Berita Viral

Sosok Dokter Larona, Amputasi Tangan Nur Ahmad Santri Ponpes Al Khoziny, Merangkak di Reruntuhan

Dokter Larona Hydravianto nekat merangkak melalui celah sempit untuk mengevakuasi Nur Ahmad yang terjepit di reruntuhan bangunan.  

Instagram RS Darmo/Surya.co.id
DOKTER LARONA - Dokter Larona terpaksa mengamputasi tangan Nur Ahmad, santri yang terjebak reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Dr Aaron Franklyn Suaduon Simatupang, anggota tim dr Larona mengakui pengalaman amputasi di lokasi reruntuhan tak bisa dilupakan. 

Saat itu, dokter dari TNI ini tak ada ketakutan sedikitpun untuk merayap masuk ke celah puing reruntuhan bangunan demi menyelamatkan Nur Ahmad.

Dokter Aaron mengambil resiko melakukan amputasi darurat di lokasi yang sebenarnya juga membahayakan dirinya.

"Pikiran saya, sudah siap mati sama pasien kalau bangunan itu runtuh. Karena itu sangat berbahaya, salah gerak sedikit ambruk," kata Dokter Aaron kepada awak media di RSUD Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) malam. 

Ada banyak tim yang turun saat itu. Namun karena sulitnya Medan, maka mereka berbagi pos.

Dokter Aaron di bawah supervisi Dokter Larona Hydravianto Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSUD Notopuro Sidoarjo, memutuskan untuk menyelamatkan korban yang terancam kehilangan banyak darah lantaran siku lengan kiri sudah tertindih habis oleh beton bangunan.

Dalam ceritanya, Dokter Aaron masih ingat betul bahwa medan saat itu sangat sulit. Karena harus merayap ke dalam.

Ukurannya hanya sekitar 50 cm. Padahal ia tengah berpacu dengan waktu.

Sesampainya di dalam, Dokter Aaron masih sempat berkomunikasi dengan korban. Santri yang menjadi korban reruntuhan ini, memang terus minta tolong. 

Tentu tindakan amputasi tidak langsung dilakukan begitu saja, setelah memastikan kondisi pasien Dokter Aaron lantas keluar untuk kembali berdiskusi dengan tim yang terdiri dari tim dokter senior.

Persiapan matang menjadi pertimbangan utama. Setelah dirasa memungkinkan, maka tindakan dilakukan. 

Dokter Aaron bersyukur pasien berhasil dievakuasi, distabilisasi dan selanjutnya dirujuk ke rumah sakit. "Kita bawa keluar itu less tidak banyak yang darah yang keluar," jelasnya. 

Direktur Utama RSUD RT Notopuro Sidoarjo, dr. Atok Irawan, membenarkan bahwa amputasi dilakukan di lokasi kejadian karena kondisi darurat. 

Menurut dia, keputusan tersebut sempat mendapat protes dari pihak keluarga.

“Sempat yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya gimana kalau kondisi darurat, sempat nanya ‘Siapa yang mengizinkan?’,” kata Atok, Selasa (30/9/2025).

Namun, setelah mendapat penjelasan dari tim medis, keluarga akhirnya memahami keputusan tersebut.

“Untungnya dokter kami menjelaskan dengan lembut, dengan sabar, alhamdulillah bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami,” tambahnya.

Usai proses amputasi, Ahmad langsung mendapatkan perawatan medis pertama di lokasi sebelum dibawa ke RSUD RT Notopuro.

“Jadi tetap pertolongan, (korban) dibius di sana, lukanya ditutup. Cuma akhirnya dilakukan pembersihan lagi, dijahit ulang sampai pukul 01.30 WIB baru selesai,” jelas Atok. 

(Bangkapos.com/Surya.co.id/Tribunnews)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved