Kakak Ungkap Kondisi Prada TNI Lucky yang Tewas Dianiaya Senior, Ginjal dan Paru-paru Rusak

Kakak Ungkap Kondisi Prada TNI Lucky yang Dianiaya Senior, Ginjal dan Paru-paru Rusak. Simak selengkapnya

Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Evan Saputra
Kolase Tangkapan layar Facebook @Pilipus Bangng | Pos Kupang/Ist
PRADA LUCKY TEWAS -- (kiri) Jenazah Prada Lucky Namo saat dibawa pulang dari rumah sakit / (kanan) Serma Christian Namo | Kakak Ungkap Kondisi Prada TNI Lucky yang Dianiaya Senior, Ginjal dan Paru-paru Rusak. 

BANGKAPOS.COM - Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo masih menyisakan luka mendalam untuk keluarga, terutama sang kakak.

Kakak almarhum Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Lusi Namo tak terima atas kematian sang adik.

Ia pun mengungkap dugaan kekerasan oleh senior yang menyebabkan kematian adiknya. 

Lucky diinjak karena dianggap pura-pura sakit saat bertugas di satuan TNI, dan kondisi ginjal serta paru-parunya hancur akibat penganiayaan tersebut.

Informasi tersebut diperolehnya dari seseorang yang mengaku sebagai pacar salah satu prajurit dan mengirim pesan melalui DM Instagram.

Dalam pesan tersebut, pacar prajurit itu mengaku pernah menerima foto yang hanya bisa dilihat sekali, yang memperlihatkan wajah Lucky dan rekannya dalam kondisi terluka dan berdarah akibat pemukulan.

Baca juga: Kalender 2025: Catat Jadwal Tanggal Merah dan Long Weekend di Pertengahan Bulan Agustus

Meski demikian, nama pacar tersebut tidak tercantum dalam daftar 20 pelaku yang diduga terlibat kekerasan itu, kata Lusi.

“Pacar prajurit itu bilang bahwa pacarnya pernah mengirim foto yang hanya bisa dilihat sekali. Ia melihat wajah Lucky dan kawannya saat itu dipukul dan sudah berdarah," ujarnya.

Sementara itu, Dokter yang menangani Lucky menyampaikan bahwa ginjal dan paru-parunya mengalami kerusakan parah sehingga memerlukan tiga kantong darah. 

Dugaan kekerasan itu diduga terjadi saat pergantian piket dari Senin hingga Jumat, saat Lucky dan rekannya tidur di lantai tanpa alas di dalam sel.

Menurut Lusi, rekannya yang bernama Richard juga mengalami penganiayaan, tetapi kondisi Lucky jauh lebih parah. 

Ia mengungkapkan melihat bekas sepatu di perut Lucky, yang diduga akibat diinjak oleh pelaku.

Beberapa hari sebelum koma, Lucky sempat berkomunikasi lewat panggilan video dalam kondisi yang tampak baik. 

Ia bahkan pernah bercerita bahwa dirinya dipukul oleh senior meski sedang sakit. 

“Senior mengira dia pura-pura tidak mau bekerja di dapur,” tutur Lusi.

Keluarga menerima kabar masuknya Lucky ke rumah sakit dari pihak rumah sakit yang diminta tolong oleh almarhum untuk menghubungi orang tuanya di Kupang. 

Lusi merasa terkejut karena selama hidup bersama keluarga, Lucky tidak pernah mengalami sakit serius.

“Waktu masuk rumah sakit, Lucky membutuhkan tiga kantong darah. Selama ini ia hanya sakit biasa, sehingga saya langsung merasa ada yang tidak beres,” ungkap Lusi.

Ia juga menyesalkan sikap atasan Lucky yang tidak memberikan informasi jelas kepada keluarga. 

“Dansi itu orang yang paling saya benci, karena tidak memberitahu kondisi adik saya,” tegasnya.

Bagi Lusi, kepergian Lucky meninggalkan duka yang mendalam. 

Ia pun menyesal karena tidak bisa selalu mendampingi adiknya. 

“Dia anak yang pergaulannya luas dan sangat dekat dengan mama. Kami sangat akrab sejak kecil, bahkan dia sempat meminta saya untuk pindah ke Nagekeo,” kenangnya.

Kini keluarga berharap pihak berwenang dapat mengusut tuntas dugaan kekerasan yang dialami Prada Lucky hingga berujung pada kematiannya.

Kesaksian Ibu

Sang ibu, Epi Sepriana Mirpey, menjadi saksi bisu penderitaan anaknya yang meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan setelah diduga mengalami kekerasan dari sejumlah oknum seniornya di dalam satuannya.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, Prada Lucky sempat menelepon ibunya dari RSUD Aeramo dalam kondisi sakit parah. Suaranya lemah namun penuh kerinduan.

"Mama, mama, syalom mama, Lucky baik-baik saja. Mama apa kabar? Saya kangen mama. Mama datang Nagekeo ko? Mama bulan depan nanti datang sini pakai pesawat, nanti Lucky booking tiket pesawat," kata Epi meniru ucapan sang anak di rumah duka, Kuanino, Kota Kupang, Jumat (8/8/2025).

Saat itu, sang ibu tak kuasa menahan tangis terus bercerita hingga dirinya bisa berangkat ke Nagekeo melihat kondisi anaknya di RSUD Aeramo Nagekeo, Flores.

Percakapan itu terjadi setelah perjuangan panjang sang ibu meminta izin kepada atasan Lucky agar diizinkan berkomunikasi dengan anaknya. Sebelumnya, Epi Sepriana mengaku tidak mendapat informasi apa pun soal kondisi anaknya yang sudah sakit dan dirawat di rumah sakit.

"Saya WA Dansi Intelnya, hanya dibaca. Sampai saya mohon-mohon, saya bilang, tolong kasih tahu kabar anak saya. Saya pikirannya sudah kacau," ungkapnya sambil menangis.

Dalam keterangannya, Epi menyebut bahwa kondisi Lucky sudah terlihat memburuk sejak berada di kediaman ibu angkatnya, Ibu Iren. Tubuh Lucky penuh luka dan lebam. Lewat sambungan video call, Lucky sempat mengungkapkan bahwa dirinya dipukul dan dicambuk oleh sejumlah oknum di satuannya.

"Dia bilang, 'Mama saya dipukul, dicambuk sama Pak Mat sama Dasintel,' dia bilang begitu. Dia bilang, 'Mama tolong, mama.' Saya suruh dia berobat dulu, tapi tak lama kemudian mereka telepon lagi, bilang Lucky harus kembali ke Batalyon," jelas Epi.

Setelah kembali ke Batalyon, kondisi Lucky diduga semakin memburuk. Ibunya menduga anaknya kembali menjadi korban penganiayaan.

"Mungkin mereka aniaya tambah lagi di sana. Itu yang bikin dia tambah parah. Saya tidak habis pikir," ujarnya penuh duka.

Epi menyebut pihak Batalyon sempat mengaburkan informasi soal kondisi anaknya. Saat dia meminta penjelasan, seorang perwira intelijen menyatakan Lucky dalam keadaan baik-baik saja.

"Pasi Intelnya bilang anak saya baik-baik saja, padahal kenyataannya dia sudah koma di ICU. Mereka video call, tapi cuma kasih lihat wajah Pasi Intel saja. Dia bilang Lucky lagi istirahat, padahal Lucky sudah koma," ujar Epi penuh emosi.

Karena tidak percaya dengan informasi tersebut, Epi langsung memesan tiket pesawat dan terbang ke Nagekeo pada Selasa, 5 Agustus 2025. Saat tiba di RSUD Aeramo, ia langsung menuju ruang ICU dan mendapati anaknya dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Saya bisik di telinganya, saya bilang, 'Lucky, mama datang, nak. Mama jaga Lucky di sini.' Dia langsung berontak saat dengar suara saya," ucap Epi dengan suara lirih.

Dokter yang menangani Lucky mengungkapkan sang prajurit mengalami gagal ginjal, paru-paru penuh cairan, serta memar di seluruh tubuh.

"Saya lihat semua dengan mata kepala sendiri. Bukti semua ada di saya, foto, video, sudah saya kirim ke Intel, ke Denpom," kata Epi.

Ia juga menyebut bukan hanya empat orang yang diduga sebagai pelaku, melainkan hingga 20 orang, termasuk oknum Bamak dan Dansi Intel. Nama Andre Manoklory disebut sebagai salah satu dari pelaku yang diduga memukul Lucky menggunakan selang.

Kini, sang ibu menuntut agar semua pihak yang terlibat diusut tuntas dan dijatuhi sanksi tegas. Ia meminta Danrem Wirasakti Kupang hingga Panglima TNI turun tangan mengusut kasus kematian anaknya.

"Saya tidak mau ada Prada Lucky lainnya. Kalau dia gugur di medan perang, saya bisa terima. Tapi ini dia mati di tangan teman-temannya sendiri. Saya tidak menyebut institusi, saya sebut oknum biadab!"

Epi Sepriana juga berharap keadilan ditegakkan, pelaku dipecat, dan kasus ini menjadi titik balik reformasi disiplin di tubuh TNI.

"Cukup anak saya, cukup penderitaan saya sebagai seorang ibu. Jangan sampai ibu-ibu lain merasakan apa yang saya rasakan hari ini," tutupnya dengan air mata.

Amukan Ayah Prada Lucky

Sementara itu, Serma Christian Namo geram jenazah anaknya, Prada Lucky Chepril Saputra Namo, tak bisa diotopsi di RS TNI Wira Sakti Kupang. 

"Sudah, kasih ke luar sekarang. Cari yang lain," suara Sersan Mayor (Serma) Christian Namo, terdengar keras di depan ruang kamar mayat Rumah Sakit Tentara Wira Sakti Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (7/8/2025) siang. 

Christian kesal lantaran jenazah anaknya Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23), tak bisa diotopsi di rumah sakit milik TNI itu. 

Pasalnya, tak ada dokter forensik yang bisa mengotopsi jenazah Lucky. Padahal Christian ingin agar anaknya bisa segera diotopsi. 

"Ini mayat anak saya. Pikul dan keluarkan. 0Bawa anak saya, bawa," kata Christian.

Dia meminta pengusung jenazah dari anggota TNI AD dari Brigif 21 Komodo untuk segera mengeluarkan jenazah anaknya dari kamar mayat untuk dipindahkan ke rumah sakit lainnya.

Isak tangis keluarga pecah, saat jenazah Prada Lucky yang telah dibalut merah putih kembali dinaikan ke mobil ambulans. 

Setelah itu, ambulans bergerak ke Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kupang. 

Tiba di rumah sakit milik koprs berbaju cokelat, Christian menengadahkan tangan kanannya sambil berteriak di belakang mobil ambulans yang memuat jenazah putra tercintanya Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23). 

Intonasi suara bergetar, Christian yang mengenakan seragam dinas lapangan khas matra darat, mempertanyakan kehadiran negara saat anaknya meninggal dengan cara tak wajar.

Berjalan mondar mandir di halaman depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Kamis (7/8/2025), Christian yang bertugas di Komando Distrik Militer (Kodim) 1627 Rote Ndao, berulang kali meminta keadilan buat anak lelaki sulungnya itu. 

Beberapa kali rekan kerjanya berusaha menenangkan Christian, tapi tetap saja tak mempan. 

Dia terus saja mengumpat.

"Kamu saksikan semua, yang bunuh anak saya sifat PKI, keji. Ingat baik-baik itu," kata Christian dengan lantang.

Kekesalan Christian itu, lantaran putranya yang bertugas Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo, NTT, meninggal karena diduga dianiaya para seniornya.

Kekecewaannya semakin memuncak, lantaran keinginan untuk mengotopsi jenazah anaknya di Rumah Sakit Wira Sakti Kupang dan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, tak bisa terwujud.

Di Rumah Sakit Wira Sakti, tidak ada tenaga dokter untuk mengotopsi jenazah.

Sedangkan di Rumah Sakit Bhayangkara, dokter meminta surat pengantar dari polisi. 

Christian hanya ingin membuktikan penyebab meninggal sang buah hati melalui otopsi. 

Sehingga, dia meminta negara harus hadir untuk membantunya. Termasuk juga mengungkap pelaku pembunuh anaknya. 

"Saya masih sah jadi tentara, jiwa saya merah putih. Saya sudah 31 tahun berdinas TNI, baru pertama terjadi di diri saya," tegasnya.

"Apa ini balasan buat saya. Saya hanya menuntut keadilan, negara tidak bisa bantu saya kah."

Beberapa rekan kerjanya, termasuk komandan dan keluarganya terus saja membujuknya. 

Tak la kemudian, Christian mulai melunak. 

Dia lalu meminta sopir ambulans, untuk membawa jenazah putranya ke rumah duka di Rumah Dinas TNI Angkatan Darat, Kodim 1617 Rote Ndao, yang berada di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. 

Tiba di rumah duka, ratusan pelayat dan keluarga ikut menangis menyambut kedatangan jenazah Lucky. 

Letnan Dua (Lettu) Made Juni, seorang perwira muda, saat diwawancarai sejumlah wartawan mengatakan, segala upaya telah dilakukan pada saat Lucky menjalani perawatan di rumah sakit Nagekeo. 

Namun, nyawa Lucky tak bisa diselamatkan. 

"Jadi, sampai sini kita bisa visum, karena atas dasar penyidikan. Tapi bapaknya menginginkan untuk visum yang katanya pribadi," ujarnya singkat.

Tewas Dianiaya Senior

Seperti diketahui, Prada Lucky Namo (23), prajurit Yonif TP 834/Wakanga Mere, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, menghembuskan napas terakhir di IGD RSUD Aeramo pada Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 Wita.

Ia meninggal setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari, diduga akibat penganiayaan oleh seniornya. 

Kondisi tubuhnya saat itu penuh luka sayatan dan lebam.

Kematian Prada Lucky menyita perhatian publik, terutama karena dugaan kuat bahwa ia menjadi korban kekerasan di satuan tempatnya bertugas. 

Pada Rabu siang, jenazahnya diterbangkan dari Ende menuju Kupang.

“Pukul 12.45 WITA almarhum sampai di Kupang,” kata sumber internal yang dikutip Pos-Kupang.com.

Setibanya di Kupang, jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara untuk proses autopsi guna memastikan penyebab kematian.

 Rencananya, jenazah akan disemayamkan di rumah duka di samping Rusunawa Asrama TNI AD Kuanino, Kota Kupang.

Kabar ini cepat menyebar di masyarakat dan menjadi viral media sosial

(Kompas/Tribunnews)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved