Ali Muharam Raup Omzet Rp 3 Miliar Setiap Bulan dari Camilan Makaroni Ngehe

Ali bercerita, sebelum memulai bisnis makaroni, dirinya banyak mengalami pasang surut menjalani kehidupan.

Editor: fitriadi
KOMPAS.com/PRAMDIA ARHANDO JULIANTO
Ali Muharam, pendiri usaha camilan unik Makaroni Ngehe di Meruya, Jakarta. 

Berbagai hambatan dan tantangan pernah dia rasakan demi mencari pundi-pundi rupiah.

Laki-laki yang merupakan lulusan salah satu Sekolah Menengah Atas di Tasikmalaya, Jawa Barat, pernah menjalani kehidupan yang membuat dirinya tekun menjalankan usahanya.

Menjadi pria daerah dan jauh dari hiruk pikuk Ibukota membuat hatinya tergerak untuk mencari penghidupan yang lebih baik menuju Jakarta.

Dengan keinginan dan tekad kuat, Ali memutuskan untuk mengadu nasib menuju Jakarta. Pada tahun 2004 ada tawaran pekerjaan datang sebagai Office Boy di salah satu perkantoran di wilayah Bogor.

Tak pikir panjang, Ali pun menerimanya. Pekerjaan sebagai Office Boy pun Ali nikmati, sambil menunggu jika ada lowongan pekerjaan di Ibukota Jakarta, kota impiannya.

"Kerjanya bersih-bersih, kadang masak, belanja kebutuhan, saya terima tawaran itu karena Bogor tidak terlalu jauh dari kota tujuan saya yaitu Jakarta," ungkap Ali.

Hingga akhirnya, waktu demi waktu, Ali kembali mendapatkan tawaran menjalankan bisnis di Jakarta, yakni membuka usaha warung makan di salah satu kantin kantor bank swasta di kawasan Senayan, Jakarta Selatan.

Rasa khawatir dan was-was pun terlintas dalam hatinya, kehidupan dan seluk beluk Ibukota Jakarta menjadi pertanyaan dalam benak pikirannya.

Menjalankan bisnis namun belum sepenuhnya paham dengan medan yang akan dirinya geluti.

"Usaha itu yang memberi modal teman saya, tetapi saya operasional sendirian, mulai dari belanja, masak, melayani benar-benar sendiri semuanya," terang Ali.

Kisah ngehe yang Ali jalani tak berhenti begitu saja, karena menjelankan operasional warung makan sendiran, Ali merasa tak mampu dengan beban yang dia lakukan setiap harinya.

Perjuangan keras bertahan hidup di Ibukota Jakarta semakin membuat dirinya tegar pada satu tekad yakni harus lebih baik dan bisa bermanfaat bagi keluarga dan orang lain.

"Selesai dari usaha warung makan, saya hanya punya uang Rp50.000 untuk hidup di Jakarta, tetapi untungnya biaya indekos sudah dibayar untuk satu bulan. Kemudian saya dapat perkerjaan jaga toko baju di Blok M, tetapi ditempatkan di Kelapa Gading," papar Ali.

Pekerjaan menjadi penjaga toko pun dia jalani, karena memiliki lokasi indekos di kawasan Jakarta Pusat, Ali memiliki kendala yakni biaya ongkos menuju tempat kerjanya di Kelapa Gading.

Jauhnya jarak tempat tinggal sementara dan lokasi pekerjaan menjadi kendala, setiap harinya Ali harus mengeluarkan ongkos sebesar Rp20.000 untuk biaya transportasi diluar biaya makan, sedangkan gaji setiap bulan yang dia peroleh hanya Rp900.000.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved