Masih Ingat Dukun Cilik Ponari Dengan Batu Ajaibnya, Nasibnya Kini Sungguh Mengejutkan

Editor: Iwan Satriawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ponari saat mencelupkan batu ajaibnya.

“Tahun kemarin ikut ujian di program paket A alhamdulillah lulus. Sekarang melanjutkan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam setingkat SMP). Baru kelas satu,” tuturnya beberapa waktu lalu.

Keluarga menyebut hasil dari pengobatan Ponari sempat terkumpul uang Rp 1 miliar lebih.

Dengan uang sebanyak itu, dia mampu membangun rumah yang sangat layak, membeli 2 bidang sawah seluas 2 hektar, sepeda motor, dan perabotan rumah tangga.

Ibu Ponari Mukaromah uang itu kini telah habis.

Kondisi ekonomi keluarganya pun kembali seperti semula.
Bahkan, untuk melahirkan putra ke duanya ia mengalami kesulitan keuangan.

Didatangi Peserta UN
Pada 2011 lalu menjelang ujian nasional (unas) SMP, rumah bocah kelas V SD yang biasanya 'mengobati' orang sakit dengan batu sakti yang dicelupkan air ini, didatangi para pelajar SMP calon peserta unas.

Tujuan para siswa untuk meminta air yang sudah dicelup dengan batu pipih milik Ponari.
Mereka berharap setelah minum air yang dicelup batu 'sakti', pikiran bisa tenang dan lancar dalam mengerjakan soal ujian.

"Kami tetap rajin belajar. Ini (minta air celupan batu Ponari) hanya tambahan ikhtiar saja, agar lebih tenang dan lancar, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan soal," kata Syaiful, pelajar SMP di Kecamatan Megaluh.

Syaiful datang ke rumah Ponari tidak sendirian, melainkan bersama 10 teman sekelasnya.
Mereka datang membawa sebotol air kemasan. Mereka juga membawa pensil 2B yang akan digunakan untuk unas.

Begitu sampai di rumah Ponari, air yang dibawa para pelajar dipindah ke ember plastik. Selanjutnya, pensil untuk unas itu diceburkan ke ember.
Tak berapa lama, Ponari muncul dari dalam rumah. Di tangan anak pasangan Khomsin-Mukharomah ini tergenggam batu 'ajaib' yang konon ditemukan saat hujan lebat bersamaan sambaran geledek.

Ember berisi air yang berjajar di teras rumah hasil dirinya berpraktik sebagai dukun cilik itu lantas ia celupi batu secara bergantian. Selesai melakukan pencelupan batu, Ponari buru-buru kembali ke dalam rumah.

Sejumlah awak media yang hendak wawancara harus gigit jari, karena Ponari menggelengkan kepala tanda tak bersedia diwawancarai.

Bahkan selama pencelupan batu, Ponari lebih banyak menundukkan wajah, menghindari kamera wartawan.
Suparti (45), orangtua siswa SMP mengatakan, ia mengantarkan anaknya meminta air bertuah dari Ponari.
Dia menyadari itu hanya satu ikhtiar saja. Yang terpenting, lanjut Suparti, menyuruh anaknya giat belajar.
Ibunda Ponari, Mukharomah menjelaskan, anak semata wayangnya itu saat ini kelas V SDN Balongsari.
Mukharomah mengaku, jumlah 'pasien' yang datang jauh menurun ketimbang 'masa jayanya' dulu.(*)

Berita Terkini