Ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta

Fakta & Motif di Balik Ledakan SMAN 72 Jakarta: Diduga Dendam, Bully, Bom Rakitan Kaleng Soda

Terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta diduga dendam kerap di-bully dan merakit bom sendiri.

Penulis: Rusaidah | Editor: Rusaidah
TribunTrends.com/YouTube Tribunnews Depok
TRAGEDI SMAN 72 JAKARTA - Tragedi SMAN 72 Jakarta membuat terkejut seluruh anggota sekolah, pasalnya ledakan tersebut terjadi pada saat melaksanan Salat Jumat di masjid. 
Ringkasan Berita:
  • Ledakan yang terjadi di Masjid SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jumat (7/11/2025) siang
  • Terduga pelaku ternyata siswa SMAN 72 Jakarta berinisial FN (17) warga Jakarta Utara
  • FN saat ini tercatat sebagai siswa kelas XII di sekolah tersebut
  • Motif pelaku melakukan peledakan di saat para guru, siswa dan penjaga kantin sedang mendengar khotbah Jumat itu diduga balas dendam

 

BANGKAPOS.COM - Jumat (7/11/2025) siang menjadi momen memilukan bagi ZA (16) yang menjadi korban ledakan SMAN 72 Jakarta.  

Suasana di rumah keluarga ZA (16) diwarnai tawa dan ketenangan.

Tak ada yang menyangka kabar mengejutkan akan datang beberapa jam kemudian.

Awalnya, sang kakak, Muhammad Nur Karim, mengira informasi ledakan di SMAN 72 Jakarta sekolah tempat adiknya menimba ilmu hanyalah gimmick atau berita iseng di media sosial.

Namun tawa itu berubah menjadi kepanikan begitu video dan foto-foto dari lokasi kejadian mulai beredar luas.

Kabar Keluarga Mengetahui Ledakan

“Awalnya saya kira bercanda, tapi begitu lihat berita dan video di media sosial, saya langsung panik,” tutur Nur Karim dengan nada getir saat ditemui Sabtu (8/11/2025).

Tanpa pikir panjang, Karim segera menuju Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, tempat para korban ledakan dilarikan.

Baca juga: Terduga Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Diduga Kerap di-Bully, Rakit Bom Sendiri di-Timer 3 Titik

Ia menggambarkan suasana mencekam di ruang gawat darurat.

“Ketika saya cek di rumah sakit, banyak darah di lantai,” katanya lirih.

Setelah berkomunikasi dengan wali kelas adiknya, Karim mendapat kabar mengejutkan.

Ledakan itu diduga berasal dari bom rakitan milik salah satu siswa kelas 12 berinisial FN, yang disebut merakit bahan peledak karena dendam akibat bullying.

“Ditemukan airsoft gun dan kaleng soda yang dirakit seperti bom rakitan,” jelasnya.

Luka Serius dan Operasi Darurat

ZA, siswa kelas 11 yang menjadi salah satu korban terparah, mengalami luka di wajah, dada, tangan, dan tubuhnya dipenuhi serpihan logam kecil seperti paku dan potongan seng.

“Kata dokter, ada serpihan paku, seng, batu kecil di tubuhnya,” ucap Karim.

BARANG BUKTI SERBUK - Tim Puslabfor Mabes Polri mengamankan barang bukti termasuk serbuk dari kediaman FN, terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025). Sejumlah barang bukti dalam paper bag coklat disita polisi dari rumah terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta berinisial FN, Jumat (7/11/2025) malam.
BARANG BUKTI SERBUK - Tim Puslabfor Mabes Polri mengamankan barang bukti termasuk serbuk dari kediaman FN, terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025). Sejumlah barang bukti dalam paper bag coklat disita polisi dari rumah terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta berinisial FN, Jumat (7/11/2025) malam. (Kolase foto TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Kondisi ZA sempat kritis dan langsung menjalani operasi darurat.

Hingga Sabtu siang, ia masih dirawat intensif dan belum sadarkan diri, namun pihak keluarga bersyukur kesehatannya mulai membaik.

Teman dekat ZA, KF, yang duduk di barisan ketiga belakang musala saat hendak salat Jumat, juga menjadi korban ledakan. 

Kondisinya disebut tak jauh berbeda.

“Mereka lagi ngobrol sebelum salat, tiba-tiba ledakan itu terjadi,” kenang Karim.

Kronologi Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Ledakan yang terjadi di Masjid SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jumat (7/11/2025) siang.

Ledakan terjadi saat kegiatan salat Jumat tengah berlangsung.

Beberapa saksi menyebut ada orang tak dikenal yang mencurigakan masuk ke dalam masjid sebelum ledakan terjadi.

Berdasarkan keterangan Farel, siswa kelas XI SMAN 72 Jakarta, suara ledakan terdengar tepat ketika khatib sedang menyampaikan ceramah.

Ledakan itu berasal dari bagian dalam masjid yang berada di area sekolah.

Sejumlah siswa mengatakan terduga pelaku seorang siswa di sekolah itu yang dikenal pendiam dan kerap korban perundungan (dibully) teman-temannya.

Jumlah Korban Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Sebanyak 54 orang menjadi korban ledakan di SMAN 72 Jakarta .

Dari 54 korban ledakan tersebut, 21 orang diantaranya telah diperbolehkan pulang setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Islam (RSI) Cempaka Putih dan RS Yarsi, Jakarta Pusat.

Baca juga: Detik-detik Mencekam Ledakan 3 Kali di Masjid SMAN 72 Jakarta saat Khotbah Jumat, Terkait Terorisme?

"Dari 54 siswa, tinggal 33. 21 sudah pulang dalam kondisi Alhamdulillah sudah baik," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, Jumat malam.

Sementara itu, 33 korban lainnya masih menjalani perawatan medis di dua rumah sakit tersebut.

Tim gabungan dari Puslabfor, Densus 88, Tim Penjinak Bom (Jibom) dan Gegana Polri masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) hingga malam tadi.

Setelah olah TKP rampung dilakukan, Polda Metro Jaya akan menggelar konferensi pers pada Sabtu (8/11/2025) hari ini.

FN Diduga Ingin Balas Dendam

Peledakan saat waktu salat jumat di SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025), mengejutkan banyak orang.

Terduga pelaku ternyata siswa SMAN 72 Jakarta berinisial FN (17) warga Jakarta Utara.

FN saat ini tercatat sebagai siswa kelas XII di sekolah tersebut.

LEDAKAN DI SEKOLAH - Sejumlah aparat kepolisian dan TNI melakukan pengamanan di SMAN 72 Jakarta usai terjadi ledakan pada Jumat (7/11/2025). Terlihat tim Gegana Brimob Polri hingga Jihandak TNI AD tengah melakukan identifikasi di lokasi.
LEDAKAN DI SEKOLAH - Sejumlah aparat kepolisian dan TNI melakukan pengamanan di SMAN 72 Jakarta usai terjadi ledakan pada Jumat (7/11/2025). Terlihat tim Gegana Brimob Polri hingga Jihandak TNI AD tengah melakukan identifikasi di lokasi. (Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti|TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Motif pelaku melakukan peledakan di saat para guru, siswa dan penjaga kantin sedang mendengar khotbah jumat itu diduga balas dendam.

Siswa SMAN 72 Jakarta menyebut FN sering menjadi korban bullying di sekolahnya.

Pelaku Ledakan Tak Terkait Jaringan Terosisme

Pakar terorisme dan intelijen Ridlwan Habib tidak menampik bahwa peristiwa tersebut menimbulkan ketakutan, layaknya dampak yang muncul dalam setiap aksi teror.

Namun, ia menyebut, untuk sementara ini, belum ditemukan informasi bahwa terduga pelaku memiliki kaitan dengan jaringan terorisme di Indonesia.

Ridlwan mengatakan, terduga pelaku tersebut sebagai lone wolf atau pelaku mandiri.

Baca juga: Breaking News: Mantan Ketua KPK Antasari Azhar Meninggal Dunia

Secara harfiah, lone wolf berasal dari Bahasa Inggris yang artinya adalah serigala penyendiri.

Namun, jika ditilik secara kiasan, lone wolf artinya seseorang yang umumnya hidup atau menghabiskan waktu sendirian dan bukan dengan kelompok, serta menghindari ketergantungan dengan orang lain.

"Kalau menimbulkan ketakutan, tentu ini menjadi bagian teror," kata Ridlwan, dikutip dari tayangan Primetime News, yang diunggah di kanal YouTube MetroTVNews, Jumat.

"Tetapi, informasi dari teman-teman kami yang bergiat di kajian antiterorisme, memang pelakunya ini tidak ditemukan data terkait langsung dengan jejaring terorisme klasik yang ada di Indonesia."

"Jadi, bisa disebut ini adalah pelaku mandiri atau lone wolf."

Kemudian Ridlwan menyoroti ada dugaan bahwa terduga pelaku ledakan SMAN 72 Jakarta masih berusia 17 tahun dan menjadi korban bullying.

Korban bullying adalah individu yang mengalami tindakan intimidasi, kekerasan verbal, fisik, sosial, atau digital secara berulang dari orang lain yang memiliki kekuasaan atau pengaruh lebih besar.

Menurutnya, hal tersebut harus dilihat melalui kacamata psikologi.

Ia pun mengaitkan dugaan korban bullying dengan teori psikologi, Moral Disengagement.

Dikutip dari oxford-review.com, Moral Disengagement mengacu pada proses di mana seseorang atau sekelompok orang menjauhkan diri dari standar etika perilaku yang normal atau lazim.

Lalu, individu itu atau sekelompok orang itu yakin bahwa perilaku tidak etis yang baru itu justru dapat dibenarkan, seringkali karena sejumlah kondisi yang dianggap meringankan.

"Mengenai motifnya, ada beberapa yang mengatakan ini bagian dari kegelisahan jiwa [terduga pelaku] yang sering menerima bullying," ujar Ridlwan.

"Tetapi, ini baru informasi yang masuk, nanti informasi yang resmi akan disampaikan Polri."

"Tetapi kalau memang pelakunya ini usia 17 tahun, ada satu teori psikologi, namanya teori moral disengagement, ini salah satu disertasi dari dekan fakultas psikologi Universitas Riau, Dr. Sigit Nugraha."

Selanjutnya, Ridlwan menjelaskan, bisa jadi tindakan mirip teror yang dilakukan terduga pelaku merupakan aksi balas dendam sebagai coping mechanisme atau strategi untuk menghadapi bullying yang dialaminya.

"Psikolog Sigit Nugraha mengatakan, ketika seseorang di usia muda sering mendapatkan bullying, dia akan menderita jiwanya, gelisah, lalu coping mechanism-nya dalam bentuk mewujudkan balas dendam," jelas Ridlwan.

"Balas dendamnya ini macam-macam, salah satunya bentuk serangan yang dibuat mirip tindakan teror yang sebelumnya pernah terjadi."

Polri Masih Dalami Identitas Terduga Pelaku

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan hingga sejauh ini bahwa terduga pelaku merupakan seorang siswa yang berasal dari lingkungan sekolah SMAN 72 Jakarta.

"Informasi sementara masih dari lingkungan sekolah tersebut. Iya (pelajar)," kata Listyo di teras Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (7/11/2025), diwartakan Kompas.com.

Listyo menyampaikan bahwa pihaknya saat ini masih terus mendalami identitas, lingkungan, hingga tempat tinggal maupun rumah terduga pelaku.

Ia juga memastikan, tidak ditemukan informasi mengenai orangtua terduga pelaku merupakan anggota kepolisian.

Sosok FN Terduga Pelaku Peledakan

Seorang siswa SMAN 72 Jakarta berinisial Z, mengenali foto remaja terduga pelaku yang beredar di media sosial.

Z mengungkapkan remaja dalam foto tersebut adalah kakak kelasnya, berinsial FN, siswa kelas XII SMAN 72 Jakarta.

Z mengatakan FN kerap dibully teman-temannya di sekolah.

LEDAKAN SMAN 72 - Ledakan terjadi di masjid SMAN 72 Jakarta yang berlokasi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025), tepat saat salat Jumat sedang berlangsung.
LEDAKAN SMAN 72 - Ledakan terjadi di masjid SMAN 72 Jakarta yang berlokasi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025), tepat saat salat Jumat sedang berlangsung. (YouTube/Kompas TV)

"Awalnya tuh korban dibully gitu di sekolah, dia selalu sendiri kemana-mana, terus pakai jas putih, ya begitulah," kata Z di lokasi kejadian, Jumat (7/11/2025), dikutip dari Tribunnews.com.

Z menduga, FN tidak kuat dibully sehingga melakukan perbuatan tersebut. Pelaku ingin membalas dendam kepada para perundungnya.

Sebelum kejadian, kata Z, terduga pelaku kerap terlihat sendiri.

“Dia selalu sendiri kemana-mana, terus pakai jas putih,” ujar Z.

Baca juga: Profil Antasari Azhar, Eks Ketua KPK Putra Babel Tutup Usia 72 Tahun, Ini Kasus Besar Ditanganinya

Pada saat kejadian, Z mengaku, tidak melihat terduga pelaku. Apalagi, dia mengungkapkan, siswa kelas XII sedang libur.

“Jadi dia ada kesempatan ngerancangin. Dia di belakang sekolah, tempat-tempat sampah," katanya.

Z mendengar kabar bahwa terduga pelaku ingin balas dendam kepada para perundung.

"Katanya dia merakit bomnya sendiri. Terus sudah ditimer di tiga daerah di sekolah," kata Z.

Tiga daerah itu yakni musala, kantin lalu tempat nongkrong siswa.

Selama ini, Z mengaku tidak pernah melihat pelaku.

Saat ledakan terjadi, Z sedang berada di teras musala ingin melaksanakan ibadah Salat Jumat.

Saat itu sedang berlangsung khotbah kemudian ibadah Salat Jumat.

"Itu langsung ada ledakan," katanya.

Ia melihat delapan orang temannya terluka bergeletakan.

"Ada yang gosong, matanya parah lah," imbuhnya.

Tetapi, Z tidak melihat pelaku.

Terlebih, siswa kelas XII termasuk FN sedang libur.            

"Jadi dia ada kesempatan merancang. Dia di belakang sekolah, tempat-tempat sampah," katanya.

Z mengakui foto yang viral merupakan terduga pelaku.

"Ada senjatanya, ada bom molotov di sebelah belakang kantin," ujarnya.

Z tak terlalu mengenal seniornya tersebut karena kerap menyendiri setiap di sekolah.

"Siswa kelas XII itu, katanya dari kelas XI dia selalu menyendiri," kata Z.

Z bercerita sosok terduga pelaku yang tak disebutkan namanya itu memang mempunyai sikap yang unik.

Informasi yang ia dapatkan gemar menggambar dan menyimpan foto yang tak lazim.

"Sering buat gambar-gambar, foto-foto yang kayak tentang berdarah, teroris, bendera amerika. Gambar-gambar yang berdarah gitu. Sering nonton tembak-tembakan gitu," tuturnya.

Saat kejadian, Z dan teman-temannya hendak menunaikan salat Jumat.

Saat itu, suasana di dalam masjid sudah ramai oleh siswa lainnya sehingga ia hanya bisa duduk di bagian teras masjid.

Kemudian, khotbah kedua pun dikumandangkan. Menjelang iqomah, ledakan pun terjadi dari bagian tengah masjid tepatnya di dekat pilar.

"Nah, pas posisi ada ledakan itu pas khutbah terakhir yang pengen sholat. Nah, itu udah doa. Nah, tiba-tiba ada dor. Nah, itu posisinya udah langsung pus. Udah lah, udah hancur-hancur, hamburan-hamburan. Ada asap gede banget," kata Z.

Polisi Buka Posko dan Siapkan Trauma Healing

Peristiwa tragis ini menelan puluhan korban luka, total 54 orang. Mereka kini menjalani perawatan di RS Yarsi dan RS Islam Jakarta.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, mengatakan pihaknya telah mendirikan posko pelayanan di dua rumah sakit tersebut.

“Posko didirikan untuk memastikan penanganan medis korban berjalan lancar. Kami juga siapkan trauma healing bagi para korban dan keluarganya,” ungkapnya.

Polisi kini tengah menyelidiki motif pelaku dan asal bahan peledak yang digunakan.

Sementara itu, masyarakat berharap tragedi ini menjadi titik balik untuk memperhatikan kasus perundungan (bullying) yang kerap diabaikan di lingkungan sekolah.

Tragedi di SMAN 72 Jakarta bukan sekadar kisah duka, tetapi peringatan keras bagi semua pihak: bahwa luka dari bullying bisa berkembang menjadi ledakan nyata bukan hanya di ruang kelas, tapi juga di hati banyak orang.

(Tribunnews.com/Tribunjakarta.com/Wartakota/Kompas.com/TribunTrends/Bangkapos.com)


 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved