Sebelumnya Israel memulai serangan terhadap Iran pada Jumat, 13 Juni 2025.
Iran membalas serangan tersebut kurang dari 24 jam dengan meluncurkan rudal ke Tel Aviv, Haifa, hingga Yerusalem yang diduduki.
Netanyahu mengklaim serangan Israel terhadap Iran bertujuan melenyapkan program nuklir Iran.
Sementara itu, Israel dikabarkan meminta AS untuk bergabung dalam serangan tersebut karena AS adalah satu-satunya negara yang memiliki bom penembus bunker, GBU-57, yang dapat menembus kedalaman 60 meter di dalam tanah.
Selain itu, AS juga memiliki pesawat pembom B-2 Spirit yang dapat meluncurkan bom tersebut dari udara.
Pada hari Minggu (22/6/2025), AS meluncurkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Isfahan, Natanz, dan Fordow dengan 14 bom GBU-57.
Pada hari Senin (23/6/2025), Iran membalas serangan tersebut dengan meluncurkan beberapa rudal ke pangkalan militer AS di Al-Udeid, Qatar.
Setelah mendapat serangan balasan dari Iran, Donald Trump mengatakan bahwa Israel dan Iran melakukan perundingan untuk melakukan gencatan senjata, seperti diberitakan Al Jazeera.
Sementara itu, Iran belum mengumumkan secara resmi mau pun menanggapi klaim Trump.
Namun, televisi pemerintah Iran mengatakan gencatan senjata dalam perangnya dengan Israel kini telah dimulai pada hari ini, seperti diberitakan Sky News.
Angkatan bersenjata Iran kembali melakukan serangan rudal ke sejumlah wilayah di Israel pada Selasa (24/5/2025) pagi waktu setempat.
Melansir Tribunnews.com, rudal-rudal itu mengarah ke Kota Haifa, Gurun Negev (Situs Nuklir Dimona) hingga Pangkalan Udara Nevatim.
Sejauh ini juga belum diketahui berapa jumlah rudal yang diluncurkan dan dampak kerusakan akibat serangan Iran ke Israel.
Warga di Kota Haifa mendengar suara ledakan kuat.
Suara ledakan juga terdengar di sekitar Pangkalan Militer Nevatim.
(Bangkapos.com/Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti, Glery Lazuardi, Malvyandie Haryadi)