Lafal niat dibaca menjelang takbiratul ihram.
Lafal niat juga bisa menggunakan bahasa lokal yang melakukan sholat.
Sebagai catatan, kedudukan lafal niat hanyalah sekunder alias membantu orang yang hendak melaksanakan sholat agar lebih mantap dan fokus pada niatnya.
Sementara yang primer tetaplah getaran batin tentang sholat Idul Adha itu sendiri.
Imam Ramli mengatakan:
وَيُنْدَبُ النُّطْقُ بِالمَنْوِيْ قُبَيْلَ التَّكْبِيْرِ لِيُسَاعِدَ اللِّسَانُ القَلْبَ وَلِأَنَّهُ أَبْعَدُ عَنِ الوِسْوَاسِ وَلِلْخُرُوْجِ مِنْ خِلاَفِ مَنْ أَوْجَبَهُ
“Disunnahkan melafalkan niat menjelang takbir (sholat) agar lisan dapat membantu (kekhusyukan) hati, agar terhindar dari gangguan hati dank arena menghindar dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat”. (Nihayatul Muhtaj, juz I,: 437)
Niat adalah sesuatu yang sangat pokok dalam pelaksanaan ibadah.
Tidak sah ibadah seseorang yang tidak disertai dengan niat. Niat terletak di dalam hati, yang menandakan adanya kesengajaan dalam menunaikan ibadah tertentu.
Menurut Madzhab Syafi‘î, niat berarti sengaja melakukan sesuatu yang dilaksanakan berbarengan dengan aktivitas pertama saat sholat.
Artinya, dalam konteks sholat Idul Adha, jika melafalkan niat dilakukan sebelum takbiratul ihram maka niatnya itu sendiri dilaksanakan dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Takbiratul Ikhram
1. Rakaat Pertama 7 Kali Takbir
Setelah membaca niat adalah takbiratul ihram sebagaimana sholat biasa.
Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama.