Kejam, Nurhaye TKW Asal Indonesia Dipaksa Minum Air Toilet dan Makan Kotoran Bayi Majikan

Saya pernah beberapa kali dipaksa minum air kloset. Pernah juga dipaksa memakan tahi anak bayi majikan

Penulis: Alza Munzi | Editor: Alza Munzi
Youtube
Nurhaye 

BANGKAPOS.COM - Nurhaye, usianya baru menginjak 22 tahun.

Namun, gadis berkulit putih ini sudah mengalami kepahitan hidup yang begitu getir.

Impiannya untuk mengubah nasib menjadi lebih baik kandas.

Wanita asal Sambar, Kalimantan Barat ini malah mendapat perlakuan kejam.

Dia merupakan tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia di Malaysia.

Selama satu tahun, dia bekerja di Bintulu Malaysia.

Alih-alih dapat gaji, justru siksaan fisik yang diterimanya.

Baca: Netizen Ribut Bilqis ke Sekolah Pakai Tas Rp 11,4 Juta, Malah Begini Reaksi Ayah Ayu Ting Ting

Warga dari Desa Sungai Burung Besar, Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat menderita di Malaysia.

Dia diiming-imingi gaji RM 400 atau sekitar 1,4 juta rupiah.

Di Bintulu, Nurhaye bekerja di rumah pasangan suami istri Rohana dan Abdul Malim.

Sayangnya, karena keterbatasan informasi dan pengalaman, Nurhaye berangkat ke Malaysia secara ilegal.

Kepada Wakil Bupati Sambas, Hairiah, dia menumpahkan kesedihannya.

Baca: Bu Guru Manis Ini Bernama Kukira Januari, Ada 16 Nama Lain yang Tak Kalah Unik, No 13 Ngeri!

"Nurhaye ini juga mengisahkan kalau dia pernah disuruh minum air kloset. Itu kan perbuatan-perbuatan yang menurut kita tidak bisa dibenarkan di negara mana pun," terang Wakil Bupati Sambas Hairiah, Senin (7/8/2017) lalu dikutip dari pontianak.tribunnews.com (Tribunnews Network).

Nurhaye saat mengadukan masalahnya ke Polres Sambas
Nurhaye saat mengadukan masalahnya ke Polres Sambas (suarabmi.net)

Karenanya, Hairiah bersama Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan Susi mendampingi Nurhaye melaporkan kejadian penganiayaan itu ke Polres Sambas, Senin (7/8/2017).

Abidin, keluarga Nurhaye juga ikut serta.

Kedatangan mereka disambut oleh Kasat Reskrim Polres Sambas, AKP Raden Real Mahendra di ruang kerjanya. 

Dari keterangan, Nurhaye diduga sebagai korban perdagangan manusia.

Makanya, si majikan berani memperlakukan Nurhaye secara tidak baik.

Baca: Sering Dianggap Sepele, Ini 5 Amalan yang Dicatat Allah dan Bisa Mengantar ke Surga

Pemerintah Kabupaten Sambas telah berupaya menyampaikan kepada masyarakat, agar lebih memilih bekerja di negeri sendiri.

Jika ingin menjadi TKI, disarankan untuk melengkapi dokumen-dokumen resmi.

Tujuannya untuk mempermudah memberikan pengawasan dan perlindungan bagi tenaga kerja di luar negeri.

Penderitaan Nurhaye tak sampai di situ.

Menurut Hairiah, gaji Nurhaye selama bekerja sama sekali belum dibayar oleh majikannya.

Ia mengimbau agar masyarakat waspada terhadap sindikat perdagangan manusia, yang menawarkan bekerja di Malaysiad engan mengiming-imingkan gaji tinggi.

"Yang namanya luar negeri tetaplah negara yang berbeda dengan Indonesia, hukumnya berbeda, juga masyarakatnya berbeda. Apapun yang kita bayangkan, itu tidak sebanding lurus dengan apa yang kita dapat," pesannya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Sambas AKP Raden Real Mahendra mengatakan akan menindaklanjuti laporan korban.

"Kami akan periksa terlebih dahulu, nanti kami mengumpulkan saksi-saksi. Kami akan berkoordinasi, baik dengan BNP2TKI dan  Polda Kalimantan Barat, hingga ke Mabes Polri," jelasnya.

Baca: Heboh, Akun Facebooknya Dijebol, Video Intim TKW Ini Tersebar, 1 Menit Mereka Beginian

Kerap dipukul

Sementara dikutip dari suarabmi.net, Nurhaye di depan penyidik mengaku sering menerima penganiayaan secara fisik dan mental.

“Salah atau benar, mereka sudah seperti latah memukul dan memaki saya,” ungkap Nurhaye.

“Kalau ada masalah lain yang tidak ada kaitannya dengan saya, majikan saya sering melampiaskan ke saya dengan memukul, memaki, marah-marah tidak jelas,” ujarnya.

Bahkan, pernah Nurhaye mengaku beberapa kali disuruh meminum air kloset.

Penyebabnya, karena dianggap mengerjakan pekerjaan rumah tidak sesuai keinginan majikan.

“Saya pernah beberapa kali dipaksa minum air kloset. Pernah juga dipaksa memakan tahi anak bayi majikan,  saat saya terlambat mengetahui kalau bayi tersebut sedang buang air besar,” beber Nurhaye.

Penganiayaan secara fisik yang dialami Nurhaye, meninggalkan bekas luka di jari tangan, kepala, bibir, dan punggung.

Wakil Bupati Sambas, Hairiah yang mendampingi Nurhaye saat mendatangi Mapolres Sambas menyatakan pihaknya akan mendampingi Nurhaye sampai mendapat keadilan.

“Nurhaye ini juga mengisahkan kalau dia pernah disuruh minum air kloset. Itu kan perbuatan-perbuatan yang menurut kita tidak bisa dibenarkan di negara mana pun,” terang Wakil Bupati Sambas Hairiah.

“Sebagai sesama wanita, saya ikut prihatin saat mengetahui penderitaan warga saya. Bekerja di luar negeri diperlakukan tidak manusiawi,” imbuhnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved