Kisah Pelacur Kelas Atas, yang Menjadi Mata-mata saat Perang Dunia I Berlangsung
Margaretha Gertruida (Grietje) Zelle alias Mata Hari alias H21, selain dikenal sebagai penari erotis juga seorang mata-mata kelas dunia
Suaminya seorang veteran tentara Belanda, Rudolph McLeod, yang usianya terpaut 20 tahun.
Mereka kemudian pindah ke Hindia Timur (sekarang Indonesia) dan tinggal secara berpindah dari Ambarawa, Tumpang, Banyubiru, Sindanglaya, hingga Medan.
Di daerah-daerah ini, dia mempelajari berbagai hal mulai dari bahasa, tarian, nyanyian, dan hal-hal sosial lainnya.
Baca: Waduh, Lakukan Hal Ini, Apakah Perang Antara Swedia dan Rusia Akan Terjadi?
Sayang, rumah tangganya hancur berbarengan dengan meninggalnya anak pertamanya di Medan. Suami-istri itu akhirnya memutuskan kembali ke Belanda dan bercerai.
Margaretha yang kehidupannya jatuh miskin akhirnya bertolak ke Prancis, untuk mengadu nasib.
Dia kemudian memutuskan menjadi seorang penari dan mengubah namanya menjadi Mata Hari.
Pengalaman hidup di dunia Timur membantu kariernya.
Nama yang berbau Melayu, kulit kecoklatan, rambut hitam dan menarikan tarian dari Timur adalah sesuatu yang eksotis bagi masyarakat Eropa.
Sesungguhnya yang menarik adalah wajah dan tariannya. Tarian yang sesungguhnya sangat amburadul untuk ukuran Timur.
Namun, Matahari memadukannya dengan kemolekan tubuh sehingga tariannya lebih cenderung sebagai striptease.
Baca: Cewek Cantik ini Dulu Populer, Kini Penampilannya Bikin Adem dan Gemesin
Untuk mendukung kariernya, dia membual sebagai perempuan kelahiran Jaffnapatam, India dari seorang ayah Brahmana dan ibu penari di kuil.
Tak menunggu lama, Mata Hari menjadi bagian dari kehidupan jetset di Eropa.
Dia bisa melanglang ke berbagai negara sepert Prancis, Swiss hingga Jerman sebagai pesohor.