Kisah Pelacur Kelas Atas, yang Menjadi Mata-mata saat Perang Dunia I Berlangsung
Margaretha Gertruida (Grietje) Zelle alias Mata Hari alias H21, selain dikenal sebagai penari erotis juga seorang mata-mata kelas dunia
Dia juga bisa menjalin affair dengan berbagai orang penting di Eropa dan dikenal sebagai pelacur kelas atas.
Di antaranya dengan Trougot Von Jagow, seorang petinggi intel dari Jerman dan Baron Edouard van der Capellen dari Belanda.
Perang Dunia I yang diproklamirkan Agustus 1914 membuat perubahan dahsyat pada kehidupan dan karier Mata Hari.
Eropa yang terbelah membuat Mata Hari tidak bebas lagi berpergian.
Usianya yang beranjak tua dan tubuh yang semakin kaku untuk menari perlahan membuat kariernya memudar.
Baca: Tertangkap Berduan Dengan Janda, Pria Berstri Ini Mengaku Menunggu Teman
Kekayaannya mulai menyusut. Namun kecantikan dan kolega jetsetnya membuat dia tetap bisa bertahan di kalangan elite Eropa.
Hingga Mei 1916, seorang agen dari Jerman bernama Karl Kramer mengetuk pintu rumahnya di Den Haag.
“Maukah kamu membuat sedikit senang bangsa Jerman? Bayarannya sebesar 20 ribu franc,” ujar pria tersebut.
Kramer mengungkapkan keinginannya untuk merekrut Mata Hari menjadi spion Jerman. Tujuannya memata-matai Prancis.
Kehidupan sebagai pesohor yang penuh lika-liku dan flamboyan sesungguhnya memudahkannya menjadi seorang spion.
Apalagi kehidupan ekonomi sedang sulit. Mata Hari pun menerima tawaran Kramer.
Kramer pun mengajari Mata Hari menjadi spion, termasuk menggunakan alat-alat rahasianya.
Menurut beberapa versi, Mata Hari sempat masuk sekolah intelijen Jerman di Antwerp, Belgia, hingga beberapa pekan.
Yang pasti Mata Hari dibekali tiga botol tinta istimewa.