Kisah Mengenang Ishak Daud, Panglima GAM yang Berani, Berhati Lembut nan Tampan
Mengenang Ishak Daud, Panglima GAM yang Berani, Berhati Lembut dan Tampan
Kisah Mengenang Ishak Daud, Panglima GAM yang Berani, Berhati Lembut nan Tampan
BANGKAPOS.COM, BANDA ACEH -- Tanggal 8 September 2004 merupakan hari kelabu bagi perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Pada hari itu, satu pejuang gerilya GAM yang amat disegani di wilayah Peureulak, Aceh Timur syahid.
Ia adalah Ishak Daud, yang dikenal sebagai Panglima GAM Wilayah Peureulak.
Adapun Ishak Daud syahid dalam satu pertempuran hebat dengan prajurit TNI di kawasan Babah Krueng, Peureulak Timur, Aceh Timur.
Ishak Daud syahid dengan penuh luka tembak di bagian kepala dan dada.
• Tiga Ronde, Khabib Nurmagomedov Kalahkan Dustin Poirier di UFC 242, Dapat Bonus Ratusan Juta Rupiah
Ikut pula istrinya, Cut Rostina syahid di sisinya dalam pertempuran terakhir itu.
Ishak Daud bersama istrinya dimakamkan di Desa Blang Glumpang, Kuala Idi Rayeuk, Aceh Timur, tiga hari setelah tertembak.
Sejak peristiwa kelabu itu, GAM berduka.
Bendera bintang bulan setengah tiang berkibar menjadi saksi bisu atas syahidnya Sang Panglima.
Dalam rentetan perjuangan GAM membebaskan Aceh dari Indonesia, sosok Ishak Daud amat berpengaruh.
• Terbaru di September 2019, ini Daftar Harga Hp Xiaomi, Samsung, Vivo dan Huawei Kisaran Rp 2 Jutaan
Ia adalah sosok panglima dan komandan yang dihormati dan disegani.
Bahkan para pengikut setianya memanggil Ishak Daud dengan sebuat "Abusyik", atau sosok yang dituakan dan dihormati.
Punya latar belakang pelatihan militer di Libya, sosok Ishak Daud kaya dengan pengalaman bergerilya di hutan belantara pedalaman Aceh Timur.
Ia memimpin gerilyawan GAM di wilayah Peureulak, Aceh Timur.