Program MBG Dipelesetkan jadi Makan Beracun Gratis, Ini Kata Kepala BGN Dadan Hindayana: Hormatilah
Menanggapi pelesetan soal MBG, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana buka suara...
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM -- Program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG) dipelesetkan jadi Makan Beracun Gratis.
Hal tersebut lantaran banyaknya korban keracunan setelah menyantap hidangan MBG.
Tak hanya itu, ditemukan pula belatung dalam MBG yang kemudian jadi bahan olok-olok beberapa pihak sebagai Makan Belatung Gratis.
Baca juga: Ingat Sosok Arsin Kades Kohod Punya Rubicon, Kini Terseret Kasus Jual Laut Rp 33 M, Terancam Penjara
Menanggapi pelesetan soal MBG, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana buka suara.
Dadan menyebut jangan sampai anggapan itu mengaburkan tujuan mulia dari MBG.
"Gini ya, itu kan hak masing-masing ya. Tapi mohon tidak mengaburkan bahwa ini adalah program yang bertujuan mulia," ujar Dadan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025).
Dadan mengatakan, program MBG adalah cita-cita mulia dari Presiden Prabowo untuk meningkatkan gizi anak Indonesia maupun ibu hamil.
Menurutnya, program tersebut perlu dihormati.
Baca juga: Sosok Feri Amsari, Sindir Deddy Corbuzier yang Pernah Hina Anak-anak soal MBG: Mau Minta Maaf?
"(Program) yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto. Jadi kita hormatilah istilah-istilah yang seperti itu," ungkapnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris menyinggung sejumlah pelesetan terkait Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pelesetan itu dikaitkan dengan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, yang merupakan ahli serangga, sehingga muncul pelesetan 'makan belatung gratis'.
Hal itu diungkap Charles saat rapat bersama Kepala BGN, Menkes Budi Gunadi Sadikin, hingga Kepala BPOM Taruna Ikrar di kompleks parlemen Senayan.
Ia mengaku miris dengan konten-konten negatif terkait MBG yang berseliweran di media sosial.
"Saya rasa kita semua punya media sosial ya, kalau kita buka sosial media hari-hari ini ini, banyak itu berseliweran konten-konten termasuk ajakan untuk menolak MBG," kata Charles, Rabu (1/10/2025).
Legislator PDIP ini mengatakan konten-konten tersebut justru tidak sesuai dengan harapan terhadap program MBG.
Namun, tanpa konten negatif pun masyarakat sudah takut anak-anaknya mengkonsumsi MBG karena melihat rentetan kasus keracunan yang muncul.
"Ini buat saya sangat-sangat menyedihkan, kita kan mau program ini berhasil. Tapi, kalau ini dibiarkan maka tanpa ada kampanye negatif pun masyarakat bisa saja sudah takut untuk mengizinkan anaknya mengkonsumsi MBG," ucapnya.
Charles lantas membeberkan konten-konten di media sosial yang menyindir MBG. Bahkan, menurutnya, Dadan pun dipopulerkan sebagai ahli serangga.
"Konten-kontennya banyak Pak, lucu-lucu MBG itu sekarang dipelesetin bukan Makan Bergizi Gratis tapi 'Makan Beracun Gratis', 'Makan Belatung Gratis', makanan berbahaya dan lain-lainlah," kata Charles.
"Pak Dadan ini lumayan populer loh Pak sekarang di media sosial, fotonya banyak beredar gitu kan, ada teksnya 'Kepala BGN ahli serangga makanya bisa ada belatung gitu kan di nasi MBG', lucu-lucu," lanjutnya.
Siswa di Bulukumba Temukan Belatung di Menu MBG
rogram Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali disorot setelah menu makanan di dua sekolah di Kabupaten Bulukumba, Sulsel, ditemukan tidak layak konsumsi.
Belatung menetas pada tempe dan pisang yang disajikan di SMAN 5 Bulukumba dan SDN 249 Daloba di Kecamatan Kajang.
“Menu makanan MBG-nya berulat tempe dan pisang. Banyak ulat dalam omprengan juga,” kata Amri, salah satu wali siswa SMAN 5 Bulukumba, Selasa (30/9/2025).
Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bulukumba, Wahyu Sakti, mengaku sudah menindaklanjuti laporan tersebut.
“Laporan ini sudah sampai ke pimpinan dan sudah kami lakukan teguran. Selanjutnya menunggu petunjuk pimpinan,” tegasnya.
Temuan ini viral setelah video pisang dan tempe berulat beredar di sejumlah grup media sosial.
Sebelumnya, MBG di Kecamatan Ujung Bulu juga pernah ditemukan basi.
Kondisi ini mendapat perhatian Wakil Bupati Bulukumba A. Edy Manaf, yang menyayangkan masih adanya menu MBG tidak layak konsumsi.
Berbeda dengan kasus di Kajang dan Ujung Bulu, pengelola MBG di Kecamatan Ujung Loe memastikan pihaknya melibatkan ahli gizi dalam setiap proses.
“MBG kami dikontrol oleh ahli gizi dan koordinator tim relawan packing. Ini untuk menjaga kebersihan dan memastikan nilai gizi terpenuhi,” kata pengelola MBG Ujung Loe, Basri Yulianto.
Ia menjelaskan, bahan baku dicuci menggunakan air bersih, lalu diolah oleh tim relawan.
Setelah dimasak, makanan disimpan di ruangan ber-AC atau berkipas hingga dingin sebelum dikemas.
Setiap hari, unit MBG Ujung Loe menyalurkan 2.899 omprengan untuk siswa, sekaligus memberdayakan tenaga lokal.
Di tengah temuan ini, angka keracunan akibat MBG terus meningkat.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 8.649 siswa menjadi korban per 27 September 2025, dengan 2.197 kasus terjadi hanya dalam sepekan terakhir.
Menanggapi lonjakan kasus, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BB Labkesmas) Makassar menyatakan siap membantu pemeriksaan bila ada koordinasi dengan BGN.
Kepala BB Labkesmas, dr Irene, menyebutkan, pihaknya juga mendukung penerbitan sertifikat higienitas dan sanitasi bagi setiap dapur MBG.
Menurutnya, penyebab keracunan perlu diteliti lebih lanjut.
“Keracunan bisa terjadi bukan hanya karena bahan makanan, tapi juga pola konsumsi. Misalnya, makanan dimasak sejak pagi, lalu baru dimakan siang hari. Ada jenis makanan yang jika dikonsumsi lebih dari 4 jam setelah dimasak bisa menimbulkan bakteri,” jelas Irene.
Meski dihantui kasus, program MBG tetap berdampak positif di sejumlah daerah.
Di Takalar, misalnya, program ini tidak hanya meningkatkan gizi siswa, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal dengan melibatkan UMKM sebagai pemasok bahan dan merekrut relawan dapur.
SPPG Yayasan Sinar Jaya Reski di Takalar menyalurkan 3.247 porsi makanan per hari ke delapan sekolah dengan melibatkan 50 tenaga kerja, termasuk ahli gizi dan relawan.
“Semua bahan berasal dari UMKM lokal agar program ini menyehatkan siswa sekaligus memberdayakan usaha kecil,” kata Kepala SPPG, Feby Razak.
Data resmi BGN menyebutkan sudah ada 4.711 kasus keracunan sejak program ini berjalan sembilan bulan.
Sementara laporan CISDI bahkan mencatat 5.626 kasus di 17 provinsi.
Jumlah Keracunan MBG Januari-September 2025
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, membeberkan jumlah kasus keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG) sejak Januari-September 2025 saat rapat bersama Komisi IX DPR di Senayan, Jakarta, disiarkan langsung YouTube TVR Parlemen, Rabu (1/10/2025).
Dalam slide yang dipaparkannya, total kasus keracunan yang terjadi dari Januari-September 2025 adalah 103 kasus.
Kemudian, total korban keracunan mencapai 9.089 orang yang tersebar pada 83 kabupaten/kota di 28 provinsi.
Adapun kasus keracunan tidak terjadi hanya pada bulan Maret 2025 karena ketika itu memasuki bulan puasa.
Namun, setelah puasa, keracunan kembali terjadi dan tercatat sejumlah 6 kasus.
Sementara, mulai adanya lonjakan terjadi pada bulan Juli di mana ada 8 kasus keracunan MBG terjadi. Tren ini terus meningkat hingga puncaknya pada bulan September 2025 di mana tercatat ada 61 kasus keracunan.
Selama 11 bulan program MBG berjalan, keracunan terbanyak terjadi di Jawa Barat dengan total 25 kasus.
Diketahui, lonjakan kasus keracunan MBG yang paling menjadi sorotan adalah yang terjadi di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada 22-24 September 2025 lalu.
Adapun total korban yang berasal dari siswa PAUD hingga SMA itu mencapai lebih dari 1.000 orang.
Bahkan, Bupati Bandung Barat, Jeje Ritchie Ismail, sampai menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) buntut kasus keracunan ini.
Berikut rincian sebaran kasus keracunan MBG di Indonesia dari Januari-September 2025:
Jumlah Kasus Berdasarkan Waktu
Januari: 4 kasus keracunan
Februari: 4 kasus keracunan
Maret: 0 kasus keracunan (karena masuk bulan puasa)
April: 6 kasus keracunan
Mei: 3 kasus keracunan
Juni: 2 kasus keracunan
Juli: 8 kasus keracunan
Agustus: 15 kasus keracunan
September: 61 kasus keracunan
Jumlah Kasus Berdasarkan Provinsi
Jawa Barat: 25 kasus keracunan
Sumatera Selatan: 8 kasus keracunan
Jawa Tengah: 8 kasus keracunan
DI Yogyakarta: 6 kasus keracunan
Lampung: 6 kasus keracunan
Jawa Timur: 6 kasus keracunan
Nusa Tenggara Timur: 5 kasus keracunan
Nusa Tenggara Barat: 5 kasus keracunan
Sulawesi Tengah: 4 kasus keracunan
Maluku: 3 kasus keracunan
Kalimantan Barat: 3 kasus keracunan
DKI Jakarta 3 kasus keracunan
Kalimantan Utara: 2 kasus keracunan
Sulawesi Tenggara: 2 kasus keracunan
Banten: 2 kasus keracunan
Riau: 2 kasus keracunan
Kepulauan Riau: 2 kasus keracunan
Bali: 1 kasus keracunan
Bengkulu: 1 kasus keracunan
Maluku Utara: 1 kasus keracunan
Bangka Belitung: 1 kasus keracunan
Gorontalo: 1 kasus keracunan
Papua Barat: 1 kasus keracunan
Sumatera Barat: 1 kasus keracunan
Aceh: 1 kasus keracunan
Sumatra Utara: 1 kasus keracunan
Sulawesi Barat: 1 kasus keracunan
Sulawesi Selatan: 1 kasus keracunan
Ikrar juga mengungkap temuan bakteri yang mengakibatkan keracunan MBG pada Januari-September 2025 berdasarkan 103 kasus keracunan yang terjadi.
Dia mengatakan sudah ada tiga bakteri yang terkonfirmasi menjadi penyebab yakni staphylococcus aureus, bacillus cereus, dan salmonella.
Selain itu, makanan MBG juga terkonfirmasi bahan kimia bernama histamin.
"Dari pemantauan kami, at least terkonfirmasi 17 persen (dari 103 kasus keracunan) yaitu mikrobilogi staphylococcus aureus, bacillus cereius salmonella. Sedangkan kimia terkonfirmasi adalah histamin," katanya.
Sementara, bakteri yang diduga mengakibatkan 83 kasus keracunan MBG lainnya adalah staphylococcus aureus, bacillus cereus, salmonella, escherichia coli, dan clostridium perfringens.
Lalu, bahan kimia yang diduga menjadi penyebab keracunan yakni histamin.
Ikrar mengatakan dengan temuan ini, dia meminta agar ada penanganan serius terkait kebersihan makanan MBG.
"Setelah adanya kejadian ini, kita harus mencegah karena prinsip kami 'bukan pangan kalau tidak aman," katanya.
Ikrar mengungkapkan ada tiga penyebab utama sehingga keracunan MBG bisa terjadi begitu masif di berbagai wilayah.
Pertama, kontaminasi silang baik dari bahan mentah, lingkungan, maupun penjamah pangan atau food handler selama proses pengolahan pangan.
"Kedua, pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri karena ketidaksesuaian suhu dan waktu, kondisi pangan dan proses pengolahan pangan," kata Ikrar.
Terakhir yakni, kegagalan pengendalian keamanan pangan seperti higienisitas dan sanitasi, pengendalian suhu, praktik penanganan pangan, serta pengawasan dan monitoring penerimaan bahan baku segar yang dilakukan.
(Bangkapos.com/
Mahfud MD Sebut 2 Cucunya Jadi Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Hingga Masuk RS: Jadi Isu Nasional |
![]() |
---|
Sosok Angga, Mantan OB Jadi Bos Rumah Subsidi yang Dipuji Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Istri Pemilik Rental Mobil Minta Maaf ke Eks Dosen UIN Malang, Kasus Berlanjut ke Jalur Hukum |
![]() |
---|
Harta Kekayaan Direktur PT Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman |
![]() |
---|
Ingat Sosok Arsin Kades Kohod Punya Rubicon, Kini Terseret Kasus Jual Laut Rp 33 M, Terancam Penjara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.