Berita Bangka Tengah

Sistem Operasi Tak Biasa jadi Kendala Bagi Guru di Bangka Tengah Gunakan Chromebook

Chromebook menggunakan sistem operasi OS berbeda dengan laptop pada umumnya yang menggunakan sistem operasi Windows.

Penulis: Arya Bima Mahendra | Editor: Hendra
(Ist/Dok. SDN 4 Koba).
BELAJAR DENGAN CHROMEBOOK - Siswa-siswi SDN 4 Koba, Bangka Tengah belajar dengan memanfaatkan chromebook beberapa waktu lalu. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA — Pemanfaatan chromebook di sekolah-sekolah di Bangka Tengah sempat mengalami kendala di awal.

Kendala ini terjadi lantaran adanya perbedaan sistem operasi, Chromebook menggunakan sistem operasi OS berbeda dengan laptop pada umumnya yang menggunakan sistem operasi Windows.

Seperti yang disampaikan oleh Kaka, guru SDN 4 Koba, Bangka Tengah. Dia menyebut, sebelumnya beberapa guru dari setiap sekolah pernah diberikan sosialisasi dan pelatihan penggunaan chromebook.

“Di sekolah kami, dulu itu ada satu guru yang ikut pelatihan langsung ke Jakarta. Dari situ baru hasilnya diimbaskan atau disosialisasi ke guru-guru lain di sekolah,” kata Kaka kepada Bangkapos.com, Kamis (17/7/2025).

Kemudian, guru-guru lainnya juga pernah beberapa kali mendapatkan pelatihan dari google. Termasuk Kaka sendiri yang juga menyandang status sebagai Google Master Trainer dari google.

Bahkan, sekolah tempatnya mengabdi saat ini menjadi salah satu sekolah yang menyandang predikat sebagai Sekolah Rujukan Google.

Kaka menceritakan, kini semua guru di sekolahnya sudah bisa mengoperasikan dan memanfaatkan chromebook sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar.

“Awalnya tetap ada adaptasi dulu, dari yang sebelumnya terbiasa pakai yang tampilan dari laptop ke tampilan chromebook itu kan beda, belum familiar,” ujarnya.

Saat ini, total ada sebanyak 15 unit chromebook yang dimiliki oleh SDN 4 Koba dan kerap digunakan oleh guru secara bergantian untuk pembelajaran di kelas masing.

“Kalau saya pakainya itu untuk siswa itu ngerjain soal. Chromebook itu ada fitur kalau siswa itu ngerjain soal, itu menu-menu lainnya jadi kekunci enggk bisa kebuka. Jadi cocok kalau buat ujian, siswa enggak bisa browsing buat nyari jawaban di internet,” ungkapnya.

Lebih lanjut, pemanfaatan chromebook di sekolah pada dasarnya memiliki kekurangan dan kelebihannya. Salah satu kelebihannya yakni banyak fitur-fitur canggih yang membantu dalam proses pembelajaran.

“Terus kalau untuk anak-anak kan ukurannya pas, karena dia kecil, enggak terlalu besar kayak laptop,” ungkapnya.

Tapi untuk pekerjaan yang membutuhkan ruang penyimpanan besar, chromebook cenderung mempunyai kapasitas penyimpanan yang kecil.

“Kalau chromebook itu kan dia penyimpannya langsung ke google drive. Jadi kalau mau pakai itu harus ada sambungan internet. Pas baru ngidupin juga kan pakai username, jadi seringnya internet tuh harus on terus,” jelasnya.

Hal itulah yang jadi salah satu perbedaan antara chromebook dengan laptop-laptop berbasis Windows yang tetap bisa dipergunakan meski tanpa sambungan internet.

Namun setelah dibiasakan dan terus dilatih dimulai dari guru itu sendiri, menurut Kaka kini siswa-siswi di sekolahnya justru sangat antusias ketika diajak belajar menggunakan chromebook.

“Intinya kan di gurunya dulu, kalau gurunya bisa, pasti mengajarkan ke muridnya juga jadi lebih mudah. Kebetulan di sekolah kami itu guru-guru nya masih muda-muda juga, kisaran umur 30-an lah, jadi mungkin daya serap belajarnya masih tinggi,” ujarnya.

Kasus Korupsi Tunda Pembelian

Lebih lanjut, maksimalnya penggunaan chromebook di SDN 4 Koba bahkan memicu sekolah tersebut untuk melakukan pembelian untuk menambah unit.

Kaka berkata, atas sejumlah prestasi yang dimiliki, beberapa waktu sekolahnya mendapatkan apresiasi berupa pemberian Dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan Kinerja (BOSP Kinerja) dari kementerian.

Rencanya, pihak sekolah akan memanfaatkan dana tersebut untuk membeli unit chromebook sebagai tambahan serta fasilitas-fasilitas lainnya seperti lemari khusus untuk menyimpan.

Namun, ramainya kasus dugaan korupsi berkenaan dengan pengadaan chromebook di kementerian pendidikan yang sedang diusut oleh Kejaksaan Agung saat ini membuat pihak sekolah urung melakukan hal itu.

“Kami guru-guru itu pernah mengusulkan ke kepala sekolah untuk nambah (membeli-red) chromebook. Tapi katanya ada surat edaran dari dinas pendidikan, kalau mau menambah chromebook di tahan dulu karena adanya kasus kayak gini,” tuturnya.

Kata Kaka, para guru di sekolahnya lebih memilih chromebook ketimbang laptop berbasis Windows pada umumnya lantaran harganya yang dinilai lebih murah.

“Kurang tau juga kalau harga pastinya berapa. Tapi kalau dibanding beli laptop, pasti lebih banyak dapat unitnya kalau beli chromebook,” sambungnya.

Apalagi, dia dan guru-guru lainnya memang sudah rutin menggunakan chrome dalam pembelajaran sehari-hari di kelas.

Termasuk ketika waktu senggang ketika jam pelajaran masih tersisa, Kaka sering memanfaatkan untuk yang tersisa untuk mengenalkan siswa dengan chromebook dan segala fitur-fitur yang ada di dalamnya.

“Kalau di awal kita ajarkan siswa itu buka-buka google dulu, buka akun emailnya masing-masing. Kalau udah sering-sering biasanya kita minta buka classroom, karena saya juga sering ngasih tugas lewat classroom itulah,” imbuhnya.

(Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved