Perang Israel dan Palestina
Sejarah Panjang Solusi Dua Negara Israel dan Palestina, Hari Ini Dibawa ke Sidang Umum PBB
Gagasan solusi dua negara memudar setelah Israel mendeklarasikan berdirinya negara Yahudi di Palestina pada tanggal berakhirnya mandat Inggris.
Israel telah lama menjalankan proyek untuk mencaplok lebih banyak wilayah Palestina dengan mendirikan permukiman di Tepi Barat.
Permukiman tersebut didirikan secara masif dan tersebar di berbagai wilayah dengan tujuan mempersulit Palestina memiliki wilayah yang utuh dan memecah wilayahnya menjadi area-area kecil.
Pada 11 September 2025, Netanyahu menandatangani rencana proyek E1 untuk memperluas permukiman Yahudi di Tepi Barat seluas 12 km⊃2;, dengan pembangunan 3.421 rumah guna menghubungkan Ma’ale Adumim dengan Yerusalem yang diduduki.
Netanyahu menegaskan kembali sikapnya dengan mengatakan "tidak akan ada negara Palestina”, seraya menyatakan tujuan Israel adalah memperkuat kendali atas seluruh Tepi Barat, menggandakan jumlah penduduk permukiman, serta menjadikan Lembah Yordan sebagai garis depan timur Israel.
Proyek ini dinilai akan mengisolasi Yerusalem dari komunitas Palestina dan memutus keterhubungan wilayah yang dibutuhkan untuk pendirian negara Palestina.
Menurutnya, dengan menyebarkan permukiman dan pemukim Israel di wilayah Palestina dapat menjadi kekuatan bagi Israel dan mencegah berdirinya negara Palestina.
Selain itu, pemukim Israel yang berada di bawah lindungan militer Israel sering melakukan penjarahan lahan dan menyita rumah warga Palestina.
Al Jazeera melaporkan, pengakuan negara Palestina merupakan langkah kecil dan simbolis.
Negara-negara tersebut juga belum menyatakan atau merinci aspek apa saja yang dianggap sebagai pengakuan terhadap Palestina.
Para analis menyatakan skeptis, pengakuan tersebut dapat memperbaiki kondisi material warga Palestina yang saat ini menderita akibat agresi Israel.
Update Serangan Israel di Jalur Gaza
Sejak Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 65.283 warga Palestina dan melukai sedikitnya 166.575 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza pada Minggu.
Blokade bantuan semakin memperburuk keadaan, dengan 440 orang meninggal karena kelaparan, termasuk 147 anak-anak.
Selain itu, sejak 27 Mei, 2.518 orang tewas dan lebih dari 18.449 lainnya terluka ketika Israel menyerang warga yang sedang mencari bantuan, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Israel menyalahkan Hamas atas situasi ini, merujuk pada Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan ratusan warga Israel serta menyandera sekitar 250 orang.
Sekutu Israel Berbalik Arah Dukung Pendirian Negara Palestina, Netanyahu Mengancam |
![]() |
---|
Gencatan Senjata Permanen di Gaza Gagal Gara-gara Resolusi DK PBB Diveto AS |
![]() |
---|
Tunggu Sidang Umum PBB, 15 Sekutu Barat Segera Susul 164 Negara Akui Palestina Merdeka |
![]() |
---|
INILAH Nama-nama 23 Perusahaan Terlibat Genosida Israel di Gaza |
![]() |
---|
Kesaksian Lubna Anak dr Marwan Direktur RS Indonesia di Gaza: Bertahan Sampai Titik Terakhir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.