Tradisi Mudik Bermula dari Pejabat Majapahit dan Mataram Islam Pulang Menghadap Raja
Dosen Sejarah Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengungkapkan, mudik sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.
Selain itu, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik".
Dalam bahasa Betawi, kampung itu berarti udik.
Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik".
Akhirnya, secara bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik".
Baca: Ini Kabar Terbaru Bintang Mesir Mohamed Salah Sepekan Jelang Piala Dunia 2018
Selain mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman, saat mudik, para perantau juga melakukan ziarah ke kuburan sanak keluarganya.
Hal tersebut dilakukan untuk meminta doa restu agar pekerjaan dan kehidupan di perantauan berlangsung baik.
Berbeda
Dalam perkembangannya, mudik pada zaman dahulu dengan zaman sekarang terdapat perbedaan.
Pada zaman dulu, mudik dilakukan secara natural untuk mengunjungi dan berkumpul dengan keluarga.
Namun, menurut Silverio, pada era sekarang, perantau yang mudik sekaligus menunjukkan eksistensi dirinya selama di perantauan.
Baca: Inilah Megaproyek Islamic Center yang Menyeret Bupati Purbalingga ke Sel Tahanan KPK
Mereka yang balik ke kampung akan membawa sesuatu yang membanggakan diri dan keluarganya.
"Pada era ini kebanyakan pemudik memaksakan diri untuk tampil sebaik mungkin, cenderung wah," kata Silverio.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Menarik di Balik Sejarah Mudik..