Selain itu, Teori Integrasi Sains dan Agama dari Ian G. Barbour (1997) menyatakan bahwa sains dan agama tidak harus bertentangan, melainkan dapat saling melengkapi.
Dalam konteks kampus, pendekatan ini mendorong pengembangan teknologi yang tetap berpegang pada nilai-nilai keagamaan.
Teori lain yang relevan adalah Teori Pembangunan Berkelanjutan dari John Elkington (1997), yang mengadaptasi konsep Triple Bottom Line (People, Planet, Profit) dalam pendidikan tinggi.
Kampus tidak hanya mengejar keunggulan akademik (profit), tetapi juga membangun ekosistem yang manusiawi (people) dan berkelanjutan (planet).
Implementasi transformasi digital berbasis nilai tradisi keagamaan ini dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk konkret.
Pertama, melalui pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan etika digital dengan nilai-nilai keagamaan.
Kedua, dengan menciptakan platform pembelajaran digital yang tidak hanya efektif secara pedagogis tetapi juga mendukung pengembangan karakter.
Ketiga, melalui penguatan literasi digital yang berlandaskan pada prinsip-prinsip moral dan spiritual.
Keunggulan pendekatan ini terletak pada kemampuannya untuk menciptakan keseimbangan.
Di satu sisi, kampus tetap mampu bersaing dalam penguasaan teknologi mutakhir. Di sisi lain, kampus juga berperan sebagai penjaga nilai-nilai kemanusiaan yang semakin penting di tengah derasnya arus digitalisasi.
Konsep kampus berdampak dalam konteks ini tidak hanya diukur dari prestasi akademik atau inovasi teknologi, tetapi juga dari kontribusinya dalam membentuk manusia-manusia unggul yang memiliki integritas moral dan spiritual.
Tantangan utama dalam mewujudkan visi ini adalah bagaimana menemukan titik temu yang harmonis antara kemajuan teknologi dan kelestarian nilai-nilai tradisional.
Diperlukan pendekatan yang kreatif dan inovatif untuk memastikan bahwa nilai-nilai keagamaan tidak menjadi penghalang bagi kemajuan, melainkan justru menjadi penyaring dan penuntun dalam pemanfaatan teknologi digital.
Transformasi digital di kampus harus mempertimbangkan beberapa aspek penting.
Pertama, penguatan pendidikan karakter melalui integrasi nilai-nilai keagamaan dalam kurikulum digital dan penggunaan media pembelajaran yang mendukung pengembangan akhlak mulia.
Kedua, pemanfaatan teknologi untuk kemanusiaan, seperti penggunaan AI dan big data untuk penelitian sosial-keagamaan serta inovasi digital yang mendorong toleransi dan kerukunan antarumat beragama.