Berita Viral
Profil Dokter Syahpri, Dokter di Sekayu Diintimidasi Keluarga Pasien, Nangis Dapat Dukungan IDI
Dokter Syahpri viral usai beredar video dirinya diminta paksa buka masker oleh keluarga pasien.
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM -- Dokter Syahpri Putra Wangsa, dokter di Sekayu, Sumatera Selatan yang viral diintimidasi keluarga pasien kini menangis dapat dukungan IDI (Ikatan Dokter Indonesia).
Dokter Syahpri viral usai beredar video dirinya diminta paksa buka masker oleh keluarga pasien.
Aksi itu bahkan berujung pada kekerasan yang tak selayaknya diterima seorang dokter yang sedang bertugas.
Baca juga: Sosok Syahpri, Dokter RSUD Sekayu Dimaki Keluarga Pasien dan Dipaksa Buka Masker, Tempuh Jalur Hukum
Mulanya video itu viral di media sosial setelah diunggah akun Instagram @perawat_peduli_palembang.
Dalam rekaman tersebut, tampak seorang dokter yang awalnya memakai masker untuk melakukan visit untuk melihat kondisi pasien perempuan lansia yang dirawat dalam ruangan VIP.
Dokter itu diketahui bernama Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD-KGH, FiNASIM.
Ia adalah dokter konsultan di bidang nefrologi.
Keluarga pasien terlihat emosi dan menyebut bahwa dokter Syahpri bertele-tele untuk merawat ibunya.
"Ini dokter ini, ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak. Hasil rontgen, hasil rontgen, kita masuk sini biar pelayanan layak. Kita sewa ruang VIP ini untuk pelayanan. Pelayanan yang bagus, pelayanan yang layak. Bukan sekadar disuruh nunggu. Kalau disuruh nunggu kita bisa pakai BPJS. Kita nggak mau pakai BPJS, nggak mau dimain-mainkan seperti kamu ini, kamu paham ya? Kamu harus paham ya," ujar pria perekam video tersebut, dikutip Tribunjabar.id, Rabu (13/8/2025).
Kemudian, pria itu mencecar dokter lantaran merasa pelayanan yang didapatkannya tidak sesuai dengan kamar VIP yang sudah disewa untuk perawatan.
"Ini nyawa, ini mak saya, ini nyawa, jangan kamu kayaknya kesannya main-main. Kamu berdalih dengan menjelaskan hasil rontgen, menunggu air ludah. Ada semua prosedur, saya juga orang sekolah. Ngerti nggak? Dengar nggak? Saya juga orang sekolah, cuma kalau hasil rontgen, hasil rontgen, bukan begitu. Saya minta tindakan yang pasti. Kamu bilang ini ruangan sangat layak, sangat bagus. Mana layaknya ini, ini plafonnya begini, kamu bilang layak ini," ujarnya.
Setelah melampiaskan kemarahan, dari belakang ada satu pria lagi yang langsung memaksa dokter tersebut membuka masker.
Dokter itu pun dipaksa untuk menjelaskan penyakit ibu dari pria tersebut.
Bahkan, ia dipaksa mengungkap identitasnya.
"Buka masker, ini nah dokternya. Dokter apa bagian apa, ngomong! Jelasin dekat ibu saya, jelasin sudah tiga hari ini kita masuk ruangan VIP cuma memperlihatkan hasil rontgen, ini dokter-nya ini. Pulang ke mana kamu?" ucap pria itu.
Kendati dimaki-maki oleh keluarga pasien, dokter itu tetap tenang menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya.
"Jadi, ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar. Dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan," jelas dokter tersebut.
"Kamu tahu indu trak itu apa?" tanya perekam. "Gambaran khas dari penyakit TBC," jawab dokter.
Keluarga pasien itu tampaknya mash kurang puas setelah mendapatkan jawaban dari dokter.
Ia kembali marah-marah karena menilai tidak ada pelayanan perawatan yang cepat.
Sebab, setiap hari ibunya hanya pemeriksaan daha dan hasil rontgen.
"Ini dokter karena saya sudah berapa tahun hidup orang ngecek TBC harus dari apa?" tanya pria tersebut. "Dahak," jawab dokter.
Kini Dokter Syahpri menangis terharu usaid apat dukungan dari IDI.
Mengutip Kompas.id, Ikatan Dokter Indonesia mengecam kekerasan terhadap Syahpri Putra Wangsa, dokter spesialis ginjal RSUD Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Bantuan hukum diberikan untuk mendorong agar jangan sampai kasus serupa berulang di kemudian hari.
Ketua Badan Hukum Pembela Profesi dan Advokasi (BHP2A) IDI Cabang Musi Banyuasin Zwesty Devi menuturkan, pihaknya mengecam segala bentuk tindakan kekerasan terhadap tenaga medis ataupun tenaga medis dan kesehatan, seperti yang dialami Syahpri.
Dalam kasus itu, Syahpri mengalami perbuatan tidak menyenangkan oleh keluarga pasien saat memberikan pelayanan medis sesuai standar prosedur operasi (SOP).
Lantas, siapakah sosok dokter yang dimaki-maki keluarga pasien tersebut?
Sosok Dokter Syahpri Putra Wangsa
Dilansir dari Sripoku.com, Syahri Putra Wangsa, Sp.PD adalah dokter spesialis penyakit dalam seperti jantung, paru, saluran cerna, ginjal dan organ lainnya.
Ia praktik di RSUD Sekayu dan RS Bunda Medika Jakabaring Palembang.
Selain itu, dr Syahpri juga pernah bertugas di RSUD Sungai Lilin.
Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Kemudian mengambil spesialis di Universitas Sriwijaya, Palembang.
Pada Oktober 2024, Syahpri resmi mendapatkan gelar sebagai Dokter Konsultan di bidang Nefrologi.
Nefrologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajarai fungsi ginjal, penyakit ginjal, dan terapi terkait.
Gelar tambahannya yaitu Sp.PD (Spesialis Penyakit Dalam), K.GH (Konsultan Ginjal Hipertensi), FINASIM (Fellow of Indonesian Society of Internal Medicine).
Tetap Sabar saat Dimaki-maki
Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi, membenarkan kejadian dokter dimaki-maki keluarga pasien tersebut.
"Benar, itu dokter spesialis ginjal. Di video terlihat beliau dimarahi keluarga pasien dan tetap sabar," ujar Dwi saat dikonfirmasi, Rabu (13/8/2025), dikutip dari Kompas.com.
Ia mengatakan, pihak RSUD Sekayu akan membahas masalah tersebut untuk mengetahui pasti kronologi kejadian.
"Masalah itu baru akan kami bahas dan rapatkan hari ini, untuk mengetahui kronologi kejadian dan motifnya. Jadi, harap tunggu info lebih lanjut ya," tuturnya.
Ambil Langkah Hukum
Dokter spesialis ginjal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, Syahpri Putra Wangsa, mengaku mengambil langkah hukum dengan melaporkan keluarga pasien ke Polres Muba untuk mencegah aksi kekerasan terhadap tenaga kesehatan yang lain saat bertugas.
"Yang jelas saya mewakili seluruh nakes di Indonesia, jangan sampai terjadi Syahpri-Syahpri yang lain. Jadi, kita harus menentukan sikap, harus tegas," kata Syahpri kepada wartawan, Rabu (13/8/2025).
Menurut Syahpri, peristiwa yang dialaminya itu dapat membahayakan para perawat hingga dokter, di mana saat bertugas mereka diintimidasi oleh keluarga pasien.
Padahal, hal tersebut bisa mengganggu kinerja nakes ketika merawat pasien.
"Kalau terjadi lagi seperti ini akan membahayakan nakes. Mulai dari perawat, dokter umum, bukan hanya spesialis saja. Nakes adalah garda terdepan, kalau mereka terancam gimana?" ujarnya.
Menjadi seorang dokter yang bertugas untuk merawat pasien, menurut Syahpri, adalah hal yang tidak mudah.
Mereka pun harus menempuh jenjang pendidikan panjang yang menguras banyak uang hingga waktu sebelum akhirnya terjun ke masyarakat.
"Untuk sekolah menjadi dokter itu tidak mudah. Dari biaya yang dikeluarkan luar biasa, dari waktu yang harus dibuang. Meninggalkan istri, anak untuk sekolah, itu luar biasa," jelasnya.
Alasan keluarga pasien
Ismet Syaputra, keluarga pasien VIP memberikan penjelasan.
Ismet mengaku kecewa karena sang ibu yang dirawat di RSUD Sekayu harus menunggu dokter hingga empat hari sejak masuk rumah sakit.
Padahal ia ingin mendapatkan pelayanan cepat sehinga menempatkan ibunya di kamar VIP.
“Kami datang hari Jumat, rujukan dari Klinik Smart Medica. Ibu saya dirawat karena diabetes komplikasi. Kondisinya membaik, sadar, demam turun, gula darah stabil setelah dirawat di RSUD Sekayu. Tapi kami diminta menunggu dokter sampai hari Selasa,” ujar Ismet, Rabu (13/8/2025).
Menurutnya, pelayanan yang diberikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
“Kami memilih pelayanan umum atau VIP karena ingin pelayanan maksimal. Kalau dokter tidak ada saat akhir pekan, apa bedanya dengan BPJS. Sedangkan VIP saja seperti ini,” ungkapnya.
Kekecewaan Ismet bertambah ketika mengetahui hasil pemeriksaan dahak ibunya yang ia klaim sudah tersedia sejak Sabtu, namun baru dicek pada Selasa.
Saat menanyakan tindak lanjut perawatan, ia mengaku hanya mendapat jawaban untuk bersabar.
(Bangkapos.com/Tribun Sumsel/Sripoku)
Bupati Indramayu Didesak Mundur, Warga Pasang Tulisan di Bus 'Pulangkan Lucky Hakim ke Cilacap' |
![]() |
---|
Moncernya Karier dan Pendidikan Dirgayuza Asisten Khusus Presiden, Lulusan Terbaik di Melbourne |
![]() |
---|
Reaksi Zeda Salim Usai Ammar Zoni Kembali Terjerat Narkoba Keempat Kali, Unggah Kutipan Ayat Ini |
![]() |
---|
Baru Sebulan Jadi Menkeu, Purbaya Sudah Pecat 26 Pegawai Pajak: Nggak Bisa Diampuni Lagi |
![]() |
---|
Sosok Orang Tua Stafsus Presiden Dirgayuza Setiawan, Ibu Atlet Nasional Ayah Orang Dekat Prabowo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.