Profil Tokoh

Profil Mayjen TNI Piek Budyakto, Disorot Usai Ibu Prada Lucky Bersimpuh di Kakinya, Pangdam Udayana

Mayjen Piek adalah Panglima Kodam IX/Udayana yang mengumumkan 20 orang tersangka dalam kasus kematian Prada Lucky Namo.

|
Pos Kupang
MAYJEN PIEK - Profil biodata Mayjen TNI Piek Budyakto disorot usai Ibunda Prada Lucky Namo, Sepriana Paulina Mierpey bersimpuh di kakinya. 

BANGKAPOS.COM -- Pangdam Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto disorot seusai Ibunda Prada Lucky Namo, Sepriana Paulina Mierpey bersimpuh di kakinya.

Mayjen Piek adalah Panglima Kodam IX/Udayana yang mengumumkan 20 orang tersangka dalam kasus kematian Prada Lucky Namo.

Baca juga: Siapa Sosok di Balik Akun Nafa Arshana, Diburu Serma Christian Namo Ayah Prada Lucky: Cari Dia

Terkait hal itu Sepriana memohon agar Mayjen Piek Budyakto menuntaskan kasus kematian anaknya secara transparan. 

Ibu Prada Lucky meminta agar 20 tersangka penganiayaan anaknya dihukum berat karena telah menghilangkan nyawa Prada Lucky

Paulina juga mengungkapkan isi hatinya yang hancur setelah ditinggal anaknya. 

Diketahui, Pangdam Udayana Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto menyampaikan rasa duka secara langsung ke ibu Prada Lucky, di Kelurahan Kuanino Kota Kupang, Senin (11/8/2025).  

"Tolong, saya butuh keadilan bapak. Saya serahkan anak saya sebagai seorang tentara, tolong, saya mohon bapak. Tolong jangan ada fitnah lagi," ucap Paulina berlutut di hadapan Piek. 

Baca juga: Sosok Letda Inf Thariq Singajuru Diduga Senior yang Aniaya Prada Lucky, Punya Belasan Ribu Followers

Lucky, kata dia, adalah kebanggaan sekaligus penopang hidupnya.

Paulina ikhlas kalau anaknya gugur di medan pertempuran.

Namun, dirinya tidak terima anaknya justru meninggal di tangan para seniornya. 

"Kalau mati di medan perang saya ikhlas, tapi ini di oknum-oknum. Bapak tolong, saya mohon. Dia tulang punggung buat saya. Saya mohon keadilan buat anak saya," ucapnya. 

Piek kemudian membopong dan memenangkan Paulina.

Dalam dialog, Paulina juga meminta agar tidak boleh lagi ada kejadian serupa. Dia menaruh harapan besar kepada Piek. 

"Saya diputus kontak, seorang anak dan ibu di putus kontak. Itu sakit. Saya kesana dia keadaan koma," katanya. 

Paulina juga menyebut, foto bagian tubuh Lucky yang beredar di media sosial adalah milik dirinya.

Ia memotret kondisi anaknya ketika dirawat di RSUD Aeramo Kabupaten Nagekeo. 

Ia memohon agar tidak perlu lagi ada yang mencemooh foto-foto itu. Paulina meminta agar tidak lagi ada fitnah terhadap anaknya yang kini sudah tiada. 

Paulina sempat memberitahu, Lucky yang akan berulang tahun bulan depan, bakal memberi hadiah untuknya sebuah rumah. Nahas, janji Lucky itu tidak sempat terpenuhi. 

"Dia ulang tahun bulan depan, dia janji, mama saya akan kasih hadiah ini ke mama, tapi saya punya anak pulang mayat," kata Paulina mengulang janji anaknya, Lucky. 

Respons Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto

Dalam percakapan itu, Mayjen Piek turut memberi peneguhan untuk kedua orang tua Lucky.

Piek terlihat bersedia. Selaku pemimpin di Pangdam Udayana, ia terpukul dengan kejadian itu. Ia bahkan meminta maaf atas peristiwa pilu ini. 

"Saya mohon maaf tidak bisa secara langsung ikut pada saat pemakaman. Saya ikut merasakan kehilangan sebagai orang tua," katanya. 

Dia berjanji, semua yang menjadi kewenangannya akan ditindaklanjuti. Dia mengajak kedua orang tua Lucky untuk mempercayakan institusi dalam menegakkan hukum dan keadilan bagi Lucky. 

Piek memahami situasi batin dan emosional yang dialami kedua orang tua Lucky. Untuk itu, ia meminta agar kedua orang tua bisa menyampaikan segala sesuatu kepada dirinya. Ia akan menyanggupi sesuai kewenangannya. 

Setelah berdialog, Piek kemudian menyampaikan sudah ada 20 orang yang dilakukan tahanan dan ditetapkan sebagai tersangka.

Denpom Udayana kini sedang melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendalami kasus itu. 

Adapun Lucky meninggal dunia pada Rabu (8/8/2025) lalu. Ia dianiaya seniornya di asrama Batalyon Teritorial Pembangunan di Nagekeo, Flores, NTT.

Lantas seperti apa profil biodata Mayjen Pien Budyakto

Profil biodata Mayjen Pien

Mengutip dari Wikipedia, Mayjen TNI Piek Budyakto, yang lahir pada 20 Mei 1970, adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Darat.

Sejak 14 Maret 2025, ia dipercaya mengemban amanat sebagai Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana.

Lulusan Akademi Militer tahun 1991 ini berasal dari kecabangan Infanteri, dan dikenal memiliki rekam jejak panjang dalam dunia militer.

Sebelum menjabat sebagai Pangdam IX/Udayana, Piek Budyakto menjabat sebagai Direktur Jenderal Potensi Pertahanan di Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, sebuah posisi strategis yang menunjukkan kiprahnya tak hanya di lingkungan TNI, tetapi juga dalam merancang dan memperkuat potensi pertahanan nasional.

Selama perjalanan pengabdiannya, sosok ini telah menerima berbagai penghargaan bergengsi sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan loyalitasnya.

Di antaranya adalah Satyalancana Kesetiaan 32 Tahun, 24 Tahun, 16 Tahun, hingga 8 Tahun, yang mencerminkan komitmen panjang dan konsistensinya dalam mengabdi tanpa henti.

Tak hanya itu, ia juga dianugerahi Satyalancana Raksaka Dharma, sebuah penghargaan yang diberikan atas jasa luar biasa dalam menjaga pertahanan dan keamanan negara.

Pengabdian di medan operasi pun tak luput dari penghargaan.

Ia menerima Satyalancana Dharma Nusa, Wira Nusa, dan Wira Dharma sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam berbagai penugasan di wilayah-wilayah rawan dan strategis.

Di bidang kemanusiaan dan pendidikan, ia juga menunjukkan dedikasi tinggi.

Hal ini dibuktikan dengan diterimanya Satyalancana Seroja, Dwidya Sistha, dan Kebhaktian Sosial tanda bahwa pengabdiannya tidak hanya terbatas pada aspek militer, tapi juga menyentuh sisi kemanusiaan dan pembangunan sumber daya manusia.

Tetapkan 20 Tersangka

Pangdam IX/Udayana Mayor Jenderal TNI Piek Budyakto mengumumkan 20 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kematian Prada Lucky Namo. 

Piek menyampaikan itu ketika mengunjungi kediaman Lucky Namo di Kelurahan Kuanino Kota Kupang, Senin (11/8/2025) siang. 

Usai berdialog dengan keluarga, Mayor Jenderal Piek kemudian memberikan pernyataan kepada wartawan. Dia menyebut sejauh ini sudah dilakukan pemeriksaan terhadap puluhan orang.

"Laporan sementara saat ini semua sudah ditangani. Seluruhnya 20 tersangka yang sudah ditahan, kemudian ditindaklanjuti pemeriksaan lanjutan. Ada satu orang perwira," katanya. 

Dia tidak menyebutkan inisial dari para tersangka. Motif dari kejadian itu, kata dia, sedang dilakukan penyelidikan oleh Polisi Militer. Ia meminta semua pihak untuk menunggu proses. 

Sejauh ini, menurut dia, pemeriksaan sedang dilakukan termasuk menggelar rekonstruksi terhadap kejadian itu.

Dia mendapat laporan kalau tengah dilakukan pemeriksaan oleh pihak berwenang. 

"Siapa pun yang melakukan perbuatan ini harus diusut, tidak pandang bulu. Seluruhnya harus kita periksa sesuai mekanisme hukum, dan kita sesuaikan dengan prosedur yang ada," ujarnya. 

"Hukuman terberat sesuai dengan mekanisme nanti oleh Polisi Militer yang berhak menyampaikan dan permintaan keluarga. Proses hukum kemudian tindaklanjuti akan kita laksanakan secara transparan tidak ada yang kita tutupi. Sudah jadi tersangka dan sudah ditahan," ujarnya. 

Dia menyampaikan duka cita atas kejadian itu. Piek sedih atas peristiwa memilukan dan menyayat hati. Ia mengaku akan melakukan segala proses secara terang-terangan benderang. 

"Saya kehilangan anggota saya Prada Lucky Chepril Saputra Namo, anak kandung dari Sersan Mayor Kristian Namo, ini menyedihkan dan sesalkan," ujarnya. 

Dirinya juga menyampaikan perintah dari Menteri Pertahanan maupun pejabat Mabes TNI agar pengusutan kejadian ini dilakukan secara terbuka sesuai aturan yang berlaku. 

Penyelidikan Denpom

Sebelumnya, penyelidikan kasus kematian Prada Lucky Namo, anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere, yang diduga akibat dianiaya sejumlah seniornya oleh jajaran Sub Denpom Sub Denpom IX/1-1 Ende telah membuahkan hasil. 

Sayangnya, pihak Sub Denpom Sub Denpom IX/1-1 Ende belum memberikan keterangan resmi terkait hasil penyelidikan kasus kematian Prada Lucky Namo. 

Komandan Sub Denpom Sub Denpom IX/1-1 Ende, Kapten CPM Stefanus Kopong Ola yang dikonfirmasi TribunFlores.com, Minggu (10/9/2025) sekitar pukul 17.33 WITA melalui pesan WhatsApp terkait hasil pemeriksaan kasus tersebut mengatakan pihaknya tidak bisa memberikan keterangan terkait hasil pemeriksaan.

Bahkan TribunFlores.com sempat meminta kesediaan Kapten Stefanus untuk diwawancarai secara langsung terkait kasus yang cukup menghebohkan masyarakat NTT tersebut. 

"Kalau hasil pemeriksaan tidak bisa, tapi kalau bicara boleh, tapi kami masih bekerja supaya cepat penyelesaiannya," kata Kapten Stefanus melalui pesan WhatsApp. 

Ditanya apakah TribunFlores.com tidak bisa melakukan wawancara terkait kasus tersebut, Kapten Stefanus menyebut Ia belum punya waktu.

"Bisa tapi mohon waktu karena kami belum ada waktu karena masih kerja," jelas Kapten Stefanus. 

TribunFlores.com bahkan meminta jumlah oknum anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere yang telah diperiksa di Sub Denpom Sub Denpom IX/1-1 Ende serta jumlah terduga pelaku yang sudah ditahan dan kronologi singkat kasus tersebut namun hingga saat ini belum ada penjelasan resmi dari Kapten Stefanus.

Sebelumnya, Jenazah Prada Lucky Chepril Saputra Namo telah dimakamkan di TPU Kapadala, Kota Kupang, Sabtu (9/8/2025).

Kedua orang tua, Serma Christian Namo dan Sepriana Paulina Mirpey, kakak dan adik serta sahabat kenalan melepas kepergian Prada Lucky Namo untuk selama-lamanya dengan berlinang air mata.

Serma Christian dan sang istri begitu terpukul atas berpulangnya putra kebanggaan mereka.

Saat jenazah hendak dibawa dari rumah duka Asrama TNI, Kelurahan Kuanino ke TPU Kapadala, Sepriana seakan tak mau berpisah dengan anaknya.

"Jangan bawa beta pung anak," ratap Sepriana sambil memeluk peti jenazah anaknya.

Sepriana merasa hatinya hancur. "Lucky, mama hancur nak. Lucky, tolong mama, kasihan mama, nak," ucapnya dengan suara lemas.

Saat peti jenazah ditutup petugas, isak tangis pun semakin menjadi-jadi.

Pemakaman jenazah Prada Lucky Namo dilakukan secara militer, dipimpin oleh Komandan Brigade Infanteri 21/Komodo.

Peti jenazah diselubung dengan bendera merah putih, dipikul beberapa anggota TNI ke mobil ambulans kemudian dibawa ke TP Kapadala.

Sepriana menuntut keadilan untuk anaknya yang meninggal dunia setelah dianiaya para seniornya.

Anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/ Wakanga Mere ( Yonif TP/834 WM ) Nagekeo ini menghembuskan napas terakhir di RSUD Aeramo, Rabu (6/8).

Menurut Sepriana, jika anaknya mati di medan perang dia masih bisa terima, karena anaknya adalah prajurit TNI sudah tugasnya membela negara.

Namun, nyatanya Prada Lucky Namo meninggal karena ulah para senior yang melakukan penganiayaan.

