Bocah 6 Tahun Alami Kejang-kejang di Wajah, Usai Kecanduan Main Game Selama 9 Jam Nonstop

Dokter mengatakan bahwa gejalanya tampak mirip dengan 'Kejang Fokal', yakni sejenis kondisi yang hanya memengaruhi setengah otak.

Ilustrasi anak bermain game 

BANGKAPOS.COM  - Seorang bocah laki-laki berusia 6 tahun dari sebuah provinsi di Filipina telah mengalami serangan wajah yang terus menerus setelah bermain video game berlebihan.

Dilansir TribunWow.com dari Next Shark pada Rabu (8/8/2018), John Nathan Lising yang bermain game di komputer sekitar 9 jam dalam sehari, tiba-tiba menderita gerakan wajah yang tidak terkendali.

Gerakan tersebut mengakibatkan matanya terus berkedip dan bibir yang terus bergetar tanpa henti pada tanggal 23 Juli 2018.

 

Ketika bocah itu menunjukkan gejala-gejala tersebut, ayahnya, Edgar (41) dan sang ibu, Judee (40) bergegas membawanya ke rumah sakit dekat rumah mereka di Nueva Ecija.

Dokter di College of the Immaculate Conception di Cabanatuan City kemudian menemukan bahwa kondisi otak sang bocah tampak sehat setelah meninjau hasil CT Scan-nya.

Sang bocah saat di CT-Scan
Sang bocah saat di CT-Scan (Next Shark)

Meskipun tidak ada bukti konklusif bahwa anak itu mengalami gerakan karena kecanduan main video game, para dokter menyarankan orang tua untuk menjauhkannya dari smartphone dan tablet.

Dokter mengatakan bahwa gejalanya tampak mirip dengan 'Kejang Fokal', yakni sejenis kondisi yang hanya memengaruhi setengah otak.

Namun, mereka menjelaskan bahwa pihak dokter tidak dapat mendiagnosis kondisi sebenarnya anak itu karena kurangnya bukti yang cukup untuk menentukan penyebabnya.

Edgar yakin bahwa kecanduan putranya terhadap video game menyebabkan serangan tiba-tiba itu.

"Putraku selalu sehat. Dia tidak pernah punya masalah sebelumnya," jelas sang ayah.

"Serangan tersebut mulai terjadi pada 23 dan 24 Juli dan tidak berhenti. Saya yakin bahwa ini dampak dari penggunaan gadget yang berlebihan." 

Seminggu kemudian, John terus menderita kejang wajah setiap 20 atau 30 menit, bahkan setelah dia berhenti bermain video game.

Orang tua kemudian membawa anak itu ke rumah sakit laun, Pusat Media St. Luke untuk mendapatkan penanganan medis kedua.

Setelah dokter melakukan pemindaian elektroensefalogram (EEG) pada sang bocah, hasilnya kembali negatif untuk setiap penyimpangan dengan aktivitas otaknya.

"Anak saya benar-benar menderita dan kami tidak tahu apa yang bisa kami lakukan sekarang," kata Judee.

"Dia akan menonton kartun di TV segera setelah dia bangun. Kemudian dari jam 3 sore ketika dia pulang dari sekolah sampai tengah malam dia akan bermain game di smartphone atau tabletnya. Game-game itu hanya permainan anak-anak, menyenangkan dan berwarna. Dia kecanduan," tambahnya.

"Para dokter mengatakan bahwa kondisi itu bisa disebabkan oleh gadget tetapi tidak ada bukti tertentu."

"Sebagai seorang ibu, saya yakin ini adalah penyebabnya dan kami telah menghentikannya menggunakan gadget," pungkasnya.

(TribunWow.com/Natalia Bulan R P)

 
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved