Baca Edisi Cetak Bangka Pos

Ikan Sidat Hebohkan Ranggung

Selama kurang lebih tiga minggu, Desa Ranggung, Kecamatan Payung, Bangka Selatan (Basel)

zoom-inlihat foto Ikan Sidat Hebohkan Ranggung
bangkapos.com/iskandar
Ikan mirip ular

PAYUNG, BANGKA POS - Selama kurang lebih tiga minggu, Desa Ranggung, Kecamatan Payung, Bangka Selatan (Basel), heboh. Kehebohan terjadi setelah seekor ikan dengan kepala mirip ikan gabus dan tubuh mirip ikan lele masuk dalam bubu atau perangkap ikan miliki Baijuri (51), warga setempat.
Kabar tertangkapnya ikan yang belakangan diketahui bernama Sidat itu menyebar dari mulut ke mulut. Warga dari desa tetangga ramai mendatangi rumah Baijuri. Ikan tersebut dipelihara Baijuri di sebuah bak yang ada di rumahnya.
Baijuri mengatakan ikan Sidat masuk dalam perangkap ikan, warga setempat dengan sebutan Njap, yang dipasang di sungai Hutan Tunu. Njab dipasang Baijuri sekitar tiga minggu sebelum Sidat tertangkap.
"Hampir 3 minggu dak ku pereh (tidak saya datangi) setelah dipasang Njap to (itu). Tahu - tahu ade ikan aneh ni di dalamya." kata bapak tiga anak itu saat ditemui Bangka Pos pada akhir pekan lalu.
Baijuri mengaku hampir 20 tahun memasang Njap di sungai Hutan Tunu. Selama itu pula dia belum pernah mendapat ikan Sidat. Biasanya Njab Baijuri dimasuki ikan Gabus, Baung, dan udang satang.
Biasanya Baijuri memasang puluhan Njab di sungai Hutan Tunu. Jarak dari rumah ke sungai Hutan Tunu hampir 4 km. Karenanya, setelah memasang Njab, Baijuri baru datang lagi ke Hutan Tunu sekitar dua hingga tiga minggu kemudian.
"Ku (saya) kira ular tapi ternyata bukan. Akhirnya ku (saya) masukkan ke dalam karung bawak (bawa) pulang kerumah." Ujarnya.
Perjalan ke rumah Baijuri memakan waktu hampir lima jam. Karena tidak terkena air, ikan Sidat di dalam karung disangka sudah mati. Namun ikan itu ternyata mampu bertahan. Hal tersebut diketahui Baijuri saat Sidat dimasukkan ke dalam bak.
Tarif Rp 5 ribu
Sejak mendapat ikan Sidat, rumah Baijuri ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah. Bahkan ada warga yang datang dari luar Kecamatan Payung. Baijuri kemudian membuat tarif sebesar Rp 5.000 untuk setiap warga yang datang. Uang tersebut katanya untuk biaya perawatan ikan Sidat. Tarif itu sendiri tidak berlaku bagi warga Ranggung.
"Pernah ditawarin orang ikan tersebut Rp 10 juta. Tapi tidak boleh (dijual) sama anak bungsu saya yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Ia sayang dengan ikan itu. Jika dijual akan dirusak motor yang ada di rumah." ujar Baijuri.
Lebih lanjut Baijuri mengaku sempat mendapat mimpi sebelum Njab miliknya dimasuki ikan Sidat. Mimpi itu dialami Baijuri sekitar tiga hari sebelum memeriksa Njab di Hutan Tunu. Dalam mimpinya, Baijuri diberikan bayi oleh orang yang tidak dikenal. Dengan alasan itu pula, Baijuri menolak menjual ikan Sidat yang diperolehnya.
"Mimpu itu menurut saya, menafsirkan agar supaya saya memelihara ikan tersebut. Dan agar supaya tidak dijual," katanya.
Sulit beri makan
Meski tak terkendala tempat pemeliharaan, Baijuri sempat bingung saat hendak memberi makan ikan Sidat. Awalnya dia memotong-motong tubuh ikan untuk diberikan kepada Sidat. Namun potongan daging ikan itu tak pernah disentuh.
 Sidat akhirnya mau makan setelah Baijuri menuruti nasihat seorang teman. Ikan Sidat mulai makan ketika diberi Tilong atau lumut air warna hijau.
Sekadar diketahui, sungai Hutan Tunu merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Bangka Selatan. Sungai ini kaya ikan air tawar seperti ikan gabus, baung, toman, lele, udang satang dan banyak lagi ikan air tawar lainnya. Di sungai ini, banyak warga yang memasang perangkap ikan seperti yang dilakukan Baijuri. (l5)

Sumber: bangkapos
Tags
ular
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved