Budi Santoso diketahui pernah menjabat sebagai sekretaris II di Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya.
Ia juga diketahui berhasil menjadi author dalam 9 judul buku yang berbeda, salah satunya adalah Bayi Tabung: Jalan Terakhir Pejuang Dua Garis yang terpublish pada 2020.
Sementara, bukunya yang paling laris dan terbit hingga Volume 2 berjudul Panduan Kesehatan Reproduksi wanita.
Pendidikan
- S1 Universitas Airlangga (1989)
- Sp1 Universitas Airlangga (1998)
- S3 Universitas Airlangga (2009)
Karir
- Staf Medis di Departemen Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Soetomo (1994-sekarang)
- Sekretaris II IDI Surabaya (2011-2014)
- Koordinator Program Studi (Magister Ilmu Kesehatan Reproduksi) FK UNAIR (2011-2015)
- Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FK UNAIR (2012-2015)
- Wakil Dekan Bidang Keuangan & Sumber Daya FK UNAIR (2015-2020)
- Dekan FK UNAIR (2020-2025), dicopot Juli 2024
Karya Tulisan
Buku
- Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita Vol.1 (2007)
- Panduan Kesehatan Reproduksi Wanita Vol.2 (2007)
- Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Edisi II (2008)
- Penanganan Endometriosis Panduan Klinis dan Algoritme (2009)
- Panduan Tata Laksana Keguguran Berulang (2010)
- Konsensus Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal karena Efek Samping Kontrasepsi (2013)
- Terapi Medikamentosa Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) (2014)
- The PRIME Faculty of Medicine (2020)
- Bayi Tabung: Jalan Terakhir Pejuang Dua Garis (2020)
Penjelasan Kemenkes
Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menanggapi keputusan UNAIR mencopot Prof. Budi Santoso dari jabatan Dekan Fakultas Kedokteran.
Menurutnya, wacana mendatangkan dokter asing, yang ditolak oleh Prof. Budi Santoso, bukan karena merendahkan kapabilitas atau kemampuan dokter-dokter dalam negeri.
“Bahwa kemudian mungkin teman-teman ada yang merasa sensitif seperti Fakultas Kedokteran Unair bahwa oh dokter kita lebih hebat, kemudian kita juga bisa, isunya bukan itu."
"Isunya bukan juga merendahkan kemampuan dokter-dokter kita, enggak. Dokter-dokter kita mampu,” kata Budi, Selasa (2/7/2024).
Budi menjelaskan, alasan pemerintah memanggil dokter asing adalah karena ingin menyelamatkan nyawa bayi dengan kelainan jantung bawaan.
Atas dasar itu, Budi kembali memastikan bahwa tidak ada hubungannya kehadiran dokter asing dengan kualitas dokter-dokter di Indonesia.
“Masalahnya nggak cukup (dokter yang menangani -red), dan lebih dari 6 ribu bayi setiap tahun mengalami risiko kehilangan nyawa. Kita kan nggak bisa nunggu."
"Kita datangkan dokter-dokter asing itu untuk menyelamatkan nyawa 6 ribu bayi ini dan 12 ribu, ibu-ibu yang akan sedih kalo bayinya kemudian cacat jantung bawaan,” kata Budi.