pada 10 Dzulhijjah atau hari Jumat, 6 Juni 2025. 

Dilansir laman Kanwil Kemenag NTB, hari Tasyrik adalah 3 hari setelah Iduladha, yakni pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Melansir Tribunnews.com, Hari Tasyrik 1446 H jatuh pada Sabtu, 7 Juni 2025, Minggu 8 Juni 2025 dan Senin 9 Juni 2025.

Pada Hari Tasyrik, umat Islam dapat melaksanakan amalan yakni menyembelih hewan kurban terbaik mereka.

Sementara pada Hari Tasyrik ini, para jamaah yang menunaikan haji sedang berada di Mina untuk melempar jumrah.

Sedangkan, untuk yang tidak sedang berhaji, Hari Tasyrik menjadi waktu larangan berpuasa.

Lantas, ada beberapa larangan atau tidak boleh dilakukan saat Hari Tasyrik, yakni berpuasa.

Umat Islam dilarang berpuasa pada Hari Tasyrik, baik puasa sunnah maupun wajib, kecuali bagi yang tidak mendapatkan hewan kurban saat menunaikan haji.

Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW:

“Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada Hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859).

Sejarah Hari Tasyrik 

Melansir Kompas.com, secara bahasa, kata Tasyrik berasal dari bahasa Arab syarraqa yang berarti “matahari terbit” atau “menjemur sesuatu”.

Istilah ini juga dikaitkan dengan arah timur, tempat terbitnya matahari.

Ada dua pendapat mengenai asal-usul penamaan Hari Tasyrik:

1. Menjemur daging kurban

Pada masa Nabi Muhammad SAW, belum ada teknologi pendingin seperti sekarang. Karena itu, daging kurban yang melimpah dijemur di bawah sinar matahari untuk diawetkan.

Tradisi ini diyakini menjadi asal-usul istilah "Tasyrik".

2. Waktu Penyembelihan Kurban Pendapat lain menyebutkan bahwa kurban disunnahkan dilakukan setelah matahari terbit.

Maka, hari-hari setelah Idul Adha disebut Hari Tasyrik karena berkaitan dengan waktu penyembelihan yang ideal.

Selain itu, umat Islam dilarang berpuasa di Hari Tasyrik.

Hal ini karena hari-hari tersebut adalah waktu untuk menikmati daging kurban dan bersyukur atas nikmat Allah SWT.

Amalan di Hari Tasyrik

Amalan-amalan Hari Tasyrik, dikutip dari kemenag.go.id:

Terdapat beberapa amalan yang dapat dikerjakan oleh para umat muslim saat hari tasyrik, seperti:

1. Menyembelih Hewan Kurban

Melaksanakan amalan sunnah untuk berkurban terutama bagi umat Islam yang mampu.

Dengan berkurban, juga akan berbagi kenikmatan kepada orang-orang disekitarnya berupa hidangan istimewa dari hewan sembelihan.

Terdapat beberapa ketentuan memilih hewan kurban, seperti berkualitas baik, berisi, tidak sakit, tidak cacat, cukup umur dan sebagainya.

2. Menikmati Hidangan Makan dan Minum

Setiap umat muslim diwajibkan menikmati makan dan minum memasuki Hari Tasyrik.

Makan dan minum pada hari tasyrik menjadi bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya:

“Hari-hari tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman,”

Karena hari tasyrik merupakan hari makan dan minum, maka diharamkan untuk berpuasa.

Dari riwayat Abu Hurairah RA, Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah untuk mengelilingi Kota Mina dan menyampaikan:

“Janganlah kamu berpuasa pada hari ini (tasyrik) karena ia merupakan hari makan, minum, dan berdzikir pada Allah.”

3. Hari Utama Berdzikir dan Bertakbir

Dalil keutamaan untuk bertakbir pada hari raya hingga tiga hari tasyrik bersumber dari Al-quran dan Hadits nabi Muhammad SAW.

Dalam Al Quran, Allah SWT berfirman:

Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah pada hari yang berbilang. (QS. Al baqarah: 203)

Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang ialah hari-hari tasyrik (menjemur dendeng); juga dikenal dengan sebutan hari-hari yang telah diketahui, yaitu hari belasan.

Ikrimah mengatakan yang dimaksud dengan berdzikir ialah bertakbir dalam hari-hari tasyrik sesudah shalat lima waktu, yaitu: Allahu Akbar, Allahu Akbar, allahu Akbar (Allah Mahabesar, Allah Mahabesar).

(Bangkapos.com/Tribunnews.com/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved