Kisah Umar Bin Khattab Blusukan dan Ibu yang Memasak Batu
Berikut ini kisah Umar bin Khattab, sosok kepala negara yang sangat peduli kepada warganya. Umar bin Khattab adalah sahabat Nabi Muhammad
"Apakah kau memasak batu?" tanya Umar dengan terkaget.
"Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Dia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi atau belum," kata perempuan itu.
"Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rezeki. Namun ternyata tidak. Sesudah maghrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku dengan harapan dia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar dia bangun dan menangis minta makan," ucap perempuan itu.
"Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Dia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya," lanjut perempuan itu.
Perempuan itu tidak tahu jika yang dihadapannya adalah Khalifah Umar.
Mendengar semua itu, Aslam sempat hendak menegur tetapi dicegah oleh Umar.
Umar lantas menitikkan air mata.
Ia segera bangkit lalu mengajak Aslam kembali ke Madinah.
Sampai di Madinah, Umar segera pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum.
Umar langsung mengangkut karung gandum tersebut di pinggangnya.
"Wahai amirul mukminin, biarlah aku yang memikul karung itu," kata Aslam mencegah Umar.
Wajah Umar marah padam.
"Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau mau memikul beban di pundakku ini di Hari Pembalasan kelak?" kata Umar dengan nada tinggi.
Aslam tertunduk mendengar perkataan Khalifah Umar.
Sembari terseok-seok, Khalifah Umar mengangkat karung itu dan diantarkan ke gubuk tempat tinggal perempuan itu.