Pengakuan Seorang Wanita yang Melihat Kesaktian Soeharto dan Pantangannya

Pada 1984, Hj Baiq Hartini membuka warung kecil di Kuta, Bali.Perempuan kelahiran Lombok 1956 itu berjualan ayam Taliwang

Editor: M Zulkodri
(ARSIP FOTO) KOMPAS / JB SURATNO
Jenderal Besar Soeharto berbincang dengan Jenderal Besar AH Nasution, sesaat sebelum menerima ucapan selamat pada acara silaturahmi di Istana Negara, Jakarta, Minggu (5/10/2007) siang. 

Sedangkan, Ibu Tien berpantang tauge.

Selesai acara di Istana Tampaksiring, rombongan pindah ke kawasan Pantai Sanur, di wisma Mr Kajima.

Baiq juga diminta menyiapkan makan malam.

Dari dapur, bersama juru masak lain, ia melihat Soeharto masuk ke dalam kamar, dan mereka menunggu-nunggu, bagaimana penampilan Jenderal Besar itu sehari-hari.

Presiden RI kedua HM Soeharto dan Fatimah Siti Hartinah yang akrab dipanggil Ibu Tien.
Presiden RI kedua HM Soeharto dan Fatimah Siti Hartinah yang akrab dipanggil Ibu Tien. (Intisari)

Begitu yang ditunggu keluar kamar, mereka pun bergunjing.

“Pak Harto hanya memakai kaus oblong putih, dan sarung putih kotak-kotak cokelat, juga memakai selop jawa. Santai sekali,” ujar istri Fathoni Akbar itu.

Soeharto memandangi para cucunya, yang sedang asyik bermain di kolam renang.

Karena sudah sore, para ajudan dan pengasuh sibuk meminta para cucu naik dari kolam renang.

Dasar anak-anak, mereka tak memedulikan anjuran itu.

Akhirnya, Pak Harto sendiri yang turun tangan.

Mantan Presiden Soeharto.
Mantan Presiden Soeharto. (KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)

Ia tiba-tiba muncul di pintu sembari memanggil cucu-cucunya, dan mengisyaratkan hari mau hujan seraya menunjuk ke langit.

“Eh, tak ada semenit, hujan benar-benar turun. Kami para juru masak saling berpandangan, Pak Harto sakti kali ya! Kami saling berbisik.”

Malamnya, selepas makan malam, Pak Harto bercengkerama bersama anak dan cucunya di ruang tengah.

“Ada yang dipangku Pak Harto di paha kanan dan kirinya. Ada juga yang minta dipangku Bu Tien. Suasananya hangat seperti di rumah orang biasa.”

Suara anak-anak berceloteh dan bertengkar kecil, dan terkadang ditingkahi suara Soeharto menengahi.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved