Badai Dahlia Bergerak Menuju Sumatera, Ini Dampak Buruknya, Waspada!

Berdasarkan rilis analisa BMKG, bibit badai Dahlia berada di Samudera Hindia sebelah Selatan Barat Daya Bengkulu.

Editor: fitriadi
Siklon Badai Dahlia 

Baca: 7 Hari Kedepan Cuaca Ekstrem, Kemenhub Keluarkan Maklumat Pelayaran

BMKG mencatat, setidaknya sudah tiga kali badai tropis yang menyerang wilayah Indonesia sejak terbentuknya pusat peringatan dini siklon tropis Tropic Cyclon Warning Center (TCWC) di Jakarta pada 2008.

Di 2010 ada badai tropis Anggrek yang melanda Indonesia, kemudian pada 2014 terjadi badai tropis Bakung, lalu badai Cempaka dan yang baru saja dideteksi BMKG yaitu Badai tropis Dahlia.

Lalu sebenarnya, dari mana asal-usul penamaan badai yang terjadi di Indonesia?

Sejak dibentuk, TCWC Jakarta diberikan kewenangan untuk mengusulkan dan memberikan nama pada bibit siklon yang sudah menjadi siklon tropis yang terbentuk di titik koordinat 0-10 derajat LS dan 90-125 derajat BT. Penamaan nama badai di Indonesia disepakati sesuai daftar abjad dan menggunakan nama bunga.

Baca: Demian Kecewa KPI Anggap Atraksi Sulapnya Penipuan, Ini Curhatnya

Merujuk pada Organisasi Metereologi Dunia atau World Metereological Organization (WMO), setiap negara mengajukan 10 nama kandidat, boleh nama hewan, tanaman, tanda astrologis, tokoh mitologi atau apa pun itu, yang kemudian dikaji Komite Topan WMO yang bermarkas di Tokyo.

Australia

Begitu diadopsi, setiap negara masih boleh mengeluarkannya dari laporan cuaca nasional mereka masing-masing.

Dikutip dari laman resmi World Metereological Organization (WMO), seorang ilmuwan cuaca bernama Ivan R.

Tannehill menjelaskan dalam bukunya yang berjudul "Hurricanes" bahwa awal mulanya badai tropis diberi nama orang-orang kudus di agama Katolik.

Misalnya, ada "Badai Santa Ana" yang melanda Puerto Riko pada tanggal 26 Juli 1825, kemudian "San Felipe I" dan "San Felipe II" yang melanda Puerto Riko pada tanggal 13 September di kedua 1876 ​​dan 1928.

Baca: Istri Bongkar Video Mesum Berdurasi 3 Menit Ketua RT Bareng Wanita PNS

Tannehill juga menceritakan tentang Clement Wragge, seorang ahli meteorologi Australia yang mulai memberi nama wanita pada badai tropis sebelum akhir abad ke-19.

Sebelumnya, penamaan badai dilakukan berdasarkan titik koordinat dimana badai itu terbentuk, namun akhirnya sistem itu dicabut untuk mempercepat identifikasi badai sebagai pesan peringatan, karena nama lebih mudah diingat ketimbang angka dan istilah teknis.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved