BANGKAPOS.COM, PANGKALPINANG- Mungkin sudah tak banyak orang-orang yang bergiat menjadi pengrajin dambus di Bangka Belitung saat ini.
Ya, alat musik kesenian khas Bangka Belitung itu memang belakangan sudah semakin sedikit pengrajinnya.
Satu di antara pengrajin dambus di Pangkalpinang yang masih setia bergelut dengan dambus hingga saat ini adalah Mulkan (54).
Dia adalah pengrajin dambus sekaligus pemilik Galeri Dambus MACR, di kawasan Pintu Air, Kecamatan Sungai Rangkui, Kota Pangkalpinang.
Di halaman rumahnya inilah, sehari-hari Mulkan menekuni pekerjaannya membuat dambus.
Mulkan sudah akrab bergelut dengan kayu-kayu dan peralatan sederhana untuk membuat dambus.
Kepada Bangkapos.com Mulkan dengan hangat bercerita bagaimana dirinya bisa mengenal dan kini menjadi seorang pengrajin dambus.
"Awalnya saya lagi liatin orang bermain dambus, saya tertarik pengen bikin, trus pulang ke rumah saya langsung coba-coba bikin," ujar Mulkan, Minggu (22/1/2023).
Dikatakan Mulkan pertama kali membuat dambus hasilnya sangat jauh dari harapan.
"Masih jeleklah waktu itu hasilnya, karena minim pengalaman dan masih belum tahu tekniknya. Tapi nggak nyerah, bikin lagi dan lagi sampai jadi bagus dan pantas buat dijual," kata Mulkan.
Dikatakan Mulkan awalnya dia mencari kayu-kayu bekas milik orang lain yang sudah tak terpakai.
"Awal-awal buat saya dikasih kayu bekas tanah kavling, banyak kayu nangka dibuang, akhirnya saya ambil," kenang Mulkan.
Menggunakan sepeda motornya Mulkan seorang diri membawa kayu-kayu itu sampai ke rumah dan dengan semangat langsung membuatnya.
Butuh waktu 5 tahunan bagi Mulkan hingga akhirnya berhasil menciptakan dambus yang sebagaimana mestinya hingga dia berani menjual dambus yang dibuatnya itu.
Mengerjakan seorang diri, Mulkan mampu membuat satu buah dambus dalam waktu 15 hari.
Tak pelak saat itu dia mendapat respon positif dengan banyak orang yang menyukai dambus buatannya.
Dia terus mengembangkan potensinya itu hingga sukses mendapat apresiasi dari beberapa instansi.
Mulkan juga mulai kebanjiran order dan kedatang dari banyak pihak yang ingin melihat proses pembuatan dambusnya secara langsung.
"Akhirnya ada permintaan dambus dari sekolah-sekolah, instansi, mereka pesan dalam jumlah banyak. Ada juga mahasiswa dan pelajar datang kesini untuk mengenal lebih jauh soal dambus," lanjut Mulkan.
Lambat laun dambus di Galeri MACR milik Mulkan mulai banyak dikenal orang-orang, dan pengiriman produknya mulai merambah luar Pulau Bangka.
"Selain di Pulau Bangka, dambus ini sudah tembus ke Belitung hingga Riau," kata Mulkan.
Tak cuma itu Mulkan juga bertutur dambusnya menembus mancanegara.
"Pernah waktu ada yang pertukaran pelajar, dambus di bawa sampai ke Florida. Orang Singapur, Jepang pernah kesini juga lihat-lihat dambus saya," kata dia.
Semakin lihai, Mulkan yang tadinya hanya mampu membuat satu dambus dalam 15 hari, kini bisa memproduksi empat buah dambus dalam kurun satu bulan, meski masih dikerjakannya seorang diri.
Ada beberapa tahapan pengerjaan yang harus dilalui untuk membuat dambus. Mulai dari mengupas kayu, memotongnya, membentuk pola dambus, memahat, mengukir bentuknya, memflitur hingga memasang senar dan menyetelnya agar jadi nada yang pas untuk dimainkan.
Diungkap Mulkan membuat dambus sebetulnya susah-susah gampang dan tak terlalu membutuhkan kemampuan memahat atau mengukir khusus.
"Kalau menurut saya bikin dambus nggak terlalu selalu susah, cuma dengan ngelihat pola tubuh dambus saja udah bisa bikin, asal niat dan punya feeling yang kuat," kata dia.
Untuk membuat dambusnya, Mulkan masih menggunakan alat yang sederhana seperti ganden (palu kayu), penuku (pahat pelengkung), obeng, dan berbagai perlatan tradisional lainnya.
Perlu diketahui membuat dambus ini tidak menggunakan kayu yang terpotong-potong bagiannya, melainkan haruslah kayu utuh.
"Kayunya harus utuh jadi tidak ada sambungannya dari bawah sampai tanduk rusanya harus kayu utuh yang diukir,
Uniknya, meski Mulkan tak begitu mahir bermain dambus tetapi dia mampu menyetel sendiri dambusnya itu hingga bisa menghasilkan suara yang pas.
"Dambus ini memang dawai petik mirip gitar, tapi beda sama gitar, dia (dambus) nggak punya grip (fret), jadi harus betul-betul masang senarnya dan pakai feeling saat menyetelnya," kata Mulkan.
Soal harga, dambus buatan Mulkan dijual bervariasi tergantung dari jenis kayu dan ukurannya, mulai Rp 1,5 juta-Rp 3 juta.
Mulkan menerima berbagai custom dambus sesuai pesanan konsumen, dari mulai dambus yang bisa dimainkan hingga miniatur dambus yang hanya berfungsi sebagai pajangan.
Semua pembuatan dambus Mulkan umumnya menggunakan kayu nangka. Ia hanya membuat dari kayu lain seperti luday dan jelutung hanya jika ada yang memintanya.
Ada alasan mengapa pria kelahiran 19 Agustus 1968 itu lebih memilih mengenakan kayu nangka.
"Yang paling mahal pakai kayu nangka, karena bahannya lebih bagus, kuat dan lebih tahan lama dibanding jenis kayu lainnya," beber Mulkan.
Tapi kini, mencari kayu nangka sudah tak segampang dulu, hingga Mulkan harus pandai-pandai mendapatkan kayu nangka sebagai bahan utama membuat dambus.
"Kalau dulu nyari kayu nangka itu mudah, sekarang di Pangkalpinang udah susah nyarinya, saya harus ke kampung-kampung dulu, itu pun kalau ada juga udah punya orang jadi harus bayar," imbuhnya.
Hal yang paling susah menurut Mulkan dalam proses pembuatan dambus bukanlah saat membuat body dambus atau menyetel senarnya, melainkan ketika membuat bentukan kepala rusa.
Sebagai informasi kepala rusa telah menjadi ciri khas tersendiri dalam alat musik dambus.
"Bikin kepala atau tanduk rusa yang paling sulit dan lama, karena betul-betul harus telaten, bentukan tanduknya harus seimbang," jelas Mulkan.
Dapat apresiasi pemerintah
Sejak beberapa tahun terakhir Mulkan mengakui cukup merasakan apresiasi dari pemerintah terkait dambus buatannya.
Di bantu instansi terkait, dambusnya tak cuma dia jual sendiri lewat galerinya melainkan didistribusikan juga di sejumlah tempat oleh-oleh di Pangkalpuiang.
Saat ada pameran kesenian pun dambus miliknya senantiasa tampil, bahkan sering dipakai para seniman musik di Bangka Belitung.
"Pernah dikasih penghargaan dari pemerintah sebagai pengrajin dambus. Selain itu kesenian dambus saya dipajang di bandara, lumayan buat promosi para wisatawan yang datang ke Pangkalpinang,"
Hanya saja dirinya mengaku belum mendapat bantuan modal dari pemerintah.
"Cuma kalau modal dari saya sendiri dan belum ada bantuan," kata dia.
Dibeberkan Mulkan hingga kini masih ada tiga pengrajin dambus yang masih bertahan di wilayah Pangkalpinang.
Mulkan berharap, alat musik dambus bisa terus dilestarikan terkhusus oleh para generasi muda. Mulkan juga ingin agar banyak anak muda yang ikut tertarik membuat dambus.
"Semoga dambus bisa terus dilestarikan terkhusus oleh anak muda. Banyak yang makin tertarik dengan dambus, tak cuma tertarik memainkannya tetapi kalau bisa juga tertarik membuatnya, agar kami para pengrajin tak kehilangan penerus," tandas Mulkan.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit)