Namun, ia menegaskan bahwa para pelaku hanya menerima uang muka yang tidak lebih dari Rp 50 juta.
“Baru dikasih DP berapa. Saya tidak bisa memastikan angka DP berapa tapi angkanya tidak lebih dari Rp 50 juta,” tambahnya.
Adrianus mengatakan uang muka tersebut sudah disita oleh penyidik.
Terbagi dalam Tiga Klaster
Adrianus Agal mengungkap ada tiga klaster pelaku dalam kasus ini. Namun, tidak disebutkan siapa saja yang masuk dalam kelompok eksekutor pembunuh korban.
Adrianus mengatakan, ada pelaku yang berperan sebagai pengintai, penculik, hingga eksekutor yang menghabisi nyawa korban bernama Mohamad Ilham Pradipta.
"Yang saya mau sampaikan di sini bahwa atas peristiwa pidana ini, ada tiga klaster. Klaster pertama itu setelah kami dapat informasi dari penyidik dan dari intelijen kami, bahwa ada klaster pengintai, klaster penjemputan paksa, sama eksekutor," kata Adrianus.
Adrianus menuturkan, empat tersangka penculikan berinisial AT, RS, RAH, dan EW alias Eras tidak terlibat dalam aksi pengintaian dan pembunuhan korban.Menurut dia, keempat penculik itu baru beraksi setelah menerima informasi terkait keberadaan korban.
"Pengintai ini bukan dari pihak yang ditahan sekarang, bukan dari pihak yang menjemput paksa atau yang menculik seperti itu," tutur Adrianus.
Ia juga menyebut empat penculik yang menjadi kliennya tidak mengetahui peristiwa saat korban dieksekusi.
"Kalau eksekutor kita terputus sudah di situ. Kita tidak tahu mereka melakukan eksekusi itu seperti apa. Atau sebab-sebab terjadinya kematian itu kita tidak tahu. Kami belum tahu. Penyidik masih dalam proses penyelidikan," ungkap dia.
Adrianus menyampaikan permohonan maaf kliennya kepada keluarga korban.
Menurut Adrianus, tersangka RS, AT, RW, dan RAH tidak mengetahui bahwa aksi penculikan yang mereka lakukan akan berakhir dengan kematian Ilham.
“Kalau mereka tahu bahwa pekerjaan ini sampai menyebabkan kematian, saya yakin sebagai orang yang beragama dan kami juga sebagai orang Katolik pasti menolak pekerjaan seperti ini,” ujar Adrianus.
Empat orang tersangka itu mengaku sempat ketakutan saat diminta membuang jenazah korban di Nagasari, Kabupaten Bekasi, setelah diculik di supermarket wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur.