Berita Viral

Tangis Pak Dibyo Pecah di Depan Mahasiswi Kupang yang Diremehkan Guru

Tangis Pak Dibyo seorang dosen di Universitas Indonesia (UI) pecah di depan mahasiswi Kupang yang diremehkan guru.

Penulis: Widodo | Editor: M Zulkodri
Kolase psdk.ui.ac.id, Instagram @imamsantoso
KISAH MAHASISWA -- Tangis Pak Dibyo seorang dosen di Universitas Indonesia (UI) pecah di depan mahasiswi Kupang yang diremehkan guru. 

BANGKAPOS.COM -- Tangis Pak Dibyo seorang dosen di Universitas Indonesia (UI) pecah di depan mahasiswi Kupang yang diremehkan guru.

Dalam video itu, Pak Dibyo terlihat tersedu-sedu saat mendengar kisah Margaret.

Margaret bercerita, ia mendapatkan cibiran dari guru-gurunya karena bermimpi untuk bisa berkuliah di Universitas Indonesia.

Sementara, ia tidak datang dari keluarga terpandang.

Sebagai apresiasi, Pak Dibyo pun memberikan laptop dari perusahaan kecantikan Paragon Corp kepada Margaret sebagai alat penunjang perkuliahan.

Dilansir dari situs resmi psdk.ui.ac.id, pemilik nama lengkap Dr. AG. Sudibyo ini adalah dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.

Ia mengajar mata kuliah Pengantar Hubungan Masyarakat serta Teknik Loby dan Negosiasi.

Dilansir dari fisip.ui.ac.id, Pak Dibyo adalah salah satu dosen yang legendaris di UI.

Ia adalah salah seorang pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa UI Paragita dan Vokal Grup UI (Vocademia).

Selain itu, ia juga menjadi pembina UKM seni sekaligus menjadi Kasubdit Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa UI.

Saat masih menjadi mahasiswa, Pak Dibyo memiliki hobi menyanyi dan sudah menjadi dirigen paduan suara sejak duduk di semester 3.

Ketertarikannya terhadap paduan suara datang ketika Paduan Suara UI berpentas di Kota Magelang, tempatnya bersekolah.

Kendati demikian, ia bergabung di paduan suara saat ini hanya sebagai penyaluran hobi saja, tugas utamanya tetaplah seorang dosen.

Pak Dibyo berhasil membawa Paduan Suara Mahasiswa Baru meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) kategori pemrakarsa dan penyelenggara paduan suara dengan peserta terbanyak, yakni 3.700 mahasiswa.

Adapun, kisah Margaret begitu memilukan sampai membuat Pak Dibyo tak kuasa menyembunyikan raut wajah pilunya.

Dengan berderai air mata, Margaret bercerita soal perlakuan tak menyenangkan yang diterima dari guru di sekolahnya.

Murid berprestasi itu mengaku, gurunya pernah meremehkannya gara-gara memiliki cita-cita berkuliah di UI.

"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI'," ucap Margaret.

"Sempat tunggak uang sekolah," imbuhnya.

Ucapan menyakitkan guru tersebut sempat membuat Margaret berkecil hati. Ia bahkan berniat mengubur mimpinya kuliah di UI.

Namun h-2 sebelum pendaftaran Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali menguat.

"Jadi waktu itu hampir tidak datar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.

"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.

Kala itu Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orangtuanya sendiri.

"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya dimana saya diam saja," kata Margaret.

"Kalau mama nanya saya juga diam saja. Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya.

Di hari pengumuman, Margaret terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Mengetahui Margaret diterima di UI, kakak kandungnya langsung bekerja esktra keras mengumpulkan uang untuk ongkos sang adik ke Jakarta.

"Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI," kata Imam Santoso.

Perjuangan Margaret tak berhenti sampai disitu.

Setelah dinyatakan diterima di UI, Margaret kembali mendapatkan pernyataan merendahkan, kali ini bukan dari guru, melainkan tetangganya.

Tetangga Margaret mengatakan agar gadis tersebut tak usah bermimpi bisa kuliah di luar Pulau Rote karena berasal dari keluarga miskin.

"Waktu lolos itu, setiap hari tetangga kalau ketemu saya diomongin terus 'Ada anak pejabat PNS yang kuliah ke luar tapi kuliahnya tidak berhasil, hanya pulang bawa utang, jadi kita yang miskin ini jangan coba kuliah di Jawa'," kata Margaret.

"Sempat dibilang juga 'Miskin banyak gaya kuliah di Jawa'," imbuhnya.

(Bangkapos.com/Tribunjabar.id/Rheina, Hilda Rubiah)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved