Tribunners

Paradoks antara Pembelajaran Online vs Offline

Editor: suhendri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Firdaus - Dosen IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Menurut Pianta, Hamre & Allen (2012), kedekatan emosional antara guru dan siswa dalam kelas tatap muka sangat berpengaruh pada motivasi belajar. Guru bisa langsung membaca ekspresi siswa, memberi umpan balik spontan, dan menyesuaikan metode pengajaran saat itu juga.

Hal senada juga disampaikan oleh Peneliti seperti Vygotsky (teori sosiokultural) menekankan bahwa proses belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Dalam pembelajaran offline, siswa bisa langsung berdiskusi, bekerja dalam kelompok, dan berkomunikasi dengan guru sehingga keterampilan sosial dan pemahaman konseptual lebih berkembang.

Namun, model ini pun tidak sempurna. Ia terbatas oleh ruang dan waktu, dan tidak selalu mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan individu. Tidak sedikit pula pelajar yang merasa terbebani oleh sistem konvensional yang kaku dan kurang ramah dengan perbedaan gaya belajar.

Menuju pembelajaran hibrida

Paradoks ini menunjukkan bahwa perdebatan online vs offline bukan tentang memilih salah satu, melainkan bagaimana menggabungkan keduanya secara cerdas. Model blended learning atau pembelajaran hibrida menjadi alternatif yang menjanjikan. Di sini, teknologi digunakan untuk mendukung, bukan menggantikan peran guru dan interaksi sosial.

Sebagaimana ditegaskan oleh UNESCO (2022), pendidikan masa depan harus bersifat fleksibel, inklusif, dan berpusat pada peserta didik. Artinya, pendidikan bukan semata-mata soal moda belajar, melainkan tentang kualitas pengalaman belajar itu sendiri.

Penutup 

Paradoks antara pembelajaran online dan offline mencerminkan kompleksitas dunia pendidikan yang tidak bisa disederhanakan. Yang dibutuhkan bukan dikotomi, melainkan sintesis di mana teknologi digunakan tanpa melupakan nilai-nilai kemanusiaan. Karena pada akhirnya, pendidikan yang baik bukan hanya yang efisien, tetapi juga yang bermakna.

Solusi yang paling menjanjikan adalah pembelajaran hibrida (blended learning), yang memadukan kekuatan teknologi dengan keunggulan interaksi langsung. Dengan strategi desain pembelajaran yang baik, metode ini tidak hanya mampu menjembatani kebutuhan akademis, tetapi juga memperkuat aspek sosial dan psikologis siswa.

Pendidikan yang baik bukan hanya yang cepat dan mudah diakses, tetapi yang menggugah keingintahuan, membangun karakter, dan menciptakan koneksi antarmanusia. Maka, dalam merancang masa depan pembelajaran, para pendidik dan pembuat kebijakan perlu merenungkan kembali: apa yang benar-benar kita cari dalam proses belajar efisiensi, atau makna? (*)

 

Berita Terkini