Sejarah Idul Adha dan Perintah Berkurban, Bermula dari Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim AS

Penulis: Fitri Wahyuni
Editor: Fitri Wahyuni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Sejarah Idul Adha dan Perintah Berkurban, Bermula dari Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim AS

BANGKAPOS.COM -- Jika mengacu pada kalenter nasional 2023, hari Raya Idul Adha akan jatuh pada hari Kamis, 29 Juni 2023.

Sementara itu, mengutip dari Kompas.com PP Muhammadiyah menetapkan tanggal hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah jatuh pada tanggal 28 Juni 2023. 

Hari Raya Idul Adha diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah, yang mana diwujudkan dengan penyembelihan hewan kurban setelah salat hari raya.

Idul Adha atau disebut juga lebaran kurban memiliki sejarah yang panjang, bermula dari zaman Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya.

Penyembelihan hewan kurban ini diterangkan dalam sebuah riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa menyembelih hewan kurban sebelum salat (Idul Adha) maka sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barang siapa menyembelih kurban sesudah salat (Idul Adha) dan dua khutbahnya, sesungguhnya ia telah menyempurnakan ibadahnya, dan ia telah menjalani aturan Islam."

Baca juga: Sejarah Kota Pangkalpinang, Sempat Menjadi Ibu Kota Negara, Buktinya Tugu Prasasti di Taman Sari

Tak hanya itu, perintah untuk berkurban ini juga telah digariskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar (108) : 1-2).

Mengutip dari HR Ahmad, hewan kurban dapat disembelih pada hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Semua hari Tasyrik adalah waktu menyembelih kurban," (HR Ahmad).

Sejarah Idul Adha

Sejarah Idul Adha bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang menjalankan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail A.S.

Mengutip dari Baznaz.go.id, asal mula kurban berawal dari lahirnya nabi Ismail A.S.

Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim AS tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Ash-Shafaat (37) : 100).

Sewaktu Nabi Ismail A.S mencapai usia remajanya, Nabi Ibrahim A.S mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail putranya.

Hal ini bersandar pada suatu kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an.

Ayat yang menerangkan tentang hal ini adalah firman-Nya dalam surah As Saffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ١٠٢

Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Baca juga: Sejarah PNS di Indonesia, Sudah Ada Sejak Awal Kemerdekaan, Berawal dari Pegawai Negara RI

Ubaid ibnu Umair mengatakan bahwa mimpi para nabi adalah wahyu.

Hadits yang menyatakan hal ini terdapat dalam kitab-kitab Sittah.

Maka perintah yang diterima oleh Nabi Ibrahim AS dalam mimpi itu harus dilaksanakan olehnya.

Nabi Ibrahim A.S pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail.

Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu.

Sungguh mulia sifat Nabi Ismail A.S. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam (19) : 54)

Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ismail A.S pun siap menaati instruksi ayahnya.

Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S  nampak menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu.

Saat Nabi Ibrahim A.S hendak mengayunkan parang, Allah SWT lalu menggantikan tubuh Nabi Ismail A.S dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna putih, bermata bagus, bertanduk.

“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat (37) : 104:107).

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Nabi Ismail A.S itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan Mereka kepada Allah SWT.

Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.

Nabi Ibrahim A.S telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah SWT.

Sedangkan Nabi Ismail A.S tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menjalankan perintah Allah SWT dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan kepada orang tuanya.

Dari sinilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia. Wallahu A’lam Bishsawab.

Ibadah kurban bisa dimaknai dengan sebuah bentuk kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Berita Terkini