"Saya seorang ibu, saya minta keadilan. Saya punya anak sudah mati sia-sia. Mati di medan perang saya terima. Itu tugas dia. Bela negara, bela bangsa. Ini mati sia-sia di tangan seniornya," kata Sepriana.

Sepriana menuntut agar para pelaku diproses hukum secepatnya dan bila perlu diberi hukuman mati.

Berdasarkan informasi yang didapat Sepriana, ada 20 orang yang ikut dalam aksi penganiayaan Prada Lucky.

Sepriana juga meminta agar proses hukum terhadap pelaku penganiayaan tak pilih kasih, semua harus ikut diproses dan mendapatkan hukuman yang setimpal.

"Proses mereka, pecat bila perlu hukuman mati. Ada 20 orang semua. Bukan empat orang saja, yang hukuman pukul cambuk itu juga semuanya proses."

"Tidak ada bilang pilih kasih semuanya proses. Saya mama kandung saya melahirkan dia. Kalau kalian tidak proses kalian bunuh saya ikut anak saya langsung. "

"Saya sakit hati saya hancur hati saya. Kalian bikin seperti ini," tegas Sepriana.

Kondisi Prada Lucky Namo mengenaskan. Tubuhnya dipenuhi lebam dan bekas luka.

Hal ini diketahui dari dua foto yang beredar. Foto pertama Prada Lucky Namo dibaringkan menyamping, dibantu petugas yang memakai sarung tangan.

Dia tidak memakai baju sehingga bagian belakangnya terekspose. Tampak bekas luka menyebar di sekujur belakangnya, dari pinggang sampai ke bahu.

Diduga foto itu diambil saat petugas hendak memandikan jenazah Prada Lucky Namo saat berada di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo.

Foto kedua Prada Lucky Namo tidur tengadah. Meski ditutup kain putih namun bagian perut dan dadanya terekspose.

Dada bidangnya tertempel beberapa alat medis. Luka lebam tampak jelas terlihat di dada dan perut.

Lewat dua foto ini, menguatkan dugaan bahwa Prada Lucky Namo menjadi korban penganiayaan. 

Seorang warga yang membantu mengurus jenazah Prada Lucky Namo mengungkapkan bahwa tubuhnya dipenuhi luka lebam dan sayatan di beberapa bagian.

Saat dirawat sejak Sabtu (2/8), dalam kondisi lemah, Prada Lucky Namo sempat menyampaikan kepada seorang dokter bahwa dirinya mengalami tindak kekerasan dari sesama prajurit TNI.

Ayahnya merupakan seorang anggota TNI yang saat ini bertugas di Kodim 1627 Rote Ndao.

Sang ayah menjemput jenazah Prada Lucky Namo di RSUD Aeramo kemudian membawanya ke Kupang.

Serma Christian Namo mengungkapkan bahwa putranya sempat curhat kepada dokter yang merawatnya bahwa dipukul senior di barak. "Dia mengaku kepada dokter dipukuli oleh seniornya di barak," ujarnya, Kamis (7/8).

Serma tak terima anaknya dihajar hingga tewas. "Saya akan kejar pelakunya sampai ke mana pun. Anak saya sudah tidak ada, saya tuntut keadilan," tegasnya.

Ia mengungkapkan kondisi sang putra sebelum meninggal dunia. Tubuh Prada Lucky Namo dipenuhi luka lebam dan sayatan. Ada juga luka seperti sulutan api rokok.

Pada bagian punggung korban penuh bekas hantaman benda keras, sementara lengan dan kakinya terdapat luka bakar mirip sundutan rokok.

Serma Christian Namo menduga, putranya tewas akibat ginjal pecah dan paru-paru bocor.

Menurut Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto, kasus tersebut sedang ditangani penyidik Polisi Militer.

“Kita serahkan semuanya kepada penyidik dalam hal ini Polisi Militer,” ujar Agus, dilansir dari Kompas.com, Kamis (7/8).

Agus menegaskan bahwa penyelidikan dilakukan untuk mengungkap kasus kematian Prada Lucky Namo, termasuk pelaku dalam kejadian itu. Sebab, ada dugaan Prada Lucky tewas akibat dianiaya seniornya.

Apabila terbukti korban meninggal dunia karena dianiaya, maka pelaku akan diproses sesuai aturan yang berlaku. “Tentunya nanti akan proses selanjutnya,” kata dia. 

(Bangkapos.com/Tribun Medan/Tribun Flores)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved