Bangka Pos Hari Ini

Modal Triliunan Tapi Masih Tekor, Pengusaha Udang Vaname Sebut Biaya Produksi Tak Sebanding Hasil

Usaha budidaya udang Vaname terkesan menggiurkan. Apalagi melihat data penjualan dari Bangka Belitung ke luar daerah yang mencapai triliunan rupiah.

Editor: M Ismunadi
Bangka Pos
Bangka Pos Hari Ini, Selasa (19/8/2025) 

Dedy menjelaskan sebetulnya ekspor langsung sangat memungkinkan jika fasilitas penyimpanan dan pembekuan di Babel sudah memenuhi standar internasional, terutama standar pasar Amerika yang merupakan pasar terbesar Indonesia untuk udang vaname

“Babel belum memiliki fasilitas pembekuan (cold storage) udang bisa disimpan beku hingga setahun dan dikirim langsung sesuai jadwal pasar,logistik kita juga belum terpenuhi. Sebenarnya bisa saja udang dikemas dan dibekukan di sini, sehingga PAD Babel bertambah. Tambak udang banyak, tetapi proses hilirisasi belum ada, sarana kurang memadai, dan belum ada investor yang mau berinvestasi di sini,” ungkapnya.

Ia mencontohkan, Babel sudah mampu melakukan ekspor langsung untuk komoditas lain, seperti cumi-cumi ke Malaysia dan Singapura, serta ikan dan udang kipas ke Australia. “Untuk komoditas itu semua pengemasan dan pembuatan dokumen ekspor dilakukan di Babel, sehingga pendapatan daerah meningkat signifikan,” tegasnya.

“Kalau udang tambak seperti vaname bisa diekspor dengan pola yang sama, kontribusinya terhadap PAD Babel pasti besar,” tambahnya.

Peluang pasar internasional untuk udang Indonesia disebut Dedy sangat terbuka. India, yang menjadi eksportir udang terbesar dunia, kini dikenai tarif perdagangan 50 persen oleh Amerika Serikat, sedangkan Indonesia hanya 19 persen. “Ini peluang besar bagi udang vaname kita tentu pembeli lebih memilih Indonesia yang memiliki tarif lebih murah sebelum tarif ini berubah tentu harus dimanfaatkan sebaik mungkin,” ujarnya.

Namun, pasar Amerika mensyaratkan standar mutu yang ketat, termasuk pemeriksaan Food and Drug Administration (FDA) yang melarang kandungan antibiotik tertentu. “Kalau tidak ada jaminan mutu, bisa langsung ditolak. Badan Mutu KKP adalah kompetent authority yang berwenang menjamin hal itu,” tegasnya.

Dedy juga menjelaskan bahwa udang yang dikirim ke Amerika umumnya tanpa kepala karena kepala dianggap limbah di sana. Padahal, jika diolah di Babel, kepala udang bisa dijual untuk pasar lokal atau industri lain, menambah nilai ekonomi.

Selain pengolahan, ia menekankan pentingnya pembinaan kepada pelaku usaha perikanan, yang menjadi tugas dinas terkait di daerah. Badan Mutu KKP sebagai inspektorat siap mendampingi agar pelaku usaha memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan, termasuk sertifikasi HACCP.

“Kalau kita punya fasilitas, SDM terlatih, dan koordinasi yang baik, Babel tidak hanya jadi penghasil udang, tapi juga eksportir langsung,potensi sangat besar,” pungkasnya. (x1)

Sumber: bangkapos
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved