Ada Pilot Ketiga dalam Pesawat Lion Air JT 043, Pesawat Yang Sama Dengan Pesawat Lion Air JT 610

Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) mengakui adanya pilot ketiga dalam penerbangan pesawat Lion Air Boeing 737 MAX 8

Editor: Evan Saputra
Tribunnews.com
Ilustrasi kecelakaan Lion Air PK-LQP. Ada Pilot Ketiga dalam Pesawat Lion Air JT 043, Pesawat Yang Sama Dengan Pesawat Lion Air JT 610 

 Ada Pilot Ketiga dalam Pesawat Lion Air JT 043, Pesawat Yang Sama Dengan Pesawat Lion Air JT 610

BANGKAPOS.COM - Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) mengakui adanya pilot ketiga dalam penerbangan pesawat Lion Air Boeing 737 MAX 8 nomor penerbangan JT 043 rute Denpasar-Jakarta.

Penerbangan tersebut menggunakan pesawat yang sama dengan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang terjatuh di perairan Kerawang pada Oktober 2018.

Saat terbang dari Denpasar ke Jakarta pesawat tersebut sempat mengalami masalah di angle of attack (AoA) sensor.

AoA adalah sudut antara sayap dan udara yang mendekat antara 15-20 derajat. Jika sudutnya terlalu besar, sayap dapat kehilangan daya angkat dan bisa menyebabkan hilang kendali serta kehilangan ketinggian secara mendadak.

“KNKT menyampaikan bahwa benar ada pilot lain yang berada di kokpit pada penerbangan itu,” ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di kantornya, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Berdasarkan berita yang diterbitkan Bloomberg, pilot ketiga tersebut menjadi penyelamat dalam penerbangan Lion Air dengan rute Denpasar-Jakarta. Penerbangan dengan rute itu dilakukan malam sebelum pesawat tersebut jatuh di perairan Tanjung, Karawang, Jawa Barat, dan menewaskan 189 orang.

Dua orang sumber yang terlibat dalam investigasi kecelakaan Lion Air yang diwawancarai Bloomberg menyebut pilot ketiga itu mengambil tindakan saat pesawat mengalami masalah. Dia meminta kru untuk memutus arus listrik ke motor yang menggerakkan hidung pesawat ke bawah.

Namun, KNKT tak mau mengonfirmasi soal benar atau tidaknya pilot ketiga itu mengambil tindakan saat terjadinya masalah di pesawat Lion Air JT043 rute Denpasar-Jakarta.

Soerjanto hanya mengatakan, pilot tersebut merupakan pilot yang telah selesai menjalankan tugas terbang dan akan kembali ke Jakarta. Pilot tersebut merupakan pilot dari Lion Air Group yang mengenal para awak kabin sehingga diperbolehkan duduk di kokpit.

“Pilot ini memiliki kualifikasi sebagai pilot B737-8 (MAX),” kata Soerjanto.

Namun, Soerjanto enggan membeberkan identitas pilot tersebut. Menurut dia, pilot tersebut pun telah diwawancarai oleh KNKT.

“Sesuai UU Nomor 1 Tahun 2009 Pasal 359, pernyataan dari seseorang yang diperoleh selama proses investigasi tidak boleh dipublikasikan. Untuk itu, KNKT tidak akan menyampaikan hasil wawancaranya,” ucap dia.

Sementara itu, mengenai isi rekaman cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air JT 610 yang diungkap salah satu media internasional, Soerjanto membantahnya. Dia mengatakan, rekaman suara yang beredar luas di masyarakat tak sama dengan isi CVR yang diperoleh pihaknya.

Berdasarkan pemberitaan yang diterbitkan Reuters, disebutkan bahwa pilot pesawat Lion Air JT 610 itu sempat berujar "Allahu Akbar".

Dalam berita berjudul "Black Box Reveals Clues to Lion Air Crash" disebutkan bahwa pilot panik mencari penyebab pesawat dalam kondisi stall. Selain itu, juga ada pilot yang sibuk mempelajari buku manual untuk menemukan solusi saat kondisi darurat.

Namun, Reuters mengaku tidak memiliki rekaman ataupun transkrip isi CVR. Pihaknya menyebut mendengar isi rekaman CVR dari tiga sumber anomim.

“KNKT juga menyampaikan bahwa isi rekaman CVR tidak sama dengan apa yang beredar di media sehingga menurut KNKT isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR,” ujar Soerjanto.

Black Box Lion Air JT 610, Terdengar Takbir 'Allahu Akbar', Pilot Berusaha Menaikkan Pesawat

Kopilot Lion Air PK-LQP yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat Oktober 2018 lalu sempat mengucap takbir "Allahu Akbar" sesaat sebelum pesawat Boeing Max 8 yang dikemudikannya mengalami crash.

Hal tersebut terungkap dalam percakapan terakhir pilot dan kopilot JT 610 PK-LQP.

Seperti dilansir Reuters, Kopilot, Harvino berteriak "Allahu Akbar" di detik-detik terakhir saat pesawat mengalami malfungsi dan terus menukik turun.

Sumber anonim Reuters yang mengetahui isi cockpit voice recorder (CVR) juga mengatakan, pilot asal India, Bhavye Suneja hanya terdiam saat pesawat hendak jatuh ke laut.

Sebelum jatuh masih berdasarkan Reuters, Bhavye dan Harvino sempat panik.

Mereka berdua juga sempat mengecek buku panduan untuk mengendalikan pesawat nahas tersebut.

Dalam percakapan tersebut sang pilot sempat meminta kopilot Harvino mengecek buku panduan dengan cepat.

Dalam 9 menit berikutnya, sistem pesawat memberi tahu pilot, bahwa pesawat dalam kondisi stall dan mendorong hidung pesawat ke bawah sebagai responsnya.

 

Ilustrasi kecepatan pesawat Lion Air JT 610. (Istimewa via Tribun Jabar)
Ilustrasi kecepatan pesawat Lion Air JT 610. (Istimewa via Tribun Jabar)

Pilot Bhavye berusaha untuk menaikkan hidung pesawat tetapi komputer masih salah mendeteksi stall atau posisi saat pesawat kehilangan daya angkat

Akibatnya, hidung pesawat terdorong ke bawah oleh sistem trim pesawat.

Normalnya, trim berguna untuk menyesuaikan permukaan pesawat sehingga tetap terbang lurus.

Sikap tenang juga terus diperlihatkan sang pilot Bhavye sepanjang penerbangan tersebut saat mengalami masalah.

Sementara kopilot Harvino sibuk mencari panduan di manual book.

Mereka bermaksud mencari tahu alasan kenapa pesawat yang dikemudikannya meluncur ke bawah, tetapi tidak dapat menemukannya, kata tiga orang sumber reuters yang mengetahui isi perekam suara kokpit dari kotak hitam atau black box pesawat.

Sekitar satu menit sebelum pesawat hilang dari radar, pilot meminta ATC untuk men-clear-kan lalu lintas sekitarnya di bawah 3.000 kaki dan meminta ketinggian 5.000 kaki yang kemudian disetujui.

Sumber-sumber Reuters mengatakan, ketika pilot masih berusaha menemukan prosedur yang tepat dalam buku pegangan, kopilot tidak dapat mengendalikan pesawat Lion Air PK-LQP itu.

"Kondisinya seperti ujian, di mana ada 100 pertanyaan dan ketika waktu habis, Anda haya bisa menjawab 75 pertanyaan. Kemudian Anda panik. Ini bagaikan kondisi time-out," kata sumber Reuters.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat memberikan keterangan pers penemuan Black box Lion Air JT 610 di Tanjung priuk JICT 2, Jakarta Utara, Kamis (1/11/2018). Black box ditemukan di lokasi berjarak 400 meter dari lokasi terakhir hilangnya Lion Air JT 610 dengan kedalaman 30 meter.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat memberikan keterangan pers penemuan Black box Lion Air JT 610 di Tanjung priuk JICT 2, Jakarta Utara, Kamis (1/11/2018) lalu.  Black box ditemukan di lokasi berjarak 400 meter dari lokasi terakhir hilangnya Lion Air JT 610 dengan kedalaman 30 meter. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat yang menewaskan 189 orang di dalamnya pada bulan Oktober 2018 itu telah menghasilkan relevansi baru ketika Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat (AS) dan regulator lainnya melarang terbang model pesawat tersebut pekan lalu setelah mengalami kecelakaan lagi di Ethiopia.

Kecelakaan yang menimpa Ethiopian Airlines pada 10 Maret 2019 itu merupakan yang kedua dalam kurang dari lima bulan.

Penyelidik yang memeriksa kecelakaan di Indonesia sedang mencari tahu bagaimana sebuah komputer dapat memerintahkan pesawat untuk terjun bebas sebagai respons terhadap data dari sensor yang salah.

Mereka juga sedang mencari tahu apakah pilot yang bertugas saat itu memiliki cukup pelatihan untuk menanggapi keadaan darurat dengan tepat, serta beberapa faktor lainnya.

Ini adalah pertama kalinya isi dari perekam suara pesawat Lion Air nahas itu dipublikasikan.

"Tiga sumber tersebut meminta identitas mereka disembunyikan," tulis Reuters, Rabu (20/3/2019).

Reuters tidak memiliki akses ke rekaman atau transkripnya.

Hingga saat ini pihak Lion Air belum memberikan keterangan terkait percakapan yang dibocorkan sumber reuters tersebut.

Presiden Joko Widodo terlihat tertunduk dan memandangi deretan barang milik korban Pesawat Lion Air JT-610 di Posko SAR Dermaga JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (30/10/2018) lalu.
Presiden Joko Widodo terlihat tertunduk dan memandangi deretan barang milik korban Pesawat Lion Air JT-610 di Posko SAR Dermaga JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (30/10/2018) lalu. (Tribunnews.com/Fransiskus Adiyudha)

Hanya dua menit setelah penerbangan, petugas pertama melaporkan adanya "masalah kontrol penerbangan" kepada petugas kontrol lalu lintas udara dan mengatakan pilot bermaksud mempertahankan ketinggian di 5.000 kaki, kata laporan pada bulan November.

Petugas pertama tidak merinci masalah tersebut, tetapi satu sumber mengatakan kecepatan udara disebutkan pada rekaman suara kokpit, dan sumber kedua mengatakan indikator menunjukkan ada masalah pada layar kapten pilot, dan bukannya pada layar petugas pertama.

Kapten pesawat meminta petugas pertama untuk memeriksa buku panduan referensi cepat, yang berisi daftar periksa untuk peristiwa abnormal, kata sumber pertama.

Selama sembilan menit berikutnya, pesawat itu memperingatkan pilot bahwa pesawat tengah berada di keadaan macet atau stall dan mendorong hidung ke bawah sebagai responsnya, menurut laporan itu.

Posisi macet/stall adalah kondisi ketika aliran udara di atas sayap pesawat terlalu lemah untuk menghasilkan daya angkat dan sulit membuatnya tetap terbang.

Pilot pesawat itu berusaha keras untuk menaikkan ketinggian, tetapi komputer yang masih salah mencerna informasi tentang keadaan macet, terus mendorong hidungnya menggunakan sistem trim pesawat.

Biasanya, trim menyesuaikan permukaan kontrol pesawat untuk memastikannya terbang lurus dan datar.

"Mereka tampaknya tidak tahu trim bergerak turun," kata sumber Reuters.

"Mereka hanya memikirkan kecepatan udara dan ketinggian. Itulah satu-satunya hal yang mereka bicarakan," tambahnya.

Basarnas  evakuasi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang Jabar, Senin (29/10/2018).
Basarnas evakuasi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang Jabar, Senin (29/10/2018). (Dok Humas Basarnas Jateng)

Boeing menolak berkomentar karena penyelidikan sedang berlangsung.

Pabrikan asal Amerika Serikat (AS) itu mengatakan ada prosedur terdokumentasi untuk menangani situasi tersebut.

Kru yang berbeda di pesawat yang sama di malam sebelumnya mengalami masalah yang sama (Bali-Jakarta), tetapi berhasil menanganinya setelah menjalankan tiga daftar periksa buku panduan, menurut laporan November.

Tetapi mereka tidak menyampaikan semua informasi tentang masalah yang mereka temui kepada awak di penerbangan berikutnya, kata laporan itu.

"Pilot JT 610 tetap tenang untuk sebagian besar penerbangan," kata sumber Reuters itu.

Pesawat Ethiopian Airlines Jatuh, Lion Air Stop 10 Pesawat Boeing 737 Max 8.
Pesawat Ethiopian Airlines Jatuh, Lion Air Stop 10 Pesawat Boeing 737 Max 8. (foto/ Daily Express)

Agen investigasi kecelakaan udara Prancis, BEA, pada Selasa mengatakan rekaman data penerbangan dalam kecelakaan Ethiopia yang menewaskan 157 orang "memiliki kesamaan yang jelas" dengan bencana Lion Air.

Sejak kecelakaan Lion Air, Boeing telah mengupayakan peningkatan perangkat lunak untuk mengubah seberapa banyak wewenang yang dapat diberikan kepada Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver atau MCAS.

Sistem MCAS merupakan sistem anti macet (anti-stall) baru yang dikembangkan untuk 737 Max.

Penyebab kecelakaan Lion Air belum ditentukan, tetapi laporan awal menyebutkan sistem Boeing yang salah, sensor yang baru saja diganti, dan kurangnya pemeliharaan serta pelatihan maskapai merupakan beberapa penyebab kecelakaan tersebut.

Pada pesawat yang sama malam sebelum kecelakaan, seorang kapten di maskapai penerbangan rekanan Lion Air, Batik Air, ikut penerbangan di dalam kokpit dan memecahkan masalah kontrol penerbangan yang sama, kata sumber reuters itu lagi. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul TERUNGKAP Percakapan Pilot dan Kopilot Lion Air JT 610 PK-LQP Sebelum Jatuh di Perairan Karawang

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Teka-teki Pilot Ketiga dalam Pesawat Lion Air JT 043", https://money.kompas.com/read/2019/03/22/071032226/teka-teki-pilot-ketiga-dalam-pesawat-lion-air-jt-043. Penulis : Akhdi Martin Pratama Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved