Semrawutnya Kisah Hidup Wiwik Pratiwi, Dipoligami Sekaligus Lakukan Poliandri dalam Waktu Bersamaan
Tak kuat dengan segala kepiluan, WP pun memutuskan untuk mengakhiri hidup salah seorang suaminya melalui kedua adiknya.
Tapi hubungannya dengan Sony yang masih beristri, baru disahkan di hadapan pegawai KUA Tanah Abang tahun 1980, setelah lahir dua putri, Dina dan Weni. "Itu pun atas desakan ibu saya, karena Sony sendiri takut karena masih punya istri," ungkap wanita yang tak pernah mengecap kebahagiaan.
Agak unik juga proses pernikahannya yang kedua ini, karena meski belum dipermandikan, WP mengaku beragama Katolik dan Sony penganut Kristen, melakukan pernikahan di KUA. "Karena agama Islam mengizinkan lelaki beristri dua, begitu alasan Sony dulu," ujar WP.
Kelanjutannya perkawinan ini uk ubahnya neraka bagi WP. "Selain galak, Sony tak pernah memberi uang belanja. Padahal waktu itu dua keponakannya ting'gal bersama saya. Saya malah disuruh kerja di bar," begitu pengakuannya..
Apalagi tak lama kemudian Sony bertugas ke Timor Timur. Praktis hubungan hanya dilakukan melalui surat menyurat saja. Sampai akhirnya ber. jumpa Marhaenis.
Perkawinan dengan Marhaenis, ternyata ibarat keluar dari mulut buaya masuk ke mulut singa. Selain kasar dan ringan tangan, menurut WP, "Marhaenis sepertinya punya kelainan seks. Setiap kali kami berhubungan ia selalu minum pil dulu dan memaksa saya melakukan adegan seperti dalam film.porno."
Lama kelamaan, wanita kelahiran Nganjuk Jawa Timur ini, rupanya menjadi jijik dan kesakitan. Karena saat haid atau habis pendarahan pun, kalau Marhaenis lagi ingin, ia tak kuasa menolak. Dan itu bisa terjadi di mana saja.
"Saya diperlakukan seperti binatang saja," ungkapnya pada NOVA di tahanan sementara PN Jakarta Timur. Tapi ketika minta diceraikan saja, Marhaenis malah mengancam. "Saya jadi takut sekali."
Begitu pula setiap kali ia hamil, "Marhaenis selalu menyuruh untuk menggugurkan saja." Selama terikat dengan Marhaenis, menurut pengakuannya sudah 11 kali ia melakukan abortus. "Lima kali di sedot sama dokter. Yang enam kali dipijit dukun."
Akibatnya, kini ia sering merasa sakit dan mudah lemas. "Sekarang saya. terpaksa selalu mengenakan korset," ujarnya lirin. Bahkan untuk berjalan pun ia harus melangkah perlahan-lahan. "Sakit sekali rasanya," lanjutnya sambil mengelus bagian perutnya.
Harapannya memperoleh kebahagian dan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari orang tua mau pun keluarganya, punah sudah. "Hidup saya tersia-sia. Sewaktu ikut kakak wanita hidup tak ubahnya seperti babu. Dibenci dan dicemburui. Setelah menikah sama saja," katanya sambil menerawang.
Sampai di situ WP masih menahan kesabarannya. Juga ketika Marhaenis ada main dengan mahasiswinya. "Malah sampai hamil, tapi digugurkan atas suruhan Marhaenis. Anak itu, saya lupa namanya, lalu diberi 150 ribu rupiah oleh Marhaenis," kisah wanita bertubuh sedang itu.
Klimaksnya, sewaktu Marhaenis mulai sering menggoda dan merayu Sulistyowati (18), buah perkawinan WP dengan Sukarman, suami pertama.
"Untungnya Lis orangnya judes. Coba kalau gampangan, pasti sudah diembat," kata WP dengan geram. "Siapa yang tidak akan kesal, anak sendiri mau dikerjai juga. Biarlah cukup saya yang hancur, jangan anak-anak saya,"- tambahnya.
Tanggal 21 September 1987, dengan membawa dendam dan sakit hati, akhirnya WP menjemput Marhaenis dari tempat kerjanya dan menghabisi nyawanya bersama-sama tiga orang lainnya.
Akhirnya WP memang terbebas dari kekejaman pria asal Padang itu, tapi tak berarti bebas dari ancaman hukuman mati atau seumur hidup pasal 340 jo 55 KUHPidana.