Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa AS seraya aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162)
Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk ke kitab Shahih Bukhari hadits nomor 2968 dan 3598 dan Shahih Muslim nomor 162-168 dan juga kitab-kitab hadits lainnya yang menyebutkan kisah ini.
Terdapat pula tambahan riwayat tentang kisah ini yang tidak disebutkan dalam hadits di atas.
Waktu-waktu Shalat
Jabir bin Abdullah RA menceritakan bahwa pada suatu siang sebelum Matahari benar-benar di atas titik atas tertinggi, Rasulullah Muhammad SAW kembali didatangi oleh malaikat Jibril AS seraya berkata kepadanya, ”Bangunlah Wahai Rasulullah dan lakukan shalat.”
Mendengar panggilan ini, Maka Nabi Muhammad pun segera melakukan salat Zuhur ketika Matahari telah mulai tergelincir.
Ketika bayang-bayang tampak telah mulai lebih panjang dari sosok asli benda-benda, malaikat Jibril berkata, ”Bangun dan lakukan shalat lagi.”
Demi mendengar perintah ini pun, Rasulullah SAW kemudian segera melakukan salat Ashar ketika panjang bayangan segala benda melebihi panjang benda-benda.
Kemudian waktu salat Maghrib menjelang dan Jibril berkata, ”Bangun dan lakukan shalat.” Maka beliau SAW melakukan shalat Maghrib ketika matahari terbenam.
Kemudian waktu Isya menjelang dan Jibril berkata, ”Bangun dan lakukan shalat.” Maka Rasulullah SAW pun segera melakukan shalat Isya` ketika syafaq (mega senja merah) menghilang. Waktu sholat Isya’ ini menjadi waktu sholat terpanjang karena Jibril baru membangunkan kembali Nabi Muhammad ketika fajar kedua telah mulai menjelang.
Kemudian waktu Subuh menjelang dan Jibril berkata, ”Bangunlah wahai Rasulullah dan lakukanlah shalat.” Maka Rasulullah SAW melakukan shalat Subuh ketika waktu fajar menjelang. (HR Ahmad, Nasa’i dan Tirmidzy)
Tentang waktu salat Subuh ini Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang mendapatkan satu rakaat dari shalat shubuh sebelum tebit matahari, maka dia termasuk orang yang mendapatkan shalat shubuh. Dan orang yang mendapatkan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka dia termasuk mendapatkan shalat Ashar.” (HR Muslim)
Salat sebelum Isra Miraj
Perlu diketahui, kewajiban salat lima waktu memang baru muncul setelah Isra Miraj, tapi bukan berarti sebelum itu Nabi Muhammad tidak pernah mengerjakan salat.
Sebetulnya kewajiban salat sudah ada sebelum peristiwa Isra Miraj.
Dilansir dari laman nu.or.id, salat diwajibkan kepada Nabi Muhammad sejak awal ia diangkat sebagai nabi dan menerima wahyu pertama.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadis riwayat Ahmad dan Ad-Daraquthni bahwa:
أن جبريل أتاه في أول ما أوحي إليه فعلمه الوضوء والصلاة
Artinya, “Jibril datang kepada Rasul ketika menyampaikan wahyu pertama dan mengajarkan Rasul wudhu’ dan salat,” (HR Ahmad dan Ad-Daraquthni).
Menurut Ibnu Ishaq, kewajiban salat dimulai sejak Rasulullah menerima wahyu pertama.
Bahkan, Rasul dan Khadijah sudah salat sebelum salat lima waktu diwajibkan.
Tidak hanya itu, para sahabat juga diperintahkan oleh Rasulullah untuk mengerjakan salat dan berbuat baik.
Ini dipahami dari hadits yang dikutip oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Kitab Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari. Dalam kitab itu, Ibnu Rajab menulis:
وقال ابن عباس: حدثني أبو سفيان في حديث هرقل، فقال يأمرنا، يعني النبي صلى الله عليه وسلم، بالصلاة والصدق والعفاف
Artinya, “Ibnu Abbas berkata, dari Abu Sufyan tentang hadits Herakilius, bahwa Nabi SAW memerintahkan kami salat, jujur, dan menjaga harga diri.”
Riwayat ini terdapat dalam Shahih Al-Bukhari. Menurut Ibnu Rajab, adanya riwayat ini menunjukkan Rasulullah sejak awal sudah memerintahkan umatnya untuk salat, berkata jujur, dan menjaga harga diri.
Bahkan ia sendiri juga melakukan hal yang sama sebelum adanya kewajiban salat lima waktu. Ibnu Rajab menegaskan:
والأحاديث الدالة على أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصلي بمكة قبل الإسراء كثيرة
Artinya, “Hadits yang menunjukkan Nabi mengerjakan salat sebelum isra’ sangatlah banyak.”
Berapa Raka’at Salat sebelum Isra Miraj?
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perintah mengerjakan salat sudah ada sebelum peristiwa Isra Miraj.
Namun pertanyaannya, bagaimana bentuk salat yang dikerjakan Rasulullah, berapa rakaat, dan kapan saja waktunya.
Merujuk pada penjelasan Ibnu Rajab dalam Fathul Bari, ulama berbeda pendapat terkait bagaimana salat Rasul sebelum Isra. Tetapi yang paling penting, seluruh ulama ingin membuktikan bahwa kewajiban salat sudah ada sebelum Isra.
Ibnu Rajab menjelaskan:
لكن قد قيل: إنه كان قد فرض عليه ركعتان في أول النهار وركعتان في أخره فقط...وقال قتادة: كان بدء الصلاة ركعتين بالغداة وركعتين بالعشي
Artinya, “Tetapi, ada yang mengatakan bahwa salat yang diwajibkan pada Rasul pada awalnya adalah dua raka’at shubuh dan dua raka’at waktu malam… Qatadah mengatakan, ‘Shalat pertama kali adalah dua raka’at shubuh dan dua raka’at isya.’”
Dengan demikian, perintah salat pertama kali tidak langsung lima waktu, tetapi hanya dua kali sehari, yaitu dua raka’at di waktu Subuh dan dua raka’at di waktu Isya
Kemudian masih timbul pertanyaan, kira-kira salat apa yang dikerjakan Nabi sebelum Miraj.
Sebagaimana diketahui, sebelum Miraj, Rasulullah berhenti di Baitul Maqdis untuk mengerjakan salat.
Hal ini seperti dikisahkan dalam banyak hadits Isra Miraj. Salah satu penggalan hadits tersebut adalah:
ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْن
Artinya, “Kemudian Rasul masuk masjid dan salat dua rakaat.”
Ali Mula Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih pada saat menjelaskan hadits ini mengatakan:
أي: تحية المسجد، والظاهر أن هذه في الصلاة التي اقتدى به الأنبياء وصار فيها إمام الأصفياء
Artinya, “Maksudnya, salat tahiyatul masjid. Secara lahir, inilah salat yang diikuti oleh para Nabi, sehingga Nabi Muhammad menjadi imamnya para Nabi.”
Merujuk pendapat Mula Al-Qari, salat yang dikerjakan Nabi di Baitul Maqdis adalah salat tahiyatul masjid dan jumlah raka’atnya dua raka’at.
Dengan demikian, kewajiban salat sudah ada sebelum isra’ mi’raj, meskipun jumlahnya tidak seperti salat lima waktu.
Begitu pula kewajiban wudhu. Cara wudhu dan salat ini diajarkan langsung oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Sejarah Isra Miraj 27 Rajab: Awal Mula Perintah Salat, dari 50 Waktu Jadi 5 Waktu, http://bogor.tribunnews.com/2019/03/25/sejarah-isra-miraj-27-rajab-awal-mula-perintah-salat-dari-50-waktu-jadi-5-waktu?page=all.
Penulis: Uyun
Editor: Damanhuri