Menelusuri Asal Usul Vampir, Antara Mitos dan Supranatural, Hingga Wabah Penyakit
Vampir, suatu sosok makhluk yang mati dan hidup kembali yang bangkit tiap malam dari makamnya untuk minum darah manusia, telah muncul
Dusun pelosok dan desa-desa pertanian di Transylvania, yang sekarang adalah bagian dari negara Rumania, adalah salah satu dari komunitas terpencil tersebut. Dan dari kawasan Eropa timur seperti Transylvania, mitos vampir tersebar luas di dunia Barat.
Seorang penulis Inggris, Roger Luckhurst, yang menyunting buku seri cetakan ulang Oxford World Classic untuk cerita Bram Stoker's Dracula, telah meriset kondisi-kondisi yang menyebarkan kepercayaan terhadap vampir, menunjukkan bahwa mitos tersebut mulai memperoleh kepopuleran pada awal Abad ke-18.
"Kata vampir yang disebutkan pertama kali dalam bahasa Inggris adalah pada tahun 1730-an, dalam surat kabar yang membawa laporan-laporan dari pinggiran Eropa, tentang mayat-mayat yang digali dan terlihat bengkak, dan terdapat darah segar di sekitar mulutnya.
"Dalam surat kabar tersebut dilaporkan bahwa cerita-cerita ini datang dari rakyat jelata, tapi laporan tersebut membuatnya terdengar sangat masuk akal," ujar Luckhurst.
Ketika malapetaka, wabah penyakit, dan hewan-hewan ternak mati melanda daerah-daerah pelosok ini, banyak orang menyalahkan roh-roh halus yang memburu makhluk hidup.
Sering kali tindakan pertama yang dilakukan adalah menggali mayat orang yang meninggal terakhir di desa tersebut.
Dan hal itu menyebabkan masalah lainnya, ilmu medis sangat minim sehingga untuk memastikan seseorang telah meninggal sangat tidak mudah.
Penyakit-penyakit seperti katalepsi, yang membuat orang dalam keadaan katatonik (suatu kondisi kejiwaan) yang begitu dalam sehingga detak jantung mereka susah untuk dideteksi, artinya adalah beberapa orang telah dikubur hidup-hidup.
Jika mereka bangun, beberapa merasa sangat ketakutan dan kelaparan sehingga mereka menggigiti dirinya sendiri, mungkin itu penjelasan (ilmiahnya) mengenai kondisi mayat-mayat tersebut yang ditemukan dengan darah segar.
Kebanyakan orang di komunitas-komunitas ini memiliki binatang, desa-desa itu sendiri biasanya dekat dengan hutan-hutan di mana ada banyak binatang lainnya.
Sebelum vaksinasi ditemukan, rabies, yang sekarang hampir tidak dikenal di Eropa, merupakan penyakit umum.
Begitu gejala-gejala -yang terdiri dari rasa benci terhadap cahaya dan air, menyerang, menggigit dan mengigau- timbul maka kematian sudah tak terelakkan lagi. Tidak ada obatnya.
"Rabies jelas-jelas ada hubungannya dengan manusia serigala juga," kata Luckhurst. "Orang-orang menjadi liar karena adanya kontak dengan hewan-hewan ini. Ada sebuah petuah rakyat dalam mitos manusia serigala, suatu peringatan bagi orang-orang untuk tidak berhubungan terlalu sering dengan alam. Kita harus ingat perikemanusiaan kita."
Terasingnya komunitas-komunitas ini, sangat jauh dari gerbang peradaban kota Paris dan London, mungkin memberikan alasan-alasan yang lain (tentang kondisi kesehatan).
"Dulu ada kekurangan variasi makanan di tempat-tempat ini, khususnya di daerah pegunungan, dan orang-orang umumnya menderita penyakit seperti gondok (disebabkan karena kekurangan yodium)," ujar Luckhurst